4. Nanda

3.4K 194 0
                                    

Pagi ini Dita sudah rapi dengan setelan rok span dibawah lutut dengan kemeja berwarna maroon, rambut yang dikuncir kuda serta tas kecil yang melengkapi penampilan nya.

Netranya menangkap seorang wanita beserta anak kecil digendongannya, dia mengenali wanita itu tapi tidak kenal namanya.

"Bukankah itu pacar kak Gilang waktu itu, apa mereka sudah menikah?"gumam Dita melihat Nanda dengan anak kesil digendongan nya.

"Dia terlihat kesusahan"Dita segera keluar dari mobil dan menghampiri Nanda.

"Permisi mbak"sapa Dita tersenyum ramah. Dita yang dipandang seperti itu oleh Nanda menjadi canggung sendiri.

"Ya mbak"jawab Nanda sedikit kesusahan dengan bayi yang menangis.

"Mbak seperti nya sedang kesusahan?"tanya Dita memperhatikan Nanda.

"Iya, anak saya sedang sakit tapi dari tadi tidak ada taxsi yang lewat"

"Kalau gitu biar saya antar saja mbak, kebetulan saya lewat klinik"tawar Dita tersenyum. Nanda mengangguk dan mengikuti langkah kaki Dita.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Dita menoleh mendapat pertanyaan seperti itu dari Nanda.

Dengan senyum Dita menjawab, "saya pernah bertemu mbak sebelumnya tapi mbak gak pernah bertemu saya"

"Ah benarkah, dimana kamu bertemu dengan ku?"tanya Nanda tersenyum.

"Ehm, dicafe waktu mbak mencium pipi kak Gilang"Dita tersenyum kecil mengingat itu.

"Ah benarkah, apa kau tau setelah aku menciumnya aku dipecat dari pekerjaanku"ya Setelah Nanda mencium Gilang waktu itu Gilang mengadukan kepada Rendra akibatnya Nanda dipecat saat itu juga.

"Dipecat"gumam Dita, Nanda mengangguk dan tersenyum kecil. Karena kebodohannya dia menjadi menderita tidak punya pekerjaan.

"Bukankah mbak pacarnya kak Gilang?"tanya Dita fokus pada kemudinya.

"Hahahah, apa kamu berfikir aku pacarnya. Itu salah, aku adalah sekretaris pak Rendra jadi aku selalu dekat dengan asisten Gilang"Dita membelelekan metanya ternyata dia salah sangka selama ini.

"Eh kenapa kamu bisa kenal dengan asisten Gilang?"Nanda menatap Dita dengan heran. Dita gelagapan mendengar pertanyaan itu.

"Ah udah sampai mbak"ucap Dita didepan klinik yang dia maksut. Nanda segera turun dari mobil Dita dan mengucapkan terimakasih.

"Jadi selama ini aku salah faham, ah bodohnya" Dita memukul kepalanya sendiri dengan pelan.

"Tapi tetep aja, kak Gilang pasti udah nikah"ucap Dita tersenyum kecil.

.
.
.

Para karyawan juga sempat heran kenapa sekarang Gilang mempunyai sekertaris.
"Mbak Dita ini tolong antarkan keruangnya pak Gilang"ucap OB membawa secangkir kopi panas. Dita mengangguk dan mengambil kopi itu.

Tok.

Tok.

Tok.

Dengan pelan Dita mengetuk pintu ruangan Gilang."Permisi pak" lama Dita menunggu tapi tak kunjung mendapat jawaban dari dalam, perlahan tangannya memegang gagang pintu didorongnya pelan pintu itu manampilkan Gilang yang duduk disofa dengan ponsel ditelinga ya.

"Sayang aku tutup dulu, aku banyak pekerjaan"ucap wanita ditelfon yang berbicara dengan Gilang.

"Ya baiklah"jawab Gilang memutus sambungan telefon nya.

"Permisi pak"Dita kembali memanggil Gilang, Gilang menoleh dan sedikit terkejut melihat kehadiran Dita dibelakangnya.

"Maaf pak, ini kopi nya. Maaf jika masuk tanpa izin tapi udah saya ketok tapi tidak ada yang nyaut"Dita menunduk lalu meletakkan kopi itu dimeja.

"Kalau gitu saya permisi pak"belum sempat Gilang menjawab Dita sudah berjalan menjauh.

"Dita apa yang kamu fikirkan"Dita menelungkup kan wajahnya dimeja. Dia merutuki kebodohannya kenapa dia masih mengharapkan Gilang, sudah jelas laki-laki itu sudah mempunyai pasangan.

"Kamu kenapa?"dengan spontan Dita mendongokkan kepalanya.

"Ehm, gak kenapa-kenapa pak"jawab Dita menunduk, dia tidak berani menatap wajah Gilang.

"Baiklah kalau begitu saya pergi dulu"setelah itu Gilang pergi menuju keruangan Rendra.

Sungguh rasanya air mata Dita akan menetes, mengingat seorang wanita yang memanggil Gilang dengan sebutan sayang dan sikap Gilang yang dingin dan cuek tidak seperti dulu saat dia masih SMA. Apa mungkin karena dia bawahan Gilang dan disini posisinya sebagai karyawan.

.
.
.

"Kenapa sih Lo Lang?"tanya Rendra menatap malas sang sahabat.

"Gue kesel sama Fani, kita udah pacaran hampir satu tahun dan gue rasa umur gue sama dia udah cukup untuk menikah tapi dia selalu menolak alasannya pekerjaan. Dirumah gue selalu ditanya mama kapan nikah ditambah lagi kalian semua udah nikah punya anak" yang dimaksud Gilang adalah Rendra, Faris dan Pandu.

"Mending cari yang lain"Rendra tertawa melihat ekspresi terkejut Gilang.

"Gak ah, gue cinta banget sama Fani"perkataan Gilang membuat Rendra tertawa terbahak-bahak.

"Lagi pula, gue gak bisa deket sama cewek lain. Lo tau kan semua cewek gak betah sama gue cuma Fani nih yang mau sama gue"alasan semua cewek tidak betah dengan Gilang karena Gilang itu super cuek, kaku dan gak peka meskipun dia ganteng dan banyak uang.

"Udahlah gue mau balik"Gilang pergi begitu saja dari ruangan Rendra.

"Dita tolong temani saya membeli hadiah"kata Gilang berada didepan meja Dita, dengan cepat ia mengangguk dan berdiri.

"Ayo"Gilang membuka pintu mobil, tapi Dita hanya diam saja ditempat dia berdiri.

"Kenapa?"tanya Gilang bingung.

"Ehm, saya naik mobil sendiri saja pak"jawab Dita pelan, dia tidak enak jika berada satu mobil dengan Gilang.

"Jangan, kita bareng saja"dengan terpaksa Dita berangkat satu mobil dengan Gilang. Diperjalanan Dita tidak banyak bergerak dia hanya duduk sedikit bersandar dikursi sedangkan Gilang fokus pada kemudinya.

Gilang melaju kan mobilnya menuju mall yang dekat dengan kantor. "Bapak mau beli apa?"tanya Dita pelan, mereka berada dijajaran jam tangan dan perhiasaan.

"Saya mau beli jam itu aja"Gilang menunjuk jam tangan berwarna gold dan terdapat hiasan dilingkaran jamnya.

"Apa itu untuk istri bapak?"

"Tidak, itu untuk mama saya"jawab Gilang menatap jam yang sudah dibungkus oleh penjualnya. Mereka tidak langsung pulang melainkan makan siang terlebih dahulu, awalnya Dita menolak tapi Gilang yang memaksanya.

"Kenapa sedikit sekali kamu makan?"Gilang menatap makanan didepan Dita.

"Tidak pak"jawab Dita tersenyum, dia sedang tidak nafsu makan kenapa disuruh makan menyebalkan sekali.

Sama seperti waktu berangkat hanya keheningan yang menemani mereka, tidak ada yang bicara atau memulai pembicaraan. Saat tengah asyik dengan pikirannya Dita dikagetkan dengan suara deringan ponsel.

Itu bukan ponselnya melainkan ponsel Gilang. Dita melirik ponsel Gilang sekilas terlihat nama "Fani❤️"dilayar ponselnya.

"Hallo kenapa?"tanya Gilang.

"Sayang aku mau pergi keluar kota selama satu Minggu"

"Iya pergilah"jawaban Gilang sangat cuek pada Fani kekasihnya.

"Babay sayang, aku pergi dulu"belum sempat Gilang menjawab sambungan telefon sudah terputus.

Dita menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, seperti ada ribuan belati tajam yang menusuk nusuk hatinya, menyebabkan hatinya perih sekaligus sesak.

Dengan kecepatan sedang Gilang melajukan mobilnya menuju kantor. "Dita terimakasih sudah mau mengantar tadi"kata Gilang datar. Dita mengangguk dan kembali duduk dikursinya.

Seperti biasa Dita keluar dari kantor pukul empat sore, hari ini cukup melelahkan baginya, bukan fisiknya tapi batinnya.

Aku tunggu vote dari kalian!



Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang