30. Demam

2.9K 131 1
                                    

Sudah tiga hari Fani dirawat dirumah sakit, dan selama Fani dirawat setiap pagi Dita akan datang untuk menjenguk Fani. Hari ini Fani sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah membaik.

"Kakak pulangnya biar aku anter ya"kata Dita membantu memasukkan barang Fani kedalaman tas.

"Kakak mau dianter kemana?"sambungnya lagi. Fani terdiam mendengar pertanyaan Dita, dia sendiri juga bingung ingin pulang kemana.

"Aku gak tau mau pulang kemana"jawab Fani, wajahnya menjadi muram dan terlihat sangat sedih.

"Kakak gak punya tempat tinggal?"tanya Dita. Dia sangat kasihan dengan Fani kehidupan nya sangat memprihatinkan. Fani mengangguk, dia tersenyum getir menatap Dita.

"Aku juga gak punya uang untuk tempat tinggal, aku udah gak kerja saat aku ketaun hamil. Aku dipecat secara tidak hormat"jelas Fani. Dia yang berbuat dia juga harus menerima hasil perbuatannya.

"Yaudah, kalau gitu nanti aku cariin kakak kontrakan"kata Dita tersenyum. Dita senang bisa membantu sesama yang sedang kesusahan.

Fani menggeleng dia tidak enak dengan Dita, biaya rumah sakit semua Dita yang membayar sekarang Dita juga ingin memberinya tempat tinggal. "Gak usah dit, aku udah banyak ngerepotin kamu"tolak Fani menunduk.

Bukan Dita namanya jika tidak keras kepala, Fani dan Dita sudah berada dikontrakkan baru untuk Fani, setelah setangah jam mencari mereka mendapatkan kontrakan yang layak, "apa ini tidak berlebihan?"tanya Fani, rumah yang disewa Dita sedikit mewah, meskipun hanya ada dua kamar, ruang tamu, dapur dan kamar mandi dalam. Serta AC dikamar utama.

"Tidak apa-apa kak, supaya kakak nyaman tinggal disini"jawab Dita.

"Yaudah ya kak Dita harus pulang"sambungnya lagi. Dita sudah membayar kontrakan fani selama dua bulan, dan sebelum pergi Dita juga memberi uang pada Fani, Sampai Fani mendapat pekerjaan lagi.

Dita sudah sampai dirumah pukul setengah satu siang, tubuhnya sekarang menjadi cepat lelah dan cepat lapar. Dia tidak mempermasalahkan itu dia menikmati semua proses menjadi wanita hamil.

"Bik Inah"panggil Dita pelan.

"Kenapa non?"tanya bik Inah dengan ramah.

Dita tersenyum kearah bik Inah yang sedang memperhatikan nya, "kita bikin bakpau yok bik"kata Dita. Bik Inah menatap nona mudanya ini, dia tidak ingin nona mudanya kenapa-kenapa.

"Ayo bik"sambung Dita lagi. Akhirnya bik Inah membantu Dita membuat bakpau, Dita memang menyukai bakpau dari dulu, Dita membuat bakpau bermacam-macam rasa, strawberry, coklat, nanas, kacang, keju dan rasa abon.

"Tinggal nunggu mateng deh"Kata Dita, bakpau yang dia buat semuanya sedang dikukus diatas kompor.

Setelah setengah jam menunggu bakpau yang dia buat sudah jadi, wanginya sangat nikmat. Melihat nya membuat Dita ingin segera memakannya. Pertama Dita mencoba yang rasa kacang, setelah itu rasa keju.

"Bik ini kita makan bareng"kata Dita, bakpau buatannya sungguh sangat enak.

"Makasih non"jawab bik Inah, mereka memakan beberapa bakpau, lebihannya disimpan untuk mertuanya nanti.

"Bik Dita keatas dulu"kata Dita, setelah makan rasa nya dia sangat mengantuk.

Sampai dikamar Dita langsung saja tertidur pulas, pukul empat sore dia masih juga belum bangun, sepertinya dia sangat lelah.

"Assalamualaikum"kata Ririn, dia baru sampai dirumah, pekerjaan nya hari ini sudah selesai jadi dia cepat pulang.

"Waalaikumsalam"jawab bik Inah.

"Dita mana bik?"tanya Ririn, dia sangat menjaga menantunya seperti anaknya sendiri apalagi dia tidak punya anak perempuan.

"Non Dita dikamarnya nyah, mungkin istirahat"jawab bik Inah, bik Inah sudah kerja dirumah ini sejak Gilang masih umur satu bulan.

"Yaudah bik, saya keatas dulu"kata Ririn.

Pukul setengah lima Dita terbangun, dia melihat sekeliling nya. Ternyata dia dikamar. Dia lupa jika tadi tidur, matanya menelisik manatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima lebih sepuluh.

Dia bergegas bangun untuk mandi, hari sudah sore tapi suaminya belum pulang. Dia tahu suaminya pasti banyak pekerjaan karena suaminya asisten seorang bos.

"Kak Gilang kok belum pulang"kata Dita mendar-mandir dikedepan kamarnya, dia ingin sekali cepat bertemu dengan suaminya itu.

"Apa aku telfon aja"sambung nya lagi. Dita memutuskan untuk menelfon nomor Gilang, ponselnya aktif tapi tidak diangkat oleh Gilang. Padahal sudah pukul tujuh malam.

"Kemana sih kak Gilang"gumam Dita, tangannya meremas daster yang dia kenakan.

Ceklek.

Senyum mengembang diwajah Dita saat pintu kamar terbuka memperlihatkan orang yang sedang dia tunggu. "Kakak"kata Dita, dia berlari kecil menghampiri Gilang. saat sudah berada didepan Gilang, tanpa aba-aba dia memeluk Gilang yang berdiri didepan pintu.

Gilang membiarkan Dita memeluknya, sampai Dita sendiri yang melepas pelukannya," kok kakak lama?"tanya Dita menatap intens wajah Gilang.

Wajah Gilang nampak lelah dan juga pucat, mata Dita membulat saat dia menempelkan punggung tangannya didahi Gilang. "Kakak demam"kata Dita panik.

"Kakak sakit, kakak duduk dulu ya"kata Dita, wanita hamil itu menuntun Gilang untuk duduk diranjang, dia segera membukakan sepatu yang melekat dikaki Gilang.

"Kakak gak usah mandi ya, ganti baju aja"kata Dita, dia mengambil kan baju untuk dikenakan Gilang, Gilang tersenyum melihat Dita yang sangat menyayangi dan perhatian pada dirinya.

"Ini"kata Dita memberikan baju ganti. Gilang menerima baju itu, saat Dita akan melangkahkan kakinya dengan cepat Gilang mencegah nya. "Kenapa kak?"tanya Gilang dengan suara berat.

"Aku mau ambil air minum sama kompresan"kata Dita tersenyum. Gilang menggeleng dia tidak ingin ditinggal oleh Dita saat ini.

"Kakak ganti baju dulu, nanti aku kesini lagi"kata Dita, wanita itu menuruni anak tangga untuk sampai didapur, didapur dia melihat mertuanya dan bik Inah sedang berbincang.

"Kenapa sayang?"tanya Ririn melihat Dita dengan wajah yang sedikit panik.

"Kak Gilang demam mah"jawab Dita. Dia mengisi baskom dengan air hangat dan juga mengambil segelas air.

"Biar bik Inah anterin makanan buat Gilang"kata Ririn, dia tahu pasti anaknya belum makan.

"Iya mah, kalau gitu Dita keatas dulu"Dita membawa baskom dan air itu kekamarnya, dilihatnya Gilang sudah berbaring dengan selimut sebatas dada.

Baru saja Dita meletakkan baskom diatas nakas, pintu sudah diketuk oleh bik Inah yang mengantarkan makanan. "Bibik permisi dulu non"kata Bik Inah undur diri.

Dita mengompres dahi Gilang dengan air hangat, badan Gilang juga sedikit menggigil. "Kak Gilang bangun dulu yuk, kakak makan dulu nanti istirahat lagi"kata Dita. Dia membantu sumainya untuk duduk, Dita melepas kompresan yang menempel didahi Gilang.

Kemudian Dita menyuapi Gilang dengan sabar dan penuh kasih sayang, sesekali dia tersenyum memperhatikan wajah Gilang, meskipun sakit tapi wajahnya tetap tampan.

"Ini minum dulu"kata Dita, Gilang menerima gelas yang diberikan oleh Dita.

Dia kembali mengompres dahi Gilang, setelah nya dia kembali kedapur untuk mengembalikan piring dan juga gelas, sekalian dia mengambil air diteko untuk Gilang jika ingin minum.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang