Bab 36

3.6K 102 1
                                    

Nino melihat Arini yang keluar dari rumah dengan memegang sebuah koper besar.

"Nona" panggil Nino dengan suara lirihnya.

Arini menatap Nino dan tersenyum " aku tidak apa-apa, mungkin ini jalan yang terbaik untuk pernikahan kami".

Nino dapat melihat kesedihan yang mendalam di mata Arini walaupun Arini tersenyum tapi kedua matanya tidak dapat berbohong.

"Aku antar nona"

Arini mengangguk tanda setuju dan Nino dengan cepat menyimpan koper Arini dalam bagasi.

Nino melihat selama di perjalanan Arini melamun terus pasti dia sangat sedih.

"Ah sudah sampai, Nino terima kasih yah sudah mengantarku dan salamku untuk Marko yah maaf tidak sempat berpamitan padanya"

"Baik nona, nona tenang saja saya yakin ini hanya salah paham saja. Saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk nona dan tuan Bram agar tetap bersama"

Arini yang mendengar perkataan Nino hanya bisa tersenyum, dia terharu Nino mempercayai dirinya padahal suaminya sendiri tidak percaya padanya.

"Iya terima kasih yah"

Setelah mengatakan itu Arini memasuki rumah masa kecilnya dengan perasaan campur aduk.

Saat sampai ruang tamu dia melihat orang tua dan abangnya sedang berkumpul.

"Arini, kau pulang? Eh kenapa bawa koper?" Tanya mama yang heran melihat Arini membawa koper besar.

Arini yang sedari tadi menahan tangis tapi saat mendengar pertanyaan mamahnya, akhirnya tak kuat lagi menahan tangis dan menangis tersedu-sedu karena mengingat saat ini dirinya akan bercerai dengan Bram.

"Ada apa nak?" Ayah menghampiri Arini dan memeluk erat putrinya yang menangis.

Setelah tenang, Arini menceritakan bahwa dia akan bercerai dengan Bram. Dan tentu saja berita itu membuat kedua orang tuanya terkejut.

Pasalnya yang mereka tahu pernikahan putrinya itu baik-baik saja. Sedangkan Kenzie mengepalkan tangan menahan emosi mendengar Bram menceraikannya karena sebuah fitnah yang busuk.

Dia percaya adiknya tidak selingkuh, mau selingkuh bagaimana sedangkan adiknya itu sangat mencintai suaminya itu. Sudah jelas ini hanya salah paham saja.

"Sudah sekarang kamu istirahat saja yah, bang antar adik kamu ke kamar" ujar ibu.

Kenzie mengantarkan Arini ke kamar, saat di kamar Kenzie berusaha menenangkan adiknya.

"Sudahlah, laki-laki seperti itu tidak pantas untukmu"

"Aku sangat mencintainya hiks hiks tapi mas Bram malah menuduhku berselingkuh padahal dalam foto dan Vidio itu sudah jelas bukan aku hiks hiks tapi dia tidak percaya"

Kenzie memeluk erat adiknya mencoba memberikan kekuatan untuknya.

Dia bersumpah akan membuat Bram menyesal telah menceraikan adiknya ini.

Sedangkan di lain tempat Bram dan orang tuanya terlibat pertikaian sengit karena sang putra yang akan menceraikan isterinya.

"Aku tetap akan bercerai dengannya, ini semua salah ayah dan ibu yang menjodohkan ku dengannya" Bram tetap kekeh Dangan keputusannya.

Ibu dan ayah yang sudah mendengar pertengkaran anak dan menantunya itu mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak mengambil keputusan seenaknya.

"Tapi ibu gak percaya kalau itu Arini, Arini gak mungkin selingkuh nak hiks hiks" ucap ibu dengan air mata yang sudah mengalir.

"Ibu masih tidak percaya? Terserah saja pada kalian tapi aku tetap akan bercerai dengan dia" setelah mengatakan itu Bram meninggalkan kedua orang tuanya.

"Bagaimana ini ayah?" Tanya ibu

Ayah memeluk sang istri dan menenangkannya " ibu tenang saja, ayah yakin ini hanya kesalahpahaman saja".

                       ****

Sudah tiga hari berlalu setelah kejadian itu dan saat ini Arini belum juga menanda tangani surat perceraian nya. Dia masih yakin pernikahannya ini masih bisa di pertahankan.

Arini bersyukur karena kedua mertuanya percaya padanya. Seperti saat ini kedua mertuanya sedang berkunjung di rumah orang tuanya.

" Arini katanya kamu sakit, sakit apa nak?" Tanya ibu khawatir

"Cuman pusing doang kok bu"

Sampai saat ini Arini masih merahasiakan kehamilannya dari para orang tua, ia rasa ini bukan saat yang tepat untuk memberitahukan kabar bahagia ini.

"Maafkan anak ayah yah sayang, ayah malu sekali sama kamu dan orang tuamu" ucap ayah sambil mengelus kedua tangan Arini.

Arini dapat melihat ayah mertuanya itu sangat sedih atas kabar perceraian ini.

"Iya ayah"

Arini tersenyum hangat, lalu obrolan mengalir begitu saja tentunya dengan para lelaki yang sibuk membicarakan masalah anaknya dan para ibu yang sibuk dengan gosipnya.

"Emang itu Bram anak gak tau di untung, oh kemarin semua sepupunya datang ke rumah jeng waktu denger kabar anak kita mau cerai. Yang paling mengejutkan itu kemarin Bram di hajar sama bara loh Arini". Ucap ibu dengan menggebu-gebu menceritakan kejadian kemarin.

"Kenapa bisa Bu?" Tanya Arini heran

"Yah karena denger Bram mau menceraikan mu, bahkan dia sempet ngatain Bram  goblok , laki-laki gak tau diri. ah pokoknya kemarin bara beda banget lah sampai kaget kita semua" terang ibu yang menceritakannya dengan heboh.

Siapapun pasti kaget karena selama ini bara terbilang sangat dekat dengan Bram, bahkan ini kali pertama bara memukul sepupunya itu.

Selama ini bara hanya bersikap acuh dan masa bodoh.

"Yah gimana gak marah toh Bu, ibu kayak gak tau aja sifatnya bara kalau udah menyangkut keluarganya dia agak sensitif". Jawab ayah dengan santai

"Hehehe iya juga yah" ibu tertawa canggung

"Apalagi ini Arini udah di anggap seperti adiknya ya sudah tambah menjadi si bara itu" lanjut ayah.

"Syukurlah kalau Arini ini di terima baik di keluarga kalian" ucap papa dengan senyum hangatnya.

"Arini sudah seperti putriku Rik" ucap ayah sambil merangkul pundak sahabatnya.


💮💮💮

Maaf kalau banyak typo yah.

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang