BAB 7

7.8K 153 0
                                    


Hari ini mereka hanya akan menghabiskan waktu di villa saja, karena Arini sedang tidak enak badan.

"Aaa....sedikit lagi sayang" seru Bram yang  menyuapi Arini. Arini membuka mulutnya dengan terpaksa, dia sudah kenyang tapi suaminya memaksa untuk tetap makan.

"Sudah, aku sudah tak kuat. Kenyang sekali"

"Baiklah istirahatlah, maafkan aku yah. Seharusnya hari ini kita bisa bersantai di atas yacht" sesal Bram

"Tidak apa-apa mas, masih ada hari lain" Arini mengelus lengan kekar suaminya.

"Seharusnya aku bisa menahan diriku untuk tak menyentuhmu terus. Alhasil kau tak bisa jalan sekarang. Apakah masih sakit? " Tanya Bram dengan khawatir.

POV Arini

Aku memaklumi mas Bram yang menyentuh ku terus-menerus, selama ini dia menahan dirinya untuk tak menyentuhku bahkan semenjak kami bertunangan dia tidak pernah ke club lagi ataupun bersenang-senang  dengan jalang lagi.

Hal ini ku ketahui dari Rina, dia menceritakan semuanya padaku. Aku terharu mendengarnya, setidaknya dia menghargaiku dan pernikahan kami walaupun dia tidak menyukai perjodohan ini.

"Hmm sedikit mas.." aku menjawab tenang supaya mas Bram tidak khawatir.

"Kita nonton film saja mas... Kita kan tidak pernah nonton film bersama" ucapku dengan puppy eyes.

Kulihat mas Bram tampak berfikir, mungkin dia tidak terlalu suka menonton.

"Hmm... Kalau begitu kau tunggu sebentar aku akan menyiapkannya oke" setelah mengatakan itu mas Bram langsung berlalu keluar kamar.

Memangnya apasih yang harus dipersiapkan, kita sisa putar film dan menonton saja.

Tak lama kemudian mas Bram masuk dan menggondongku ala bridal style, aku langsung mengalungkan kedua tanganku padanya. Mas Bram membawaku di sebuah ruangan entahlah ruangan apa.

Aku terkejut ternyata Ini ruang bioskop mini, aku baru tau ada bioskop mini d vila ini.

"Aku menelfon ayah tadi dan bertanya apa ada bioskop di villa ini, dia bilang ada." Bram menjawab keterkejutan ku sambil meletakkan ku di kasur bioskop ini.

"Dirumah ada bioskop, di villanya pun ada bioskop. Wah ayah benar-benar hebat" terangku kagum dengan ayah.

"Ayah bilang, dia sengaja membuatnya karena dia ingin nanti saat waktunya tiba, dia yang akan menemani cucunya menonton kartun di bioskop. Yah supaya cucunya juga tidak perlu keluar rumah juga" pungka mas Bram dengan santai dan mengambilkan popcorn untuk diberika padaku.

Aku yang mendengar rencana ayah dibuat terharu, ayah dan ibu mertuaku sepertinya akan menjadi nenek dan kakek yang hebat untuk anak-anak ku dan mas Bram.

Tidak pernah terpikirkan ternyata pikiran ayah sudah sampai sejauh itu, segitunya mendambakan seorang cucu.

"Kita harus berusaha mas... Aku ingin cepat hamil anak mu. Aku ingin menjadi wanita yang beruntung karena memilikimu" ucapku sambil mengelus pipi suamiku.

Mas Bram mengusap perutku dengan sayang sesekali mengecupnya.

"Mas juga sudah tidak sabar sayang, ingin melihat Arini junior dan Bram junior. Aku ingin memiliki putri yang mirip denganmu dan putra yang mirip denganku. Aku sungguh tak sabar melihatmu dengan perut buncitmu berisi benihku, bahkan aku sudah memikirkan bagaimana rasanya saat memenuhi ngidam mu yang aneh hehehe... Dan yang paling penting kita harus bercinta setiap hari, ini bentuk usaha juga selain berdoa"

Astaga mas Bram tidak pernah lupa yah dengan kegiatan selangkangannya, dasar suamin mesum.

"Iya, terima kasih yah sayangku sudah menerimaku" aku tersenyum manis padanya sambil mengecup bibirnya sekilas.

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang