Kicau burung terdengar merdu tetapi tidak menggangu aktivitas sepasang suami istri yang masih tidur nyenyak.
"Engh ...." Arini membuka mata hal pertama yang dilihat adalah dada bidang suaminya membuat wajahnya bersemu merah mengingat kejadian tadi malam yang sangat panas.
Arini berusaha bangun tanpa menggangu suaminya yang masih nyenyak tidur.
"Aww....sshh" dia sedikit meringis karena bagian bawah tubuhnya sakit, Arini tau ini akan terjadi mengingat dia masih perawan saat di gagahi suaminya tadi malam apalagi mereka melakukannya tidak sekali tapi berkali-kali.
"Sayang kau tidak apa-apa?" Tanya Bram khawatir
"Masih sakit mas..."
"Kalau begitu kita tidur lagi oke" Bram merebahkan badan Arini di kasur
"Ini udah siang loh mas, udah jam 9 tau. Minggir ih aku mau mandi gak enak sama ibu dan ayah" sungut Arini pada Bram.
Arini berusaha untuk bangun walaupun bagian bawahnya sakit, Bram yang melihatpun merasa bersalah.
"Astaga mas..." Arini langsung mengalungkan tangannya pada Bram saat Bram tiba-tiba menggendong nya.
Bram mendudukkan Arini di atas wastafel, sedangkan dia sedang mengisi bathup dengan air hangat.
Arini yang melihatnya tersenyum maluSangat romantis
Bram meletakkan Arini di dalam bathup diikuti dirinya yang masuk juga kedalam bathup.
"Enak juga berendam dengan istriku yang seksi ini" goda Bram sesekali meremas payudara Arini.
"Ish tangannya..." Sambil menggeplak tangan jahil Bram yang bermain-main di payudaranya.
"Lagian mas ngapain sih ikut berendam juga.." Bram tau Arini masih malu karena kejadian tadi malam apalagi saat ini mereka sedang telangjang di dalam bathup terbukti dari wajahnya yang bersemu.
"Sudah lama mas ingin mandi bersama, Akhirnya terwujud juga. Bagaimana kalau satu ronde lagi di sini sayang, boleh?"
"Astaga mas nyebelin banget sih" Arini memukul tangan Bram yang Melingkar di perutnya.
Dan akhirnya mereka melakukannya lagi, tentunya atas paksaan Bram. Arini hanya bisa pasrah, tapi Arini akui tenaga Bram memang tidak di ragukan.
*****
Sedangkan di ruang tamu Rina sedang menahan kesal karena sampai jam 11 kakak iparnya belum keluar dari kamar, padahal dia sudah merencanakan kegiatan girl's time untuknya dan kakak iparnya."Sudahlah sayang, jangan cemberut terus" ucap ibu sambil memakan cemilannya.
Ayah hanya bisa terkekeh melihat keponakannya yang terlihat kesal. Dia tau betul alasan kenapa Bram dan menantunya sampai saat ini belum keluar dari kamar.
"Memangnya apasih yang mereka lakukan di dalam kamar sampai jam makan siang mereka belum turun juga... Bahkan kakak ipar melewatkan sarapannya" walaupun Rina kesal tapi tetap saja mulutnya sibuk mengunyah cemilan dari ibu.
"Bram benar-benar mirip denganmu" bisik ibu pada ayah.
"Biarkan saja, mereka sedang usahan membuatkan kita cucu"
"Ckckck kalian anak dan ayah sama saja, mesum" ucap ibu sambil melotot pada ayah. Ayah yang dipelototi hanya bisa menahan gejolak hasrat yang tiba-tiba muncul karena istrinya yang lebih terlihat menggemaskan daripada menakutkan.
"Jangan pernah melotot kan matamu sayang. Yakinlah kalau kau melakukannya lagi aku akan membuatmu tidak bisa berjalan" bisik ayah ditelinga ibu sambil meletakkan tangan ibu ke atas kejantanan ayah yang masih tertutup celana. Ibu spontan kaget karena merasakan sesuatu yang mengeras.
Astaga pria tua ini
Tidak lama kemudian Bram dan Arini turun dan bergabung di ruang tamu.
"Lama sekali sih.... Emang kakak gak lapar? Di dalam kamar terus dari pagi" ucap Rina yang langsung duduk di samping Arini.
"Mmm.... Kakak tadi masih ngantuk jadi tidur lagi" jawab Arini disertai wajah yang memerah. Gila saja dia mau menjawab kalau mereka telat bangun karen habis olahraga malam.
Ayah dan ibu yang tau Arini berbohong hanya diam saja tidak menanggapi. Di sisi lain Bram terus memainkan rambut istrinya yang masih sedikit basah.
"Ayo makan siang, ibu tau kamu pasti laparkan.." ujar ibu sambil mengedipkan sebelah matanya pada Arini. Arini yang mengerti maksud dari kalimat mertuanya pun merasa malu
Apa ayah dan ibu tau tentang semalam.
"Kakak sakit? Wajah kakak merah" tanya Rina sambil memegang dahi Arini.
"Ti..tidak kok. Kakak tidak apa-apa" jawab Arini dengan gugup.
"Ayo makan, aku tahu kamu pasti lapar setelah semalaman bercinta" bisik Bram dengan sensual. Wajah Arini tambah merah.
"Mass... Ish"
Merekapun makan siang dengan khidmat di selingi dengan celotehan Rina. Setelah selesai makan Arini yang masih merasa lelah memilih untuk istrihat kembali, badannya masih pegal apalagi bagian bawahnya masih sedikit perih.
"Jangan terlalu buas, kasian Arini kelelahan karena harus melayani hasratmu itu" ucap ibu sambil mencak-mencak pada Bram.
"Ck.. Bram itu lagi kerja keras Bu, supaya ibu cepat dapat cucu. Memang ibu gak mau gendong cucu?"
"Ya maulah. Tapi dijeda dong, kamu liat tadi saja Arini kesusahan jalan loh. Hadeh kalian anak dan ayah sama saja". Belum sempat Bram menjawab ibu langsung melengos masuk ke kamar. Bram hanya bisa mengusap dada.
"Sepertinya ibu mu masih kesal, sudahlah sana pergi istirahat lagi. Ayah juga mau mencari kenikmatan" jawab ayah dengan sumringah, oh ayolah Bram sudah tau pasti ayahnya akan meminta jatah pada ibunya.
"Dasar pak tua, masih siang begini sudah minta jatah" ucap Bram dengan pelan sambil berjalan menuju kamar mereka.
Sebelum masuk ke dalam kamar, Bram berpapasan dengan Rina yang asyik main hp sampai tidak sadar akan menabrak tembok. Bram yang melihatnya hanya bisa tersenyum tanpa mau mencegah insiden yang sebentar lagi terjadi.
Brukk....
"Aww... Sakit" Rina mengelus dahinya yang kepentok tembok. Bram yang melihat langsung terbahak-bahak.
"Hahahaha... Makanya kalau jalan itu jangan sambil main hp, dasar budak hp." Ucap Bram sambil menyeka air mata yang keluar.
"Eh tua Bangka, gue kira siapa yang ketawa ternyata Lo.." ucap Rina dengan nada songong. Bram yang dikatai tua Bangka, melotot pada Rina.
"Idih tuh mata udah kayak telur rebus.."
"Dasar perusuh, balik sana ke rumah Lo.." Bram sangat kesal pada Rina. Walaupun begitu Bram sangat menyayangi Rina karena dia sepupu paling bontot di keluarganya
"Ini semua karena Abang. Aku dan kak Arini jadi gak bisa jalan-jalan, girl's time" tuduhan Rina memang benar tapi Bram hanya diam saja.
"Udah sana-sana bikin enek aja liat muka buaya buntung kyk Abang." Rina langsung melengos ke dapur, Bram yang melihat terheran.
Ini ibu sama Rina makan apaansih kalimatnya nyelekit banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arini
RomanceArini Kusumo terpaksa menerima perjodohan yang dibuat oleh orang tuanya, dia berfikir dengan menerima perjodohan itu tidak hanya membahagiakan orang tuanya saja tapi dirinya juga karena tanpa disadari Arini mulai mencintai laki-laki yang akan dijodo...