22. Fani hamil

3.1K 147 1
                                    

Dan benar saja setelah sarapan Gilang kembali tidur, dia sangat mengantuk dan lelah. Dita wanita itu baru saja mencuci pakaian nya dan suaminya, terkadang juga pakaian nya dicuci oleh bik Inah.

Setelah mencuci pakaian Dita mengabari bundanya jika dia sudah sampai dirumah dengan selamat, pukul Sembilan pagi Gilang juga belum bangun dia masih asik dengan mimpi indahnya dialam mimpi.

Dia hanya duduk diam disofa dengan ponsel ditangganya, sesekali juga dia tertawa karena filem yang ditontonnya diponsel, Ririn wanita itu juga sudah pergi ke butik setelah sarapan.

Matanya melirik menatap ponsel Gilang yang berdering disampingnya. Dia bingung apa dia harus membangunkan Gilang, tapi suaminya itu terlihat lelah sekali. Dita akan menerima akibatnya karena lancang mengangkat telfon Gilang.

"Hallo Gilang, ini aku Fani"kata wanita disebrang sana. Dita mengetahui siapa wanita yang menelfon nya itu.

"Gilang, hiks, hiks-"terdengar suara tangisan dari Fani.

"Gilang aku hamil"Perkataan Fani membuat jantung Dita kembali berdetak dengan kencang, darahnya mendidih.

Dia mematikan sambungan telfon itu, kepalanya pusing mendapat berita itu. Berita yang tidak mau didengar oleh Dita sekarang terdengar jelas dipendengarannya.

Air matanya sudah luruh membasahi wajahnya, dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Dadanya sangat sesak mengetahui fakta menyakitkan itu.

"Hiks, hiks, hiks kenapa jadi kayak gini"katanya terbata-bata.

"Kenapa dia jahat banget sama aku"Dita terus menangis dengan suara pelan, dia tidak ingin membangunkan Gilang yang tertidur.

"Apa kak Gilang akan menikahi kak Fani?"tanya Dita pelan, dia mengelus perutnya yang rata, disini juga ada anak Gilang lalu bagaimana nasibnya nanti.

Setelah itu Dita pergi dari rumah ntah kemana, dia hanya mengikuti langkah kakinya pergi, dia tidak punya tujuan harus kemana.

Menenangkan diri adalah cara terbaik untuk dirinya, tidak ada yang tahu dia keluar dari rumah. Duduk didanau dekat taman adalah pilihan Dita.

"Hallo kenapa sis?"tanya Dita pada sista yang menelfon nya.

"Lo dimana ta, gue pengin ketemu"jawab sista sedikit berteriak.

"Gue ditaman yang ada danaunya"jawab Dita.

"Gue kesana"kata sista.

Sepuluh menit berlalu Sista datang dengan membawa banyak cemilan ditangganya.

"Dit, gue minta maaf yang waktu itu"kata Sista pelan, dia merasa bersalah telah mengajak Dita pergi ke club' waktu itu, itu juga semua gara-gara Sandy yang memaksanya.

"Gak apa-apa kok"jawab Dita. Alasan kenapa Sista tidak langsung meminta maaf waktu karena dia takut pada kakaknya Dita bisa habis dia dan Sandy ditangan kakaknya Dita.

"Nih gue bawa cemilan buat Lo, oh ya Lo nagapin disini?"tanya Sista, tangannya membuka bungkus Snack yang dibelinya saat akan menemui Dita.

"Makasih"jawab Dita tersenyum. Mereka berdua duduk dipinggir danau dengan cemilan yang menemani mereka, Dita sangat berterima kasih pada sista karena menemaninya disini.

.
.
.

Pukul 10.00

Gilang terbangun dari tidurnya, dirinya merasa lebih baik bisa tidur dengan pulas dan nyenyak.

"Bik Dita mana?"tanya Gilang. Saat bangun tidur tadi Gilang tidak mendapati Dita dikamar.

"Gak tau den dari tadi bibik gak liat non Dita"jawab bik Inah. Gilang mengangguk, lalu kembali kekamarnya untuk menelfon sang mama siapa tau Dita pergi kebutik menyusul mamanya.

"Dita gak kesini"jawab Ririn.

Gilang menghela nafasnya kasar, dimana istrinya kenapa tidak memberi tahu jika mau pergi. Apa dia pergi kerumah orang tuanya, tapi jika pergi kerumah orang tuanya pasti dia membawa oleh-oleh tapi oleh-oleh nya masih didalam kamar.

"Aktif sih tapi gak diangkat"kata Gilang dengan kesal.

Dita mampu membuat Gilang panik setangah mati, bahkan Dita baru pergi beberapa jam saja.

"Ah sial"Gilang mengumpat, ada apa dengan dirinya kenapa dia sangat  khawatir mendapati Dita tidak ada dirumah.

Sudah empat jam Gilang menunggu Dita pulang, tapi Dita tidak ada tanda-tanda akan pulang. Hal itu membuat Gilang semakin panik.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"jawab Gilang, dia berdiri dari duduknya dan menghampiri pintu. Dia bisa bernafas lega saat pintu terbuka.

"Kemana aja sih?"tanya Gilang pada Dita. Dita mendengus kesal kearah Gilang. Kenapa dia yang marah-marah seharusnya dia yang marah kan.

"Kok kakak marah-marah sih"kata Dita sedikit sewot, Gilang semakin tidak mengerti dia hanya bertanya kenapa bisa disebut marah.

"Aku gak marah, aku tanya dari mana kamu?"tanya Gilang lagi, dia mengikuti langkah kaki Dita yang berjalan menaiki anak tangga.

"Aku abis ketemu Sista"jawab Dita. Rahang Gilang mengeras mendengar nama itu.

"Kenapa ketemu dia lagi"kata Gilang dengan suara meninggi.

"Kok kakak bentak aku sih"jawab Dita tak kalah tinggi. Sekarang Dita menunjukkan sikap aslinya sikap yang jarang terlihat darinya.

"Kalau gak suka ya udah, gak usah ngurusin hidup aku lagi"sambungnya lagi. Gilang yang mendengar itu terperangah apa benar itu Dita, yang dulunya gadis ceria dan lemah lembut?

"Dita buka pintunya"kata Gilang berusaha membuka pintu kamar yang sudah dikunci dari dalam.

Dita tidak sekuat seperti kelihatan nya saat marah pada Gilang tadi, dia juga wanita yang punya perasaan dan gampang menangis.

"Aku harus gimana?"tanya Dita dengan tangisan yang mengiringi suara seraknya.

Hatinya ngilu mendengar Dita menangis seperti itu, dia sudah keterlaluan kepada Dita. Tapi niat Gilang baik dia tidak ingin Dita berteman dengan orang seperti itu yang mengajaknya berbuat tidak benar.

Gilang mencari-cari kunci cadangan kamarnya, sepertinya masih ada karena dia simpan.

Ceklek.

Pintu dibuka oleh Gilang, hatinya bertambah pilu melihat Dita yang meringkuk dibawah ranjang dengan wajah tertelungkup dilutut.

Tangis Dita semakin keras, tubuhnya bergetar mendapat pelukan dari Gilang, dia tidak bisa jika seperti ini terus. Dia selalu luluh dengan perlakuan lembut Gilang.

"Aku minta maaf"itu lah kata yang terucap dari bibir Gilang yang sering didengar oleh Dita.

Dita masih menangis dipelukan Gilang, disini dia juga bersalah karena telah berbicara kasar pada suaminya sendiri. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri ditambah hormon kehamilan yang berubah-ubah membuat emosinya tidak stabil.

"Aku juga minta maaf, udah ngomong kasar sama kakak"jawab Dita terbata-bata.

"Gak apa-apa"jawab Gilang pelan.

"Tadi aku pergi kedanau terus Sista telfon aku, terus dia nyamperin aku kedanau dia minta maaf sama aku udah ajak aku pergi ketempat itu"jalas Dita. Dia masih setia memeluk Gilang dengan sangat erat.

"Dia juga pertama kali kesana sama kayak aku, dia diajak sama Sandy"sambungnya lagi.

"Iya baiklah, tapi jika mereka mengajak pergi ketempat seperti itu jangan mau"jawab Gilang, dengan lembut dia mencium kening Dita.

"Kakak maaf, tadi aku udah lancang nerima telfon dihp kakak"kata Dita pelan. Gilang menyerngit siapa yang menelponnya?

"Siapa yang telfon?"tanya Gilang, dia juga tidak marah pada Dita tidak masalah jika istrinya mengangkat telfonnya.





Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang