BAB 27

3.1K 89 0
                                    


Saat Arini masuk rumah dia melihat Bram sedang membaca koran dengan ayah mertuanya.

"Eh sayang kau dari mana saja?". Pertanyaan ibu membuat ayah dan Bram menolehkan kepala ke arah Arini.

"Maaf aku pulang telat Bu, ayah. Tadi ada temanku yang sakit jadi aku membawanya dulu ke rumah sakit". Ucap Arini setelah menyalami kedua tangan mertuanya.

"Astaga, tapi temanmu baik-baik kan sekarang?" Tanya ibu

"Iya Bu, hanya kekurangan cairan dan banyak pikiran katanya dokter makanya harus rawat inap".

Arini melirik suaminya yang hanya diam sedari tadi.

"Ayo kau harus membersihkan diri dan makan". Bram menarik tangan Arini dengan lembut.

Setelah sampai di kamar Bram tanpa berkata membantu membukakan pakaian Arini.

"Eh aku bisa sendiri mas" cegah Arini.

"Ck gak usah malu. Aku sudah melihat semuanya" perkataan Bram membuat wajah Arini memerah dan langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Ceklek

Bram melihat Arini yang baru keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk menelan air liurnya dengan susah payah. Walaupun sudah tertutup dengan kain tetap saja dia bisa melihat dada sang istri yang menantang untuk di hisap.

Arini yang sadar akan tatapan suaminya pun bergegas masuk ke walk in closet. Saat akan membuka handuknya dia kaget karena bram memeluknya dari belakang sambil menggesek-gesekkan penisnya yang sudah tegang.

"M..mas... Aku mau pakai baju dulu" Arini berusaha melepaskan pelukan Bram sebelum suaminya lepas kontrol.

Bukannya melepaskan Bram malah membalikkan badan Arini dan langsung menciumnya dengan beringas, Arini memukul dada sang suami karena tidak bisa bernapas Bram melepaskan pagutannya.

"Huuh...huuuh...m..mas". Mendengar suara istrinya, Bram mendudukkan tubuh Arini di atas meja kaca yang terdapat di walk in closet.

Arini yang menahan tubuh suaminya, saat Bram akan menciumnya kembali.

"Kenapa?" Tanya Bram dengan suara rendah dan mata penuh gairah.

"A..aku kan belum makan mas. Lagipula kita sudah melakukannya tadi pagi kan" ucap Arini dengan kedua tangan yang masih berusaha menahan tubuh sang suami agar tidak menerjangnya.

"Itu beda, aku mau sekarang" tanpa berkata Bram langsung memagut bibir menggoda Arini.

"Enghh .....masss...."

Bram menurunkan handuk yang menutupi tubuh sang istri, di remasnya kedua payudara Arini dengan sesekali memelintir puting merah jambunya. Bram menggendong Arini seperti koala lalu merebahkannya di kasur. Dia membuka pakaiannya tergesa-gesa saking tidak sabarnya Bram tidak sadar kegiatannya di lihat oleh sang ibu.

"BRAMM..." teriakan sang ibu mengagetkan Bram dan juga Arini.

"Astaga" Arini berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang.

"Kau benar-benar yah, setidaknya biarkan istrimu makan dulu. Apa sulit untuk mengontrol nafsumu itu hah". Bram yang di ceramahi menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Udah gak tahan Bu" jawab Bram dengan santai.

"Arini pakai bajumu cepat setelah itu turun makan, cepat ibu tunggu di depan pintu"

"Iya Bu".

Arini segera berpakaian lalu keluar dari kamar, Bram menghela nafas karena gagal untuk ena-ena dengan sang istri.

****

Keesokan harinya Sofia datang kembali ke kantor Bram pas dengan kedatangan Bram.

"Sofia apa yang kau lakukan?" Tanya Bram.

"Aku hanya ingin ngobrol denganmu, ada yang mau ku bicarakan juga".

"Hm baiklah ayo"

Sofia dan Bram berjalan beriringan menuju lift. Sofia akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

"Ah kau mau minum apa?"

"Hm teh saja"

"Oke".

Setelah itu Sofia asyik bercerita dengan Bram tanpa kenal waktu. Bram seperti melupakan segalanya sampai-sampai dia lupa bahwa siang ini ada janji makan siang bersama sang istri.

"Ayo kita makan bersama, yang lainnya juga akan datang nanti" ucap Sofia pada Bram. Mereka memang mau makan bersama teman-teman kuliahnya tapi itu hanya akal-akalan Sofia agar bisa makan bersama Bram.

Bram mengira mereka akan makan bersama teman-teman yang lainnya, tapi dugaanya salah Sofia membohongi nya.

Bram yang tidak tau hanya menyetujui usulan dari Sofia tanpa curiga.

Saat sampai di restoran mereka berdua segera memesan makanan.

"Apa mereka tidak datang? Kenapa sampai sekarang belum muncul" ucap Bram heran karena teman-teman nya belum ada yang datang.

"Astaga Bram aku lupa, mereka mengundurnya menjadi lusa bukan hari ini. Aku lupa memberitahumu" ucap Sofia dengan wajah yang munafiknya.

"Lusa? Astaga"

"Maaf, aku juga lupa kalau acaranya lusa".

"Huh tidak apa-apa, kau cepat habiskan makananmu. Aku masih ada urusan".

Setelah mengatakan itu, Bram melanjutkan makan siangnya tak menyadari seringai jahat Sofia.

Di seberang restoran itu Arini melihat suaminya yang sedang makan siang bersama Sofia. Hatinya sungguh sakit, suaminya lebih mementingkan makan bersama wanita lain dibandingkan istrinya.

Padahal dia sudah berdandan dengan cantik karena akan makan siang bersama Bram tetapi Bram malah melupakannya dan asyik bersama wanita lain.

Tanpa berkata Arini segera melangkahkan kakinya menuju mobil.


💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang