BAB 10

6.4K 128 0
                                    

Aku Up cerita itu random yah, gak terpaku kayak 1 hari 1 Bab atau seminggu 1 Bab. Jadi yah suka-suka aku saja, kalau lagi free ku sempatkan nulis bab selanjutnya.

                          💮💮💮💮

Siangnya mereka semua mempersiapkan bahan dan alat-alat yang akan digunakan untuk barbeque di halaman belakang nanti malam. Ya mereka sepakat untuk merayakan kejombloan Rina dengan barbeque-an di halaman belakang rumah.

Rina dan orang tuanya akan menginap jadi hari ini mereka bebas untuk melakukan segalanya bersama.

"Eh kayaknya mangga pohon mangga di belakang sudah berbuah deh, coba kamu liat Rin sudah berbuah belum" ucap ibu mertuaku

"Assyiap Tan" Rina langsung berlari menuju pohon mangga yang di maksud ibu.

Tak lama Rina muncul " sudah Tante".

"Nanti kita ambil buahnya, suruh Bram manjat. Sudah siap semuanya... Oke sekarang istirahat dulu. Siapin tenaga buat nanti malam" ucap ibu mertuaku.

Kamipun berlalu masuk ke kamar masing-masing. Arini melihat suaminya sedang berbaring menatap langit-langit kamar, Arini tau suaminya itu pasti sedang memikirkan Rina.

"Mas kamu mikirin apa?" Ucap Arini mengagetkan Bram dari lamunannya.

"Enggak kok sayang, sini baring sama mas. Mas kangen belum peluk kamu seharian ini" Bram memeluk Arini dengan erat.

Arini menghela napas. " Mas kamu pasti mikirin Rina yah? Udah ketebak tau mas. Sekarang yang harus kita lakukan itu memberikan semangat untuk Rina supaya move on dari Rio." Terang Arini dengan lembut.

"Mas gak habis pikir dek. Tega banget mas pergi berlibur sedangkan Rina sedang bersedih. Mas merasa gagal" sesal Bram.

"Mas. Sebenarnya ini yang di takutkan Rina kalau mas tau lebih dulu. Makanya waktu itu sehari sebelum kita pergi honeymoon Rina ngajak aku jalan-jalan dan dia cerita sama aku pasal masalahnya sama Rio. Aku sempat kaget tapi Rina bilang jangan kasih tau siapapun dulu termasuk kamu mas, dia mau menyelesaikan masalahnya sendiri sambil memikirkan dengan matang." Jelasku pada mas Bram.

"Jadi ini alasannya kamu selalu menelfon Rina saat kita honeymoon" Bram mulai sadar kalau ternyata istrinya ini sedang menghibur Rina dari jarak jauh saat itu.

"Iya mas, maaf yah aku gak jujur sama kamu. Tapi jujur mas aku salut dan bangga sama Rina, walaupun sulit untuk melepaskan Rio tapi dia tetap mencoba untuk melepasnya."

"Adikku sudah dewasa, mas bahagia kalau dia bahagia" terang Bram dengan haru memikirkan adik bontotnya.

"Hah... Kalau sampai mas-masnya tau Rina di selingkuhi, gak akan tinggal diam mereka semua. Untung om dan Tante belum kasih tau mereka"

"Iya syukurlah. Tapi katanya Tante ayu akan ke rumah Oma Minggu depan. Kita ikut ya mas, ayah dan ibu juga ikut" ujar Arini pada Bram sambil mengelus dada bidang Bram

"Iya pasti itu kita ikut."

Huh tunggu saja Rio pembalasanku. Berani sekali dia menyakiti Rina.

                                 *****

Sorenya kami bersiap untuk barbeque di halaman belakang.

"Rina, suruh mas mu untuk ambil mangga" ujar ibu

Rina berteriak " Masss.... Mas di suruh ambil mangga sama Tante, cepetan yang banyak."

"Ck sayang jangan teriak-teriak" ucap ibu dengan delikan mata.

Rina hanya cengengesan saja. Katakanlah dia sedang mager makanya saat di suruh hanya bisa teriak, mengefisienkan tenaganya.

"Kenapa gak mang Danu aja sih Bu yang ambil mangganya" ujar Bram mendekat pada ibunya dengan kesal.

"Kamu kan bisa, kenapa suruh yang lain. Lagian mang Danu capek habis bersih-bersih halaman depan"

"Cepetan mas Bram. Ish di suruh juga malah santai-santai di sini. Sana cepetan" usir Rina dengan kesal.

Bram yang di usir hanya mendengus kesal. "Ck bawel."

Rina yang melihat Bram akan memanjat pohon pun menghampirinya.

"Mas, nanti aku yang ambil di bawah" terang Rina.

"Hati-hati mas" teriak Arini dari bawah.

Bugh

"Astaga. Mass bram" teriak Rina dengan kesal. Bagaimana tidak kesal hampir saja kepalanya terkena buah mangga yang di lempar Bram dari atas.

Bram yang melihatpun hanya terkekeh."Maaf-maaf sengaja eh gak sengaja maksudnya".

Rina menatap Bram dengan kesal dia tau kalau Mas nya itu sengaja.

Arini dan para orang tua hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka berdua, yang satu jahil dan yang satu suka ambekan.

Setelah mengumpulkan beberapa mangga Bram pun turun dan bergabung dengan ayah dan om nya.

"Gak encok tuh pinggang mas" sindir Rina pada Bram.

Bram melotot mendengar sindiran Rina untuknya " Enak aja, kamu kira mas udah tua Bangka apa" ucap Bram dengan kesal.

"Loh bukan aku loh yang bilang mas tua Bangka, mas sendiri. Nyadar juga ternyata"

"Sudah, kalian ini bertengkar terus" lerai Tante ayu, ibu Rina.

Bram dan Arini saling melototkan kedua matanya.

Malam itu suasana malam sangat bahagia, walaupun Rina belum bisa sepenuhnya melupakan Rio tapi setidaknya dia dapat melupakan sakit hatinya.

Mereka benar-benar bersenang-senang sampai larut malam.


AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang