BAB 47

4.7K 144 7
                                    

Bram menatap wanita di depannya yang terlihat semakin cantik dan tatapannya turun melihat perut buncit wanita tersebut.

"Apa kabar mas?" Ucap Arini berusaha mencairkan suasana yang mendadak hening.

"Buruk tanpamu" perkataan Bram membuat Arini bingung apa maksud dari perkataan mantan suaminya itu.

"Loh mba Arini di sini toh? Ibu cariin dari tadi ternyata di sini" ucap seorang wanita paruh baya.

"Saya kecapean Bu Carla makanya duduk di sini" ucap Arini dengan tersenyum menatap tetangganya itu.

"Perutnya udah besar sih jadinya gampang capek. Gimana lamarannya ibu di terima gak nih? Hehe"

Perkataan Bu Carla membuat Arini tersenyum canggung.

Sedangkan semua orang yang mendengar perkataan Bu Carla kaget karena Arini yang ternyata sudah di lamar orang.

Bram mengepalkan tangannya tidak terima wanita yang masih berstatus istrinya itu di lamar orang.

"Em... Nanti yah Bu gak enak kalau di jawab sekarang"

"Baiklah. Kalau gitu ibu pulang dulu ya"

Setelah mengatakan itu Bu Carla undur diri, suasana kembali hening.

"Ibu, ayah. Arini pamit dulu ya nanti kita ketemu lagi". Ucap Arini sembari berusaha berdiri dari duduknya.

Arini keliatan kesulitan untuk berdiri saat Bram akan membantunya malah keduluan seorang remaja tinggi.

"Aku nyariin kakak loh. Acara udah mau selesai kakak istirahat aja" ucap Arya sembari memeluk pundak Arini.

"Tapi..."

"Udahlah ayo kak, lagian aku sama arya juga udah capek. Malam ini kita nginap di rumah kakak" ucap Rana.

"Baiklah" Arini berjalan dengan di tuntun oleh Arya diikuti Rana.

Sedangkan Bram dibuat penasaran dengan hubungan Arini juga kedua remaja tersebut apalagi melihat remaja laki-laki itu memeluk pundak Arini membuat Bram tersulut api cemburu.

Seharusnya aku yang berada di sisinya, memeluk pundaknya dan membantunya berdiri dari duduknya.

Panggilan bara membuyarkan lamunan Bram.

"Sudah sadar dari lamunanmu? Menyesal heh?" Ejek bara sambil terkekeh.

"Berbadan dua saja Arini masih ada yang melamar ckck benar-benar pesonanya"

Perkataan bara mengingatkan kembali kejadian tadi saat seorang wanita menanyakan lamarannya pada Arini.

"Arini masih sah istriku lagipula dia sedang mengandung anakku" ucap Bram.

"Yakin Arini akan memaafkan mu? Sepertinya dia akan menerima lamaran ibu itu" bara tersenyum menggoda Bram yang keliatan emosi.

Bara sengaja melakukan ini supaya sepupunya ini sadar betapa berharganya Arini yang tulus mencintainya.

Bram berdecih tapi tetap membenarkan perkataan bara. Apakah Arini akan memaafkan nya setelah Yang dia lakukan pada wanita itu.

"Nikmatilah penyesalan mu" ucap bara sembari melangkah pergi meninggalkan Bram, Nino dan orang tua Bram.

"Nino tolong cari tahu di mana tempat tinggal Arini" Nino mengangguk.

"Sekarang aku tau alasan ayah dan ibu mengajakku kemari"

Radit dan Nana terkekeh geli mendengar perkataan anaknya.

"Tapi... terima kasih karena sudah mengajakku" ucap bram

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang