BAB 25

3.5K 84 0
                                    


Arini terbangun setelah pergulatan panasnya dengan Bram. Dia melihat jam menunjukkan angka 11.00 malam.

Gila mas Bram benar-benar membuatku tak bisa berjalan.

"Sshhhh..." Arini melihat ke bawah ternyata milik suaminya masih berada di dalam vaginanya.

Pantas aja ngerasa ada yang ngeganjel.

Arini mencoba melepaskan penis sang suami dengan pelan, tetapi Bram malah kembali memeluknya dengan erat otomatis penis Bram masuk kembali.

"Lepas dulu mas...ish" Bukannya melepaskan, Bram malah membalikkan badan sang istri hingga mereka berhadap-hadapan sekarang dengan penis Bram yang masih di dalam sarangnya.

"Astaga mass... Kamu ini kenapa di masukkan lagi sih" gerutu Arini.

"Ini hukuman untuk kamu." Jawab Bram dengan santai.

"Huft. Mas dia cuman temanku loh yah emang sih kita pernah pacaran tapi itu dulu" perkataan Arini membuat bram kaget.

"Mantan? Berani banget kamu ketemu sama mantan kamu huh" ucap Bram sambil menyodokkan penisnya dalam vagina Arini yang membuat Arini meringis.

"Awwhh..... Mas"

Arini mencoba menghentikan suaminya, saat ini dia benar-benar lelah.

"Stopp mass...ahh...ouhh..."

"Mas gak akan berhenti....ahhh.." Bram masih terus menggoyangkan badannya.

Bram membalikkan badan menjadi di atas Arini dan kembali menggenjot Arini dengan tempo yang keras.

"Ahhh...mass...stop ouhh..astaga.." Arini kelimpungan dengan tenaga Bram di atas ranjang.

"Ouhh...mas akan keluar...ahh...astaga..sayang Arini....ahhhhh".

Bram mendapatkan klimaksnya di susul oleh Arini. Saat ini mereka sedang mengatur nafas.

"Mas gak mau tau, awas aja kalau mas liat kamu ketemu mantanmu hm siap-siap aja menerima hukuman" ucap Bram dengan sesekali menyodokkan penisnya lagi.

"Ahhh.... Iya mass.."

Arini di buat pasrah lebih baik mengikuti perintah suaminya daripada harus berakhir seperti ini.

                                   ****

"Bryan sepertinya yang kemarin tidak berpengaruh, kita lanjutkan ke rencana selanjutnya" ucap Sofia pada seorang pria yang duduk di single sofa apartemennya.

"Baiklah"

                                    ****

Keesokkan harinya Bram sedang bersiap untuk ke kantor, sebelum itu ia akan membawakan sarapan ke kamar untuk sang istri.

Dilihatnya Arini yang masih nyenyak tidur dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Kemudian berlalu keluar untuk sarapan.

"Pagi" sapa Bram pada orang tuanya yang tengah sarapan.

"Pagi Bram. Mana istrimu?" Tanya ibu

"Masih tidur Bu, kelelahan sehabis melayani ku" jawaban Bram membuat ibu tersedak.

"Uhukk.." ayah yang melihat istrinya tersedak pun menyodorkan segelas air minum.

"Astaga Bram, benar-benar gak tau malu yah" ucap sang ibu kesal.

"Kenapa harus malu? Lagian wajar Bram mengambil jatahnya semalam mengingat dia sudah berpuasa selama di Kalimantan" ucap ayah membela sang anak.

Bram yang merasa di belapun mengacungkan kedua jempol nya untuk sang ayah.

"Dasar kalian berdua sama saja"

"Sekedar mengingatkan kami adalah ayah dan anak" perkataan suaminya membuat ibu semakin kesal.

"Aku akan membawakan sarapan untuk Arini" setelah mengatakan itu Bram berlalu ke kamar.

Ceklek

Bram melihat sang istri yang masih nyenyak tidur, kelihatan sekali bahwa Arini sangat kelelahan. Bram yang tak tega hanya menyimpan kan sarapannya di atas nakas.

Cup

" Mas berangkat kerja dulu, i love you sayang".

Setelah membenarkan letak selimut istrinya, Bram bergegas pergi ke kantor mengingat dirinya selama hampir sepekan tidak masuk kantor karena keluar kota.

Beberapa jam kemudian Arini membuka kedua matanya dia melihat ke jam sudah menunjukan pukul 10.00 pagi.

Saat akan bangun dia melihat sarapan di nakas, dia tersenyum. Suaminya itu mau bagaimanapun tetap perhatian padanya, perhatian-perhatian kecil seperti ini selalu membuat Arini luluh.

"Awsss....kayaknya aku gak bisa jalan deh" ujar Arini saat merasakan kakinya yang lemas dan selangkangannya yang sakit.

Ceklek

"Eh, sudah bangun toh?" Ibu menghampiri Arini yang berusaha menutupi badan telanjangnya.

"I..ibu" wajah Arini memerah saat sang mertua menelisik ke arahnya.

"Udah gak usah malu, tadi Bram udah bilang kok sama ibu dan ayah kalau semalam kamu harus melayaninya" ucap ibu dengan nada menggoda membuat wajah Arini memerah.

"Mau ibu bantu bersih-bersih? Ibu yakin pasti kamu susah jalan."

"Gak usah Bu, tolong ambilin dasterku aja. Mandinya nanti aja tunggu mas Bram"

"Iya juga yah, kalau ibu yang bawa kamu udah pasti ibu langsung encok, kan ibu udah tua" setelah mengatakan itu ibu langsung mengambilkan daster Arini di lemari.

"Nah ini makan dulu, kamu istirahat aja sampe Bram pulang. Nanti kalau butuh sesuatu panggil bibi atau ibu yah?" Ucap ibu

"Iya Bu. Makasih yah Bu"

Ibu bergegas turun ke bawah karena ingat kalau dia akan pergi dengan suaminya.

Di sisi lain Sofia datang ke perusahaannya Bram.

"Maaf ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang resepsionis.

"Saya mau bertemu dengan Bramantyo" jawab Sofia dengan nada angkuh.

"Sudah buat janji sebelumnya?"

"Belum"

"Maaf ibu, kalau belum buat janji tidak bisa masuk"

"Saya ini temannya jadi tidak perlu buat janji" ucap Sofia dengan amarah.

Tanpa di sadari Nino melihatnya sedari tadi.

"Ada apa ini?" Sofia menolehkan kepalanya.

"Oh kau"

"Ibu ini mau bertemu dengan tuan Bram, pak" jawab sang resepsionis dengan lembut.

"Untuk apa kau bertemu dengan tuan?" Tanya Nino dengan wajah datar.

"Kau tidak perlu tau"

"Tuan tidak masuk kerja hari ini, dia libur" ucap Nino datar, dia terpaksa berbohong agar wanita di depannya cepat pergi.

"Kau tidak berbohong kan?" Tanya Sofia dengan tatapan menyelidik.

"Tidak. Saya baru di kabarinya barusan. Jadi silahkan pergi".

Sofia bergegas pergi setelah mendengar bahwa Bram tidak masuk kerja.

Nino segera naik ke atas, di perjalanan dia bingung kenapa wanita itu bisa tau kalau tuannya sudah pulang dari Kalimantan padahal kepulangan tuannya waktu itu mendadak bahkan orang hotel baru tau hari ini kalau tuannya sudah pulang.

                            
💮💮💮

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang