BAB 41

4K 127 0
                                    

Suasana di ruangan Bram terasa mencekam setelah kehadiran Sofia. Ayah Bram menatap tajam Sofia yang sedang berdiri di samping ranjang Bram.

"Om saya turut berduka ya atas kecelakaan yang terjadi pada Bram" ucap Sofia.

"Iya" jawab Radit dengan singkat, jujur saja Radit tidak suka Sofia berada di sini.

"Arini, kamu ngapain di sini?" Tanya Sofia menatap Arini yang duduk di kursi samping ranjang Bram.

"Pertanyaan apa itu? Arini memang sudah seharusnya berada di sini". Jawab Radit dengan nada dingin

"Bu..bukan begitu om maksud saya.."

"Walaupun mereka akan bercerai tapi tetap saja Arini adalah putriku dan tetap menantu di keluarga Wijaya, karena saya yakin jodoh Bram adalah Arini bukan WANITA LAIN" ucap Radit dengan menekankan kalimat terakhirnya.

Sofia menegang mendengar kalimat terakhir Radit.

Wanita lain? Apa itu berarti ayah Bram sudah tau hubunganku dengan Bram. Atau jangan-jangan dia tau rencana ku.

"Aku selalu tau apa yang terjadi pada keluargaku" lanjut Radit dengan menatap datar Sofia.

Sofia gemetar mendengar perkataan Radit, itu berarti rencananya memang sudah di tahu oleh Radit.

Arini dan Riko diam menatap pembicaraan dua orang di depannya.

"Ahiya om" ucap Sofia lirih dengan senyum canggungnya.

Sial sepertinya tua Bangka ini tau rencana ku.

Arini melihat tangan Bram yang bergerak dan melihat Bram yang membuka matanya.

"ayah papah liat mas Bram sadar" sontak semua yang di ruangan itu mengalihkan perhatiannya pada Bram yang sudah membuka matanya.

"Papah panggil dokter dulu" Riko segera berlari memanggil dokter.

"Mas kamu udah sadar? Alhamdulillah terima kasih Ya Allah"

Arini sangat senang karena Bram sudah siuman begitu pula dengan Radit yang sudah mengelus kepala sang anak.

"Syukurlah, kamu sudah sadar nak"

Bram menatap semua orang di depannya.

"Bram kenapa yah?" Tanya Bram sambil memegang kepalanya yang berdenyut.

"Kamu kecelakaan nak, ayah dan ibu takut sekali pas dengar kamu kecelakaan"

Bram mengangguk mendengar penjelasan dari ayahnya. Lalu Bram melihat Arini dengan wajah penuh air mata juga mata sembabnya.

"Kenapa kamu di sini?" Tanya Bram dengan sinis.

"Mas aku khawatir sama kamu" jawab Arini.

"Cih"

"Bram" panggil Sofia.

"Sofia? Maaf ya karena aku kecelakaan kita jadi gak bisa liburan"

Arini meremas kedua tangannya untuk mengalihkan rasa sakit hatinya, bahkan mereka belum resmi bercerai tapi Bram dan Sofia sudah merencanakan liburan bersama.

Radit mendekat ke arah Arini dan memeluk menantunya itu.

"Kita bisa liburan saat kamu sudah sembuh Bram" ucap Sofia dengan senyum merekah.

Tak lama Riko masuk dengan dokter dan perawat. Semua orang menyingkir memberikan ruang untuk dokter memeriksa Bram.

Dokter menghela napas kemudian menatap satu persatu semua orang di ruangan itu.

"Yang saya takutkan terjadi" ucap dokter.

"Maksud dokter apa?" Tanya Bram.

"Coba anda gerakkan kaki anda".

Bram menggerakkan kakinya tapi dia tidak bisa seperti mati rasa.

"Dok kenapa dengan kaki saya?" Tanya Bram sambil memukul kedua kakinya.

"Maaf pak Bram, sebelum anda sadar saya sudah menjelaskannya pada keluarga anda. Bahwa jika anda sadar ada dua kemungkinan terburuk yaitu buta atau lumpuh" jawaban dokter membuat Bram menegang.

"A..apa? Saya gak lumpuhkan dok?"

"Maaf pak tapi itulah keadaan bapak saat ini".

Dokter dan perawat keluar.

Bram menangis histeris tidak terima dengan keadaannya yang seperti itu.

"Yah, aku gak mungkin lumpuhkan?" Tanya Bram.

"Kamu harus sabar Bram" jawab Radit.

"A..aku gak mungkin lumpuh. Gak mungkin...hikss... Sial.. arghhh" Bram memukul kepalanya.

"Mas berhenti" Arini memegang kedua tangan Bram agar tidak memukul kepalanya.

"Puas kamu hah? Ini semua karena kamu" teriak Bram pada Arini. Arini menangis mendengar teriakan suaminya.

"Bram kamu... A..aku gak mau Bram" ucap Sofia.

"Sof, tetap bersamaku ya? Jangan tinggalkan aku" pinta Bram pada Sofia yang terus menggeleng kan kepalanya.

"Aku gak mau Bram, aku cinta sama kamu tapi kalau harus hidup dengan kamu yang lumpuh aku gak mau Bram" jawab Sofia dengan lantang.

"Maaf Bram tapi aku gak mau hidup selamanya dengan orang lumpuh apalagi direpotkan dengan keadaan kamu yang cacat" setelah mengatakan itu Sofia meninggalkan ruangan Bram.

Bram yang mendengar ucapan Sofia mengeraskan rahangnya.

Dasar perempuan jalang. Ternyata dia sama saja dengan mereka yang hanya menginginkan hartaku.

Tiba-tiba badan Bram kejang, semua orang panik dan memanggil dokter.






AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang