BAB 15

4.7K 99 0
                                    


Sudah sebulan ini Nanda tidak pernah lagi menganggu Bram. Bram kira wanita itu sudah mengerti keadaanya.

"Sayang, apa benihku belum ada yang berhasil?" Tanya Bram vulgar.

Ibu yang ada di belakang pasutri itu terbatuk-batuk.

"Astaga ibu hati-hati minumnya" ucap Arini.

"Kau ini Bram, bertanya seperti harusnya di kamar jangan di luar" ucap ibu dengan garang.

"Kenapa memangnya, aku hanya penasaran lagipula aku selalu memasuki Arini tiap malam wajar aku bertanya" perkataan Bram membuat pipi Arini memerah.

"Mas ck." Arini mencubit lengan Bram.

"Mungkin belum di kasih jadi sabarlah" ucap ibu menenangkan.

"Aku selalu sabar Bu, hanya saja aku tidak ingin saat aku memasuki Arini dengan keras ternyata ada anak kami di rahminya. Kan kasian" ujar Bram dengan polos.

Ibu yang sudah tidak kuat melangkah kakinya menjauh.

"Maaf yah mas, Arini belum hamil sampai sekarang" ucap Arini dengan sesal.

"Jangan sedih itu artinya kita belum di percaya sama Allah, maaf mas tanya begitu yah. Kamu Taukan gimana kalau mas memasukimu, kalau kita tau ada mahluk kecil di sini kan mas bisa bermain lebih lembut lagi. Mas. Gak mau kamu kenapa-kenapa sama adik bayinya makanya mas tanya sama kamu tadi." ucap Bram sambil mengelus perut Arini.

Arini terharu mendengar perkataan suaminya, dia merasa menjadi wanita yang beruntung di sayangi begitu dalam oleh suaminya.

"Berarti mas bisa memasukimu dengan keras". Sontak perkataan Bram membuat Arini menegang dan wajahnya memerah.

Arini akui suaminya ini sangat jago di atas ranjang bahkan beberapa hari lalu dia harus istirahat total karena suaminya yang menerjang dirinya hingga tak kenal waktu dan berakhir suaminya yang di usir dari rumah oleh ibunya.

Mengingat hal itu membuat Arini tersenyum semua orang di rumah ini menyayanginya.

"Tapi ingat mas jangan seperti waktu itu kalau kamu masih mau tinggal di sini" ingat Arini pada Bram.

"Hehehe yang waktu itu mah mas khilaf sayang makanya sampai buat kamu kayak begitu. Sampai di usir ibu dari rumah ckck." Bram mengingat kejadian itu, dia memang memasuki Arini dengan sangat liar yang menyebabkan dia di usir ibunya sendiri.

"Uh mengerikan" Bram merinding.

"Hahaha salah sendiri, aku baru liat loh ayah sama ibu marah sampai-sampai kami di usir sama ibu dari rumah"

"Ck mereka memang lebih sayang kamu daripada anaknya sendiri" dengus Bram yang merasa seperti di anak tiri kan dengan orang tuanya semenjak dia menikah dengan Arini.

"Aku bahagia mas, walaupun aku menantu di rumah ini tapi berasa anak kandung mereka. Aku beruntung mas" Arini memeluk Bram.

"Mas yang beruntung sayang. Makasih yah sudah mau sama mas dan bertahan di awal pernikahan kita"

Mereka berpelukan dengan sayang, tidak sadar sedari tadi ada ibu dan ayah Bram yang melihat dengan terharu.

"Pilihan kita gak salah Bu" ujar ayah pada sang istri

"Iya yah, ibu bahagia"

Kedua paruh baya itu berpelukan seperti anaknya.

                                ****
Di sebuah ruangan seorang wanita sedang bersiap-siap untuk melancarkan aksinya.

"Hm sebentar lagi Bram akan menjadi milikku. Bersenang-senang lah Bram dengan istrimu karena selanjutnya kau akan bersenang-senang denganku" ujar Nanda.

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang