BAB 29

3K 79 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian itu dan sampai saat ini Bram mengabaikan istrinya, bahkan dia lebih sering menghabiskan waktunya di kantor dengan alasan pekerjaan yang menumpuk.

Tentu saja Arini tau itu hanya alasan sang suami karena tidak ingin melihatnya.

Ceklek

Arini melihat sang suami yang baru pulang kerja "Sudah pulang mas? Aku siapin air hangat yah mas".

"Gak perlu" jawab Bram dengan dingin.

Dalam hati, Arini ingin menjerit menerima perlakuan dingin sang suami, bahkan Ririn sudah sempat menjelaskan pada Bram kejadiaan sebenarnya tapi entah mengapa suaminya tetap tidak percaya.

"Ya udah kalau gitu aku siapin makanan buat mas yah".

"Gak usah aku udah makan sama Sofia".

Setelah mengatakan itu Bram melangkah masuk ke dalam kamar mandi tanpa melihat mimik wajah sang istri yang berubah.

Arini tidak masalah kalau suaminya menghindarinya dengan alasan bekerja di kantor tetapi semenjak kejadian itu  Bram juga sering keluar bersama Sofia.

Sabar Arini ini semua adalah cobaan pernikahan mu dan kamu harus bisa melewatinya.

Arini memilih keluar untuk menyiapkan teh untuk suaminya.

"Eh sayang, Bram udah pulang?" Tanya Ibu yang melihat sang mantu baru turun dari lantai dua.

"Iya mah. Ini aku mau buatin minum buat si mas".

"Ah istri idaman eh" goda ibu membuat pipi Arini memerah. Dan ibu hanya terkekeh sedangkan ayah yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala karena istrinya yang suka sekali menggoda menantunya.

"Ayah mau bicara sama kamu bisa nak? Ayah tunggu di belakang yah" ucap ayah yang sedari tadi hanya mengamati interaksi dua wanita kesayangannya.

"Iya yah".

"Mau bicara apa sih yah?" Teriak ibu yang tidak di gubris suaminya.

"Ish malah di cuekin. Ya udah deh ibu mau tidur ngantuk, selamat malam yah sayang"

"Malam Bu".

                      ***

Setelah mengantarkan teh untuk sang suami Arini bergegas ke halaman belakang untuk bertemu sang mertua.

"Yah" panggilan Arini membuyarkan lamunan sang ayah dari kolam ikannya.

"Arini duduklah. Ayah langsung saja, kalian ada masalah?" Pertanyaan ayah membuat Arini menegang.

"Ternyata benar dilihat dari reaksi mu. Kenapa tidak cerita nak?".

"Maaf yah, Arini gak cerita ke ayah karena Arini merasa masalah ini cukup kami berdua saja yang tahu. Arini gak mau buat ayah dan ibu cemas atau khawatir"

Ayah menghela nafas " di sini kamu bukan hanya mantu ayah dan ibu tapi putri ayah nak, jadi apapun itu kamu bisa cerita sama ayah atau ibu. Kalau begini ayah tambah khawatir loh". Ucap ayah sambil mengelus lembut rambut Arini.

Arini merasa beruntung memiliki mertua yang sangat menyayangi nya.

"Makasih yah. Tapi Arini mau selesain ini sendiri gak apa-apa kan yah?"

"Ck, ya udah deh tapi kalau ada apa-apa atau butuh bantuan, kasih tau ayah yah."

Arini tersenyum " iya ayahku. Arini juga janji bakal cerita ke ayah dan ibu juga, tapi nanti gak sekarang".

Ayah yang mendengar itu langsung memeluk menantunya itu. " Ah putri ayah, sangat manis. Awas saja kalau anak brengsek itu menyakiti putri ayah ini hm sudah ayah kubur hidup-hidup dia".

Arini tertawa mendengar perkataan sang mertua.

"Perlu di ingatkan, anak brengsek yang ayah maksud itu putra kandung ayah loh".

"Kenapa memangnya, kamu kan juga putri ayah". Mereka berdua tertawa bersama sambil bercerita tentang segala hal.

                       ****

Keesokan paginya Arini izin ingin menemui sang sahabat.

"Mas aku izin yah mau ketemu Mega, ayu sama sedah".

"Hm".

"Aku cuma sebentar kok mas" seru Arini mencoba berinteraksi lebih dengan suaminya.

"Ck, pergilah" Bram menjawab dengan cuek tanpa menatap wajah istrinya.

Arini tersenyum miris melihat sikap Bram, bahkan suaminya itu enggan menatapnya.Dengan rasa kecewa Arini melangkah pergi.

Saat di mobil Arini hanya melamun memikirkan sikap Bram yang semakin hari semakin cuek padanya.

"Huek...huekk" Arini tiba-tiba mual.

"Loh non, kenapa?" Tanya sang supir yang masih terkejut melihat nona mudanya tiba-tiba muntah.

"Ini tisu sama air minumnya non."

Arini mengambil tisu dan meminum air mineral itu hingga habis. Arini baru ingat kalau dirinya sudah telat datang bulan.

"Mang nanti mampir dulu yah ke apotek".

"Siap non".

Arini berharap firasatnya tidak salah. Arini tersenyum sambil mengelus perutnya.

Semoga saja Ya Allah


💮💮💮💮💮

Maaf yah aku lama banget up ceritanya dikarenakan sakit. Jangan lupa vote dan coment yah. Terima kasih sudah membaca ceritaku😊😊

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang