BAB 48

4.6K 113 1
                                    

Arini menghela nafas kasar ketika melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya di pagi hari, padahal ini masih jam 5 pagi.

"Assalamualaikum istriku" Bram tersenyum manis melihat wajah Arini yang terlihat kesal.

laki-laki yang mengetuk pintu rumahnya di pagi hari adalah Bram. Sudah sebulan ini laki-laki itu rutin datang ke rumah Arini.

"Huh, masuk mas" terpaksa Arini mempersilahkan Bram masuk

"Makasih sayang, ini mas bawakan sayur, daging sama buah oh susu hamil juga tapi masih di mobil tunggu mas ambil dulu" 

Bram segera keluar setelah meletakkan barang yang dia bawa di atas meja dapur, Arini yang melihatnya menggelengkan kepala. 

"Mas kamu gak perlu ngelakuin ini semua . Udah sebulan loh kamu di sini emang kamu gak kerja? tiap hari loh kamu datang ke sini bawain aku barang ini dan itu tapi itu gak perlu mas karena aku bisa beli semuanya sendiri" ucap Arini 

"Sayang ini sudah kewajibanku lagipula kita masih SAH suami istri jadi kamu gak bisa larang mas" 

"Mending kamu pulang aja ke jakarta mas nanti perusahaan kamu bangkrut kalau lama-lama di sini" ucap Arini sembari menata barang bawaan Bram tadi.

"Gak mau tuh, lagian ada Ayah yang ngurus perusahaan selama aku gak ada"

"Ya ya ya. Mending kamu bangunin si kembar untuk sholat subuh"

"Okay sayang" 

Sebelum pergi Bram melumat sebentar bibir Arini dan hal itu membuat Arini mematung beberapa detik setelah itu  Arini berteriak memarahi Bram yang kurangajar karena telah menciumnya sedangkan si pelaku hanya tertawa.

Saat ini mereka berempat sedang duduk di teras.  Arya dan Rana tidak sekolah karena hari ini libur.

"Om ini pengangguran yah? tiap hari ke sini mulu" ucap Rana.

Bram melototkan matanya dan berkata " Enak aja om ini punya kerjaan tapi lagi di ambil alih dulu selama om di sini"

"Kalau gitu om pulang aja ke jakarta supaya gak nyusahin orang" ucapan pedas dari Rana membuat Arini dan Arya tertawa.

"Ck udahlah, nih om kasih uang jajan. Sana pergi jajan" 

Bram mengambil beberapa uangnya dan memberikannya  pada si kembar. Sedangkan Arya dan Rana berbinar melihat beberapa lembar uang merah yang di sodorkan untuk mereka. Rana lantas mengambil uang tersebut.

"Makasih om. Sekarang Rana percaya kalau om gak pengangguran. yuk kita pergi di taman pasti banyak jajanan" ucap Rana pada saudaranya.

"Kakak mau sesuatu gak? nanti Arya belikan"

" Gak usah" ucap Arini

"Oke. kita berdua pamit yah Assalamualaikum" ucap Rana.

"Tiap ada mereka mas merasa di porotin tau"

" hahaha mereka pasti senang tuh" 

"Sisa kita berdua di rumah sayang" Bram mengerlingkan sebelah matanya sedangkan Arini memalingkan wajahnya yang merona.

"Anak papa lagi ngapain di dalam perut mama hm" 

Bram mengelus dan mencium perut buncit Arini, hati Arini menghangat melihat hal itu. 

" Mas cinta banget sama kamu dan anak kita, mas gak sabar untuk tinggal seatap dengan kamu dan anak kita. Mas ingin saat bangun dan akan tidur selalu di sampingmu, mas ingin di repotkan karena ngidammu atau karena pinggangmu yang sakit. Mas ingin selalu di sampingmu dan anak kita sayang" ucap Bram sambil mengelus pipi Arini.

"Mas hiks...hiks..maaf"

"Udah jangan nangis, di sini mas yang minta maaf bukan kamu"

Bram memeluk Arini mencoba menenangkannya, dia akan berusaha terus agar Arini mau kembali padanya lagi. Tiba-tiba ponsel Bram berbunyi dia sedikit menjauh untuk mengangkatnya.

" Halo yah ada apa?...oh aku lagi di rumah Arini.... APAA??.... oke aku akan menjaga Arini di sini dan ayah tolong kabari aku untuk info selanjutnya.."

Bram merenung mendengar berita dari sang ayah kalau ada surat ancaman yang di antar ke rumahnya dia yakin pengirimnya adalah sofia. Sedangkan Arini di buat penasaran setelah mendengar teriakan Bram saat menerima telfon.

"Mas ada apa? apa sesuatu terjadi?" Bram tersentak mendengar suara Arini.

"Oh itu dari ayah sayang, kamu jangan khawatir yah tadi ayah hanya tanyakan kabarmu dan anak kita. Oh jangan lupakan kata ayah tadi kalau aku tidak berhasil membawamu pulang siap-siap saja akan di keluarkan dari kartu keluarga" ucap Bram.

"hahaha ayah ada-ada saja deh"

Saat ini mereka asyik bercerita lebih tepatnya Bram yang mengoceh ini dan itu sedangkan Arini hanya menanggapinya singkat. Kegiatan itu terhenti saat mereka melihat sebuah mobil yang familiar masuk ke pekarangan.

"Bang Bara? ada apa dia ke sini" ucap Arini saat melihat Bara yang keluar dari mobilnya.

"Hai, bagaimana kabarmu dan ponakanku?" tanya Bara sembari memeluk dan mengelus perut Arini.

"Alhamdulillah baik bang"

" Syukurlah, ini saya bawakan buah dan martabak untukmu" 

mendengar kata martabak Arini senang, sebenarnya sejak semalam dirinya menginginkan martabak tapi karena sudah larut malam jadi dia mengurungkan keinginannya.

"Terima kasih bang, sejak malam aku ingin sekali makan martabak tapi tidak bisa pergi karena sudah larut."

"Kenapa tidak bilang? Mas bisa belikan tadi malam" tanya Bram tapi perkataannya di anggap angin lalu.

"Makanlah aku membelinya banyak"

"Abang seperti cenayang tau aja aku menginginkannya"

"Di mana kau beli? ini masih pagi setauku martabak buka hanya malam saja" tanya Bram sengit.

"itu bukan urusanmu" ucap Bara dengan datar

"Anggap saja ini karena ikatan om dan ponakan. Arini kau masuklah dulu, aku dan Bram akan menyusul. Ada sedikit yang mau ku tanyakan padanya ini tentang bisnis"

"Baiklah"



🌸🌸🌸

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang