Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas seperti biasa, tapi tidak untuk Arini yang sedang kesal dengan sang suami."Ku mohon, aku rindu sekali dengan mereka. Bolehkan aku bertemu mereka?" Tanya Arini dengan puppy eyes.
"Baiklah. Tapi ingat untuk mengabari ku. Aku akan menyuruh Nino untuk menyiapkan bodyguard untukmu."
"Aku kan bisa sendiri mas, gak usah pake bodyguard kayak apa aja deh" ujar Arini dengan kesal.
Arini kesal karena setiap dia akan keluar tanpa Bram, pasti dia akan menyuruh bodyguard untuk menemaninya.
"Pergi atau tidak sama sekali"
"Baiklah" ucap Arini dengan pasrah.
Cup
"Bagus".
****
Arini dapat melihat ketiga sahabatnya dari luar cafe, tempat janjian mereka.
"Girl's maaf telat yah" ucap Arini yang mengagetkan ketiga wanita yang sedang makan.
"Astaga, Arini aku rindu sekali" Arini memeluk sahabatnya satu per satu.
"Ck, kau mau membuat Cafeku bangkrut apa?" Ucap salah satu dari mereka
"Heheh maaf Meg, kalau tidak bersama mereka aku tidak di izinkan keluar" ucap Arini penuh sesal yang mengerti maksud perkataan sahabat nya.
Mega yang mendengarnya hanya mendengus, lihatlah bahkan sekarang orang-orang di cafe terburu-buru menyelesaikan makanan mereka karena melihat pasukan Arini yang menyeramkan seperti mafia.
"Kalian duduk dan pesanlah, ingat seperti orang biasa. Jangan kaku" tegas Arini pada keenam bodyguardnya.
"Baik nona" ucap mereka serentak.
Arini yang mendengar memutar bola matanya malas."Bagaimana pernikahan mu?" Tanya ayu
"Baik, sekarang mas Bram lebih hangat padaku bahkan kami baru plng dari honeymoon" jelas Arini
"Honeymoon yang tertunda yah" timpal sedah.
"Syukurlah kalau kau bahagia" ucap Mega dengan jutek.
Di antara kedua temannya memang Mega lebih jutek dan cuek, berbanding terbalik dengan ayu dan sedah yang cerewet dan sedikit bobrok otaknya.
****
Saat ini Bram sedang rapat di luar, tepatnya di seberang cafe Mega sahabat Arini.
"Bagaimana pak?"
"Hm iya bagus, selanjutnya nanti berurusan saja dengan sekretaris saya" ujar Bram
"Baik pak"
Saat Bram akan keluar tiba-tiba ada yang menggelayut manja pada lengan kirinya.
"Lepaskan Nanda" ucap Bram sambil melepaskan tangan Nanda.
"Tidak akan"
"Pak Bram, dia siapa?" Ujar rekan kerjanya.
"Dia hanya parasit yang datang tiba-tiba, tidak tau malu". Nanda yang mendengar perkataan Bram tubuhnya menegang tidak pernah terpikirkan Bram berkata seperti itu padanya.
Bukannya melepaskan pelukannya Nanda malah semakin mengeratkannya tentu saja itu karena seseorang di seberang sana sedang melihatnya.
Arini yang akan pulang, langkahnya terhenti karena melihat suaminya sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang, yang lebih parahnya ada seorang wanita yang sedang bergelayut manja di lengan suaminya.
Siapa wanita itu kenapa mas Bram diam saja saat di peluk.
"Nona jangan bersedih, setauku wanita itu hanya jalang yang tidak tau malu. Seperti lintah menggeliat ke sana ke mari." Ujar Marko, kepala bodyguardnya. Marko ini kepala bodyguard di keluarga Wijaya dia sudah mengabdi saat dirinya masih kecil.
Rata-rata bodyguard Wijaya itu adalah anak jalanan dan Yatim piatu.
Sedangkan Marko adalah adik dari sekretaris suaminya Nino. Mereka berdua di temukan di jalanan Amerika sedang mencuri roti, ayah mertuanya yang iba pun mengajak mereka ke Indonesia dan berakhir sekarang mereka mengabdikan dirinya pada keluarga Wijaya.
"Tapi Marko kenapa mas Bram tidak melepaskannya" ucap Arini dengan sendu, dia sakit melihat suaminya.
"Nona percayalah pada tuan Bram, anda bisa menanyakannya nanti saat dirumah pada tuan" ucap Marko menenangkan dengan wajah datarnya.
"Baiklah"
****
Bram masuk ke dalam kamar dilihatnya sang istri yang sedang bermain ponsel.
Sejak dia pulang kerja sampai makan malam istrinya itu tidak banyak bicara, terkesan diam.
"Sayang kau kenapa?" Tanya Bram sambil memegang kedua tangan Arini.
"Mas aku melihatmu tadi siang di seberang cafe Mega dengan beberapa orang dan Nino. Tapi aku melihat seorang wanita memeluk lenganmu, siapa dia?"
Bram yang mendengar hanya biasa-biasa saja karena dia memang sudah diberitahu oleh Marko tentang Arini siang tadi. Tapi Bram mau Arini sendiri yang bertanya padanya.
" Dia Nanda mantanku, entah kenapa tiba-tiba ada dia di sana dan langsung memeluk ku. Mas sudah berusaha melepaskannya hanya saja dia seperti lintah jadi aku menyuruh Nino untuk mengambilkan Air dan menyiramnya"
Arini melongo mendengar perkataan terakhir Bram " mas kamu sungguh menyiramnya?"
"Menurutmu?"
"Seharusnya aku lebih lama melihatnya, ck. Pantas saja saat pulang Nino tertawa melihat lengan bajumu yang basah"
Arini terkekeh melihat Nino yang di tendang bokongnya oleh Bram karena menertawakan nya tadi sore dia kira Nino kenapa ternyata dia menertawakan ini.
"Memang Nino sialan seharusnya aku sudah memecatnya" dengus Bram
" Untung tadi Marko menenangkan ku hm kalau tidak mungkin aku sudah marah-marah di depan cafe"
" Cemburu heh, Marko juga sudah memberitahu ku tadi. Hanya saja aku mau kamu sendiri yang bertanya"
"Dengar jangan ada yang di tutupi di antara kita dan ingat harus saling percaya. Mas mencintaimu dan kamu mencintaiku, dan mas minta maaf tiga hari yang lalu bukan maksud mas mendiamkanmu hanya saja mas sedang takut karena kembalinya Nanda, mas takut dia menghancurkan rumah tangga kita. Mas gak mau itu terjadi"
"Arini percaya sama mas, Arini cinta mas Bram"
Mereka berdua berpelukan dengan erat sampai Arini merasakan tangan Bram sedang mengelus pantatnya.
"Ayo mas tidak tahan" bisik Bram
Tanpa menunggu lagi Bram melancarkan aksinya, kali ini Bram akan bermain sampai puas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arini
RomanceArini Kusumo terpaksa menerima perjodohan yang dibuat oleh orang tuanya, dia berfikir dengan menerima perjodohan itu tidak hanya membahagiakan orang tuanya saja tapi dirinya juga karena tanpa disadari Arini mulai mencintai laki-laki yang akan dijodo...