BAB 23

3.2K 77 0
                                    

Saat ini Arini dan ibu Bram berjalan keluar salon untuk pulang ke rumah tapi tiba-tiba ada yang menabrak Arini.

Brukk

"Maaf saya tak sengaja....eh Arini " Arini menolehkan kepala ke sumber suara.

"Bryan.." Arini menatap pria yang menabraknya, dia terpaku sebentar.

"Apa kabar?...kau dari mana dan siapa ini?" Tanya Bryan.

"Baik.. aku dari salon dan perkenalkan ini ibu mertuaku" jawab Arini sambel menggandeng tangan ibu.

"Boleh minta nomer handphone mu? Kurasa banyak yang harus kita bicarakan, apalagi setelah sekian lama kita tidak bertemu tiba-tiba saja kita bertemu dengan keadaan yang seperti ini dan status yang berbeda" ujar Bryan.

Arini ragu untuk memberikan nomernya, " Maaf Bryan aku lupa nomor telepon ku, maaf yah aku buru-buru sampai jumpa." Arini langsung berlalu menghilang dari hadapan Bryan.

Ibu yang sedari diam membuka suaranya karena penasaran.

"Siapa dia?"

"Mmmh... Mantanku Bu" jawab Arini.

"Tampan, tapi lebih tampan Bram" perkataan ibu membuat Arini tertawa.

"Kenapa tidak mau memberikan nomor telepon mu padanya?" Tanya ibu karena masih penasaran alasan Arini yang tak memberikan nomor telepon nya pada lelaki itu.

"Arini rasa itu gak bagus Bu. kecuali kalau mas Bram menginzinkan, Arini baru kasihkan nomor teleponnya" jawaban Arini membuat ibu mertuanya kagum pada Arini.

"Ibu bangga punya menantu seperti kamu, sangat menghargai suami. Terima kasih yah sudah menghargai anak ibu"

"Ibu ngomong apa sih, kan memang udah kewajiban istri untuk selalu izin pada suaminya untuk hal apapun. Apalagi ini mantanku loh yang minta nomorku hmm bisa-bisa mas Bram kalang kabut".

Ibu dan Arini tertawa bersama.

"Tunggu saja tanggal mainnya" ucap Bryan masih menatap mobil yang ditumpangi Arini.

                                   ****

Setelah pagi tadi dari salon bersama ibu mertuanya, Arini sorenya pergi kembali untuk mengambil pesanan kue ini mertuanya ditemani supir keluarga Wijaya.

"Mbak saya mau ambil kue yang di pesan ibu saya, ini notanya." Arini memberikan bukti nota pada kasir.

"Baik tunggu sebentar yah mba".

Saat Arini sedang menunggu pesanannya tiba-tiba dia terkejut karena kedatangan Bryan di sampingnya.

"Hai"

"Hai juga"

"Lagi ambil pesanan atau beli kue?" Tanya Bryan.

"Ambil pesanan"

"Ini kue nya mba"

"Terima kasih" jawab Arini.

Saat Arini akan membuka pintu tangannya di cekal oleh Bryan.

"Tunggu, ayo mengobrol dulu"

"Saya gak bisa lain kali" tolak Arini dengan halus.

"Ayolah hanya sebentar lagipula Ririn ingin bertemu denganmu" perkataan Bryan membuat Arini tertarik.

"Ririn? Bukannya dia masih di luar negeri?" Tanya Arini.

"Gak tau, intinya ayo kita ke sebarang cafe. Dia ada di sana, ayo" belum Arini menjawab, Bryan sudah membawa paksa Arini dan Arini hanya bisa pasrah.

Sebelum itu Arini sudah menitipkan kue pada supir untuk di bawa pulang dulu, karena dirinya mungkin akan lama.

"Ririn?"

Wanita yang di panggil namanya pun menolehkan kepalanya, "mbak, aku kangen banget sama mbak". Ririn nama wanitu, langsung memeluk Arini dengan erat.

"Mbak juga Rin, kamu apa kabar?" Tanya Arini setelah di persilahkan duduk.

"Baik mbak, man sendiri gimana?"

"Baik juga, mbak seneng bisa ketemu kamu lagi".

Ririn adalah Teman Arini yang kebetulan sepupu dari Bryan.

Mereka bertiga menghabiskan waktu dengan bersenda gurau hingga lupa waktu.

"Tunggu, aku mau ke toilet sebentar." Ucap Ririn.

Saat ini Arini merasa canggung di tinggal berdua dengan Bryan.

"Kamu bahagia?" Tanya Bryan

"Ya aku bahagia"

"Seandainya aku tidak bodoh mungkin saat ini aku yang menjadi suamimu bukan orang lain"

"Tapi aku bersyukur menikah dengan suamiku bukan denganmu. Entah apa yang terjadi kalau aku menikah dengan orang yang berselingkuh" perkataan Arini membuat Bryan merasa bersalah.

"Maafkan aku, aku masih mencintaimu sampai detik ini" ucap Bryan sambil menggenggam tangan Arini.

"Tapi aku sudah menikah dan aku mencintai suamiku, lepaskan tanganku" jawab Arini berusaha melepaskan genggaman tangan Bryan.

"Tidak, aku tau kamu tidak bahagia kan?"

"Dasar gila".

Mereka masih terus berdebat tanpa menyadari ada seseorang yang memotret mereka berdua.

"Ada apa ini?" Tanya Ririn mengejutkan Bryan dan Arini yang masih berdebat.

"Aku harus pulang. nanti aku hubungi kamu lagi, byeee" Arini langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari Ririn.

"Dia sudah menikah, jangan mengganggunya lagi" Ririn memperingati Bryan.

"Aku tak peduli" setelah mengatakan itu Bryan keluar dari cafe.

Ririn hanya bisa menghelas nafas kasar melihat perangai sepupunya itu.

💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang