BAB 40

4.6K 108 0
                                    


Arini mendengarkan penjelasan Marko dengan pandangan lurus tapi terlihat kosong. Dirinya tak menyangka Bram mengalami kecelakaan.

"A..aku akan ke sana" ucap Arini dengan lirih.

Orang tua dan Abang Arini menatap Arini dengan bingung.

"Ada apa nak?" Tanya Riko yang sedari tadi menatap sang putri.

"Be..berita itu pa.."ucap Arini dengan terbata.

"Berita ini? Iya kecelakaan truk sama mobil. Memangnya kenapa" tanya Riko kembali sambil menunjuk TV yang menayangkan berita kecelakaan.

Arini menarik napas lalu berkata "Mas Bram korbannya".

Perkataan Arini membuat syok semua orang yang berada di ruang keluarga.

"Dari mana kamu tau nak?" Tanya Rania Pada sang putri.

"Yang menelfon tadi itu Marko mah. Sekarang mereka lagi di rumah sakit. Aku mau ke sana" ucap Arini.

"Ayo kita pergi sama-sama".

Mereka semua menuju rumah sakit tempat Bram di rawat. Di sepanjang perjalanan Arini hanya diam menatap keluar jendela tetapi mereka semua tau kalau Arini sedang tidak baik-baik saja.

Rania mengelus bahu sang putri dan memeluknya.

"Bram pasti baik-baik saja".

Sesampainya di rumah sakit, Arini langsung menghampiri orang tua Bram.

"Ibu, ayah" ucap Arini.

Ibu dan ayah menoleh ke arah sumber suara, ibu yang melihat Arini pun seketika menangis kembali.

"Arini...hiks..hikss... Bram nak...hiks" Arini memeluk dan mengelus punggung ibu sedangkan ayah Bram mengelus rambut Arini.

"Ayah" ucap Arini dengan lirih.

Ayah mengangguk dan ikut memeluk Arini dan istrinya. Radit tau saat ini Arini sedang menahan rasa sedihnya entah sampai kapan.

Ceklek

Dokter berjalan ke arah mereka.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya Radit.

"Anak bapak dalam keadaan kritis dan harus segera di operasi karena benturan yang keras mengakibatkan pendarahan di dalam kepalanya"

"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dok" ucap ibu.

"Baik nyonya".

Saat mendengar penjelasan dokter Arini yang tak kuasa menahan sedih akhirnya menangis.

"Hiks...hiks...mas Bram...hiks... Kenapa ini semua terjadi sama kamu mas hiks...hiks..." Radit memeluk Arini dan menenangkannya dan Tak lama Arini pingsan.

"Astaga Arini" ucap ayah Radit dengan panik.

"Astagfirullah sayang".

"Cepat bawa ke ruang perawat. bang" Kenzie yang mengerti ucapan sang papa pun langsung mengendong adiknya.

Sudah 3 jam mereka menunggu di depan ruang operasi, sampai saat ini operasi pada Bram masih berjalan.

Ceklek

"Alhamdulillah pasien sudah tidak kritis, kita tinggal tunggu dia siuman" ucap dokter

"Terima kasih dok"

"Tapi sebelum itu pak Radit bisa keruangan saya, ada yang harus saya sampaikan pada anda".

Radit mengikuti langkah dokter menuju ruangannya.

Tak lama Arini terlihat berjalan ke arah mereka dengan sedikit berlari.

"Mas Bram gimana mah?" Tanya Arini yang baru siuman dari pingsannya.

"Udah gak kritis, tinggal tunggu dia sadar"

"Alhamdulillah".

Mereka berjalan menuju ruang VVIP untuk melihat Bram.

Arini menggenggam tangan Bram dan menciumnya.

"Mas cepat sadar yah" ucap Arini.

"Bram pasti baik-baik saja, jangan khawatir yah." ucap Riko pada sang putri.

"Ingat kandungan mu" bisik Riko dengan suara pelan agar tak terdengar orang lain.

"Iya pah" ucap Arini.

Ceklek

"Yah apa kata dokter?" Tanya ibu saat melihat suaminya masuk dalam ruangan.

Ayah menatap satu persatu semua orang yang berada di ruangan, tatapannya terhenti pada Arini dan istrinya kemudian memeluk keduanya sambil berkata "ibu sama Arini yang sabar yah". Ucap ayah dengan nada bergetar.

"Apa sih yah" tanya ibu dengan tidak sabar.

"Ayah gak tau mau bilang gimana Bu, ini terasa berat buat ayah katakan." Ucap Radit dengan air mata yang keluar deras.

Riko yang melihat sahabat sekaligus besannya pun mendekatinya untuk menenangkan nya.

"Katakan yah" ucap Arini.

Ayah menarik napas dan berkata " dokter bilang ada dua kemungkinan terburuk, yang pertama karena benturan di kepalanya yang keras bisa saja Bram mengalami kebutaan dan yang kedua karena saat kecelakaan kaki Bram terjepit dokter takutnya Bram mengalami kelumpuhan Bu" ucapan ayah membuat semua yang di ruangan menangis termasuk Nino dan Marko.

"Astagfirullah, anakku malang sekali kamu nak" ucap mama Arini sambil memeluk besannya.

"Hiks..hikss... Enggak mungkin..hiks mas hikss" tangis Arini pecah.

"Sudah kita semua tenang, kita berdoa yang terbaik untuk Bram. Lagian Bram belum sadar , saat Bram sadar dokter akan melakukan pemeriksaan seluruhnya". Ucap Radit.




💮💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang