8. Pertanyaan

3.7K 167 0
                                    

1 bulan kemudian.

Sikap Gilang pada Dita masih sama seperti awal waktu mereka menikah, tidak ada yang spesial setiap harinya. Hanya ada kecanggungan dan kekakuan diantara mereka.

"Maaf kak"Dita menunduk saat dia bertabrakkan dengan Gilang. Pipi Dita bersemu merah saat melihat tubuh telanjang Gilang, hanya handuk sebatas pinggang yang menutupi badan bagian bawahnya.

Dengan cepat Dita memasuki kamar mandi. Dia sangat malu ini adalah kali pertama dia melihat tubuh telanjang laki-laki.

"Dit"panggil Gilang saat Dita keluar kamar mandi.

"Iya kak"Dita sedikit berlari kearah Gilang.

"Ini"gilang memberikan kartu ATM pada Dita.

"Gak usah kak, Dita masih ada kok uangnya"jawab Dita menunduk, memang dia masih mempunyai banyak simpanan ditabungannya.

"Itu uang kamu, ini nafkah dari aku buat kamu"akhirnya Dita menerima kartu itu dan tersenyum kearah Gilang.

"Makasih kak"Dita meletakkan kartu itu didalam dompetnya. Didalam dompetnya sendiri ada empat kartu dan didalamnya ada isinya semua.

"Tolong bikinin kopi"dengan senang hati Dita membuatkan kopi untuk Gilang. Dengan bersenandung pelan Dita membuat kopi untuk suaminya.

"Sayang kamu kenapa?"tanya Ririn yang melihat Dita tersenyum sendiri. Ririn juga sudah sembuh, dia sudah bisa berjalan dengan normal.

"Ini mah buatin kopi buat kak Gilang"jawab Dita tersenyum. Sejak menikah baru kali ini Gilang meminta sesuatu pada Dita.

.
.
.

Ceklek.

"Ini kak kopinya"Dita meletakkan kopi itu dimeja didepan Gilang. Gilang melirik Dita yang ingin pergi"Mau kemana?".

"Ehm,-"

"Sini duduk"Dita mengangguk, duduk disamping Gilang membuat dia jadi gugup sendiri. Dia sedikit menggeser duduknya supaya ada jarak diantara dia dan suaminya.

Gilang tidak mengatakan apapun, dia asyik dengan ponselnya sendiri. Membiarkan Dita dengan segala kebosanannya.

"Apa kak Gilang sedang bertukar pesan dengan kekasihnya?"gumam Dita dalam hati. Hatinya mendadak nyeri mengingat jika Gilang mempunyai kekasih. Dia seperti perusak hubungan antara Gilang dan kekasihnya.

"Huh, sadar Dita. Kak Gilang udah punya kekasih, kapan saja dia akan membuangmu"Dita menggigit bibirnya kuat-kuat membuat bibirnya sedikit berdarah.

"Kenapa digigit?"tanya Gilang melihat bibir Dita yang perlahan mengeluarkan darah.

"Ha?"Dita gelagapan sendiri, mendengar pertanyaan itu. Jantungnya berdebar kencang saat tangan Gilang mengelap bibirnya yang berdarah.

"Jangan digigit, nanti berdarah lagi"peringat Gilang tanpa ekspresi. Setelah itu hanya ada keheningan yang tercipta diantara mereka.

"Kak Gilang"panggil Dita pelan. Gilang mendongok dan menatap serius gadis dihadapannya ini. Gadis cantik yang dulu pernah ada dihatinya.

"Kenapa?"

"Ehm, aku mau bilang sesuatu"dia sangat takut bilang seperti ini pada Gilang. Gilang mengangguk dan menggeser duduknya menjadi menghadap Dita. Sedangkan Dita yang ditatap menjadi sangat gugup.

"Kalau kak Gilang mau menikah dengan kekasih kakak bilang sama aku ya, nanti biar aku pergi dari sini dan hidup kakak"hanya dengan satu tarikan nafas Dita mengucapkan itu.

Matanya sudah  berkaca-kaca siap meneteskan air mata, dengan sekuat yang dia mampu dia menahan air matanya untuk tidak jatuh. Dadanya sangat sesak mengatakan itu. Tapi dia tetap tersenyum untuk menutupi itu semua.

Gilang, laki-laki itu diam tanpa menjawab perkataan Dita. Dia masih mencerna perkataan istrinya ini. Tak kunjung mendapat jawaban dari Gilang, Dita melangkah kan kakinya untuk pergi, "mau kemana?"tanya Gilang menahan pergelangan tangan Dita.

"Ehm, Dita mau tidur kak"sebenarnya dia belum terlalu mengantuk, tapi dia tidak ingin berlama-lama dekat dengan Gilang saat ini.

"Kenapa kamu bisa bilang kayak tadi?"Dita menelan ludahnya kasar. Dit kembali menghembuskan nafas pelan sebelum berbicara "bukankah kak Gilang punya kekasih, aku tidak masalah. Disini aku yang salah udah masuk diantara hubungan kakak sama kekasih kakak"

"Aku tidak punya kekasih"jawab Gilang. Dita masih bingung, bukankah Gilang mempunyai kekasih yang bernama Fani.

"Fani"gumam Dita pelan, untung Gilang bisa mendengarnya.

"Fani itu mantan aku, kita putus sebelum kita nikah"jelas Gilang. Dita menutup mulutnya tidak percaya.

"Apa gara-gara kakak mau nikah sama aku kakak putusin kekasih kakak?"

"Gak, aku putus dimalam sebelum kita bersama diapartemen ku"mendengar itu pipi Dita menjadi merah, dia ingat betul saat dirinya memeluk Gilang dan tidak mau dilepaskan dan tertidur dalam keadaan seperti sampai mereka dinikahkan.

"Kenapa putus?"

"Dia selingkuh sama laki-laki lain" Gilang menghelafa nafas panjang, sangat sakit mengingat perselingkuhan kekasihnya.

"Aku lega denger nya kak, setidaknya aku tidak merusak hubungan kalian"Dita tersenyum, tapi senyuman itu tidak lama saat dirinya melihat wajah datar Gilang.

"Maaf ya kak"

"Kenapa kamu minta maaf terus?"tanya Gilang sedikit heran, pasalnya gadis didepannya ini selalu minta maaf padanya.

"Aku gak tau, bawaannya pengin minta maaf aja sama kakak"jawab Dita sambil tersenyum manis, darah Gilang berdesir melihat senyuman itu, jantungnya berdebar-debar.

"Oh ya, kenapa dulu kamu pergi kuliah diluar negeri?"tanya Gilang penasaran, dia belum tahu alasan Dita pergi keluar negeri tanpa pulang sekalipun selama empat tahun.

"Ehm itu, Dita hanya ingin mencari suasana baru aja disana"

"Terus kenapa empat tahun gak pernah pulang?"sungguh ini pertanyaan yang sulit bagi Dita. Apa Gilang merindukan nya?

"Males aja kalau pulang nanti bunda nangis-nangis lagi kayak waktu pertama"alasan yang tidak masuk akal.

"Terus kenapa kamu ngundurin diri jadi sekertaris aku?"pertanyaan ini sangat sulit untuk dijelaskan. Dita menelan ludahnya kasar dia bingung ingin menjawab apa.

"Aku gak cocok jadi sekertaris kakak, hehehe"Dita tertawa lucu saat menjawab itu.

"Baiklah, sekarang tidur lah"titah Gilang yang diangguki oleh Dita. Sebelum tidur Dita menggosok giginya dan mencuci muka.

"Kak"panggil Dita saat sudah berbaring, Gilang segera menghampiri dimana Dita berada.

"Kenapa?"Dita menggeleng dia tidak tahu kenapa dia memanggil Gilang.

.
.
.

Pukul 09.00

"Dita gimana kamu udah ngisi belum?"pertanyaan mama mertuanya membuat dada Dita sesak, bagaimana dia bisa hamil sedangkan suaminya saja tidak pernah menyentuh nya.

"Ehm, belum mah"jawab Dita tersenyum canggung.

"Gak apa-apa, bekum rezeki sabar aja ya"Dita bersyukur karena mama mertuaya tidak memaksa dirinnya.

"Apa aku tidak cantik dan tidak menarik sehingga kak Gilang gak mau nyentuh aku?"pertanyaan pertanyaan itu memenuhi otak Dita.

"Mah, Dita kekamar dulu ya"ucap Dita berlalu pergi.

Dita berada didepan kaca lemari yang besar, dilihat nya tubuhnya yang sangat kecil dan ramping, pantas saja Gilang tidak suka padanya. Dita menghela nafas pelan.

"Kamu ngapain?"tanya Gilang masuk kedalam kamar, hari ini adalah hari Minggu jadi Gilang tidak bekerja.

"Ehm gak kok kak"jawab Dita tersenyum. Untung Gilang tidak melihat dirinya tadi.

"Kak, kak Fani itu gimana sih orangnya?"tanya Dita menatap serius Gilang.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang