Bab 18

3.7K 92 1
                                    


Arini sudah keluar dari rumah sakit luka di badannya sudah membaik sisa menghilangkan bekasnya dan selama itu Bram overprotektif sekali.

"Ayo kita pergi" ucapnya

"Astaga mas aku pergi dengan ibu loh hanya ke tetangga depan. Gak perlu ikut juga kali" ujar Arini kesal.

Saat ini mereka akan ke tetangga baru di depan rumah mereka.

"Ada apa?" Tanya ibu

"Mas Bram mau ikut Bu" ucap Arini

"Kamu yakin mau ikut Bram? Di sana cuman ibu-ibu loh yang ada." Terang ibu.

"Iya"

Ibu sudah pasrah dengan sifat Bram yang overprotektif semenjak Nanda di culik, dia akan mengikuti istrinya kemana pun dia pergi.

"Sudahlah pusing ibu jika berdebat denganmu terus". Ujar ibu menggandeng tangan Arini menuju rumah tetangga baru itu tentunya dengan Bram.

Setelah mereka pulang dari rumah Tetangga, Bram langsung pergi ke luar katanya ada urusan dengan Bara.

"Sayang orangtuamu sudah kembali ke luar negeri?" Tanya ibu sambil memotong sayuran untuk makan malam.

"Iya Bu, katanya ada urusan mendadak." Jawab Arini.

"Padahal ibu ingin ajak mama mu jalan-jalan tapi ya sudahlah masih ada hari lain. Mbok tolong bersihkan kamar Reyhan yah, karena dia akan menginap di sini" ucap ibu.

"Iya nyonya".

Jam 07.00 malam

Mereka sedang makan malam dengan tambahan anggota Reyhan.

"Enak kan masakan ibu? Tambah lagi Rey"

"Iya Bu" ucap Reyhan dengan lembut.

"Kalian berdua setelah selesai, ke ruang kerja ayah" ujar ayah pada Bram dan Reyhan lalu berlalu pergi.

Setelahnya Bram dan Reyhan menyusul ayah mereka di ruang kerja.

Tok tok

Bram dan Reyhan masuk ke dalam dan duduk di sofa ruangan tersebut.

"Bagaimana dengan mantanmu?" Tanya ayah pada Bram.

"Dia masih di markas yah" terang Bram.

"Apa yang akan kalian lakukan padanya?"

Kali ini Reyhan yang menjawab
" mungkin dengan memberikan pelajaran berharga padanya".

"Ck terserah kalian saja intinya ayah mau dia merasakan apa yang dirasakan menantuku" ucap ayah dengan seringai menyeramkan.

Bram dan Reyhan setuju dengan perkataan ayah mereka, Nanda harus merasakannya bahkan lebih menyakitkan dari Arini.

"Reyhan, hati-hatilah nak. Apapun yang kau lakukan selalulah berhati-hati." Ucap ayah sendu pada Reyhan.

"Iya ayah, aku pasti akan selalu hati-hati. Ayah jangan khawatir".

"Ingat kau tidak sendiri, ada ayah dan ibu, Bram dan semuanya."

"Iya ayah, terima kasih." Reyhan tersenyum.

                               ****

"Sepertinya ayah mengetahui rencana mu Rey" terang Bram.

Saat ini mereka berdua sedang duduk di halaman belakang.

" Kau Taukan ayahmu itu selalu tau apa saja"

"Ayahmu juga" ucap Bram dengan cepat.

"Sudahlah, aku akan menyusul Arini sudah lama aku puasa semenjak dia masuk rumah sakit." Ucap Bram berlalu.

"Ck dasar"

                              ****

Bram membuka kamar dan melihat istrinya sedang bermain ponsel di atas kasur. Bram mengabaikan istrinya dan masuk ke kamar mandi.

Bram keluar dengan bertelanjang dada hanya menggunakan celana pendek ketat yang memperlihatkan tonjolan besar di tengah.

Arini yang melihat suaminya dibuat terpanan dengan perut sixpack Bram dan juga tonjolan besar di selangkangan. Membuat wajahnya memerah.

"Sedang apa sayang?" Tanya Bram sambil mendekat ke arah Arini yang malah membuat istrinya itu tidak bisa bernapas.

"I...ini sedang liat medsos ku" jawab Arini gugup.

"Ayo tidur, aku ngantuk" lanjut Arini berusaha menghilangkan kegugupannya.

Arini membaringkan tubuh dengan membelakangi Bram, Bram yang melihat wajah memerah istrinya pun terkekeh merasa berhasil menggodanya.

Arini menegang saat Bram memeluk erat dirinya dari belakang.

"Sayang sudah tidur?" Tanya Bram.

"Hm"

"Apakah sudah bisa?" Tanya Bram sembari mengelus perut rata istrinya.

Arini tau maksud kode Bram, suaminya itu pasti meminta jatahnya.

"Mas rindu loh, sudah lama mas puasa. Bolehkan buka ini malam? Mas kepengen sekali" bisik Bram di telinga Arini dengan satu tangan meremas payudara istrinya dan satunya mengelus vagina Arini.

"Enghh...mass.." Bram yang mendengar desahan sang istri langsung membalikkan badan Arini menjadi terlentang dengan Bram di atas tubuh sang istri.

"Mas udah gak tahan loh, boleh yah? Ck lama". Bram langsung menyerang tubuh sang istri saat dirasa tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya.

"Mas tapi jangan lama-lama loh, mas kadang suka sampe subuh" pinta Arini dengan tangan menahan tubuh sang suami.

"Ck kan supaya puas lagian mas udah lama puasa"

Arini hanya bisa pasrah melihat suaminya yang keras kepala mau di larang bagaimanapun tetap akan di lakukannya.

Malam itu Bram benar-benar menggarap istrinya sampai puas tidak membiarkan istrinya beristirahat lama-lama.

💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang