Hanya diam dirumah yang Dita lakukan saat ini, mama mertuanya tidak mengizinkan dirinya untuk ikut membantu dibutik, sedangkan dirumah semua sudah dikerjakan oleh bik Inah.
"Bosen banget"kata Dita, sedari tadi dia hanya duduk dengan banyak makanan, itu semua karena perintah Ririn. Bisa-bisa badannya melar kalau gini terus.
"Jalan-jalan biar gak bosen"sambungnya lagi, dengan secepat kilat dia mengganti pakaian nya.
"Bik Inah"panggil Dita sedikit berteriak, pasalnya bik Inah tidak ada didapur. Bik Inah yang berada ditaman belakang segera berlari mendengar suara nonamudanya.
"Kenapa non?"tanya bik Inah.
"Aku mau jalan-jalan sebentar"jawan Dita tersenyum. Semoga saja bik Inah tidak tanya macam-macam dia sangat malas menjawabnya.
"Jalan-jalan kemana non?"tanya bik Inah, dia sangat memperhatikan nona mudanya ini.
"Deket rumah aja kok bik"jawab Dita tersenyum.
"Mau ditemenin sama bibik?"tawar bik Inah, dengan cepat Dita menggeleng kan kepalanya.
"Udah ya bik aku berangkat"kata Dita lagi, setelah itu dia keluar dari rumah. Tujuannya saat ini pergi ketempat penjual makanan, dia merasa lapar jika sudah mau masuk waktu sore.
"Mau beli apa ya?"gumamnya, dia bingung ingin membeli makanan apa. Disini terdapat penjual kaki lima yang sangat banyak, dia hanya tinggal memilih makanan apa yang dia inginkan.
"Pak es sekoteng nya satu ya"kata Dita, matanya berbinar melihat penjual es sekoteng, pasti nikmat dan segar saat es itu melewati tenggorokannya.
"Siyap neng, ditunggu sebentar"jawab penjual es sekoteng itu ramah. Setelah pesanannya datang dia segera menghabiskan es yang menurutnya sangat nikmat itu, setelah membayar langkah kakinya berjalan menuju penjual putu.
Mencium bau nya saja sudah membuat dia ngiler, jangan sampai anaknya yang ngiler karena kue putu itu, setelah mengantri Dita mendapatkan kue putu pesanannya.
"Enak banget"guammnya menggigit kue putu terakhir.
"Tapi masih pengen jajan lagi"sambungnya lagi, menurutnya tempat ini adalah surga makanan berbagai makanan ada disini.
"Lain kali aku mau ajak kak Gilang kesini"dia tidak henti-hentinya menatap berbagai penjual makanan, dari yang berkuah, gorengan, makanan berat cemilan, panas, dingin semua ada disini.
"Sayang kamu mau apa lagi, mumpung kita masih disini"katanya melihat perutnya.
"Sepertinya aku mau makan itu"tangannya menunjuk pada penjual roti bakar dan martabak.
"Pak roti bakarnya satu ya, pake keju aja"kata Dita, dia sudah berada didepan penjual roti bakar.
"Ya tunggu sebentar"jawab penjual roti bakar. Tidak hanya anak muda yang datang kesini banyak juga para orang tua dan anak-anak.
Setelah lelah berkeliling Dita memutuskan untuk pulang, dia takut Gilang sudah pulang dari kantor. Dia juga membawa kan martabak coklat untuk mertuanya.
"Bukan kah itu kak Fani"gumam Dita, di diperjalanan pulang matanya menangkap seorang wanita dengan perut sedikit besar dan seorang laki-laki.
"Pak stop"Kata Dita, pengemudi taxsi pun memberhentikan kendaraan nya karena perintah Dita.
"Saya turun disini saja pak"sambung Dita memberikan uang.
"Kak Fani sedang apa disana, dan dia terlihat bertengkar dengan laki-laki itu"gumamnya dia tidak berani mendekat, dia hanya memperhatikan Fani dan laki-laki yang tidak dia kenal.
Matanya membulat saat melihat Fani didorong ketengah jalan oleh laki-laki itu. "Kak Fani"teriak Dita berlari.
Sedangkan laki-laki itu sudah kabur, begitu pun dengan mobil yang menabrak Fani dia juga kabur, melihat ada orang yang tertabrak mobil orang-orang menghampiri Fani. "Kak Fani"panggil Dita, dia berusaha membangunkan Fani.
Dita menangis melihat keadaan Fani sekarang, darah dikepalanya dan juga darah yang mengalir melewati kakinya.
"Pak tolong telfon ambulans"kata Dita dengan isakan nya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada anak didalam kandungan Fani.
Setelah beberapa saat ambulans datang membawa Fani kerumah sakit terdekat dari sini, hanya Dita yang ikut bersama ambulans itu. Dia tidak tega membiarkan Fani sendirian tidak ada yang menjaga.
"Apa mbak keluarga pasien?"tanya dokter kepada Dita. Dita bingung harus menjawab apa sekarang.
"Iya dok, saya adiknya"jawab Dita, dia tidak tahu harus menghubungi siapa. Jadi dia bilang jika dia keluarganya.
"Alhamdulillah mbak, luka pasien tidak terlalu berat"kata dokter itu tersenyum. Dita bersyukur Fani tidak apa-apa.
"Lalu bagaimana keadaan bayinya dok?"tanya Dita pelan. Dia menatap Fani yang berbaring diranjang rumah sakit dengan infus dan juga oksigen.
"Bayinya juga tidak apa-apa, pendarahan nya bisa diatasi untung cepat dibawa kerumah sakit dan mendapat kan penanganan dengan segera"Dita bernafas lega mendengar berita baik ini.
"Kalau gitu saya permisi dulu, dan secepatnya diurus admistrasi nya supaya pasien bisa dipindahkan diruangan yang lebih nyaman"sambung dokter itu, setelah itu dokter itu pun keluar.
Setelah mengurus administrasi, Fani segera dipindahkan keruang inap, Dita memperhatikan wajah Fani yang pucat. "Cepet sembuh kak Fani"gumam Dita pelan, sepertinya Dita lupa waktu sekarang sudah jam enam sore dan dia masih dirumah sakit menunggu Fani yang belum sadar.
"Kok lama banget ya kak Fani sadarnya?"tanya Dita, ini sudah hampir tiga jam Fani belum juga sadar. Kata dokter dia akan sadar sebentar lagi.
Dita tersenyum melihat mata Fani yang perlahan terbuka, saat matanya sudah terbuka sempurna yang dia ingat adalah anak dalam kandungan nya. "Bayi kakak gak apa-apa kok"kata Dita yang mengerti kondisi Fani.
"Dita"gumam Fani melihat Dita duduk dikursi samping tempat tidurnya.
"Aku gak tau harus hubungin siapa kak"kata Dita tersenyum kecil.
"Aku juga gak tau keluarga kakak"sambungnya lagi, dia tidak menemukan ponsel didalam tas Fani.
"Gak usah, gak ada yang perlu dihubungi, keluarga aku udah ngusir aku dari rumah karena aku hamil diluar nikah aku udah bikin mereka malu"jawab Fani, matanya kembali berkaca-kaca.
"Terus Kakak yang nungguin siapa?"tanya Dita menatap kasihan Fani.
"Kok kamu bisa ada disini?"tanya Fani yang bingung kenapa Dita yang menemaninya.
"Tadi aku gak sengaja lewat terus liat kak Fani kayak berantem sama laki-laki tapi aku gak berani samperin terus kakak ketabrak mobil"jelas Dita.
"Makasih ya dit, udah nolongin aku"kata Fani tersenyum. Gilang sangat beruntung mendapat istri seperti Dita.
"Iya kak sama-sama"jawab Dita tersenyum.
"Oh ya kakak harus makan, setelah itu minum obat"sambungnya lagi. Dita mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh rumah sakit.
"Biar aku suapin ya kak, tangan kakak luka"kata Dita, tangan nya menunjuk tangan kanan Fani yang diperban meskipun lukanya tidak terlalu dalam.
"aaakk"kata Dita menyuapkan makanan kedalam mulut Fani, Fani tersenyum melihat perhatian yang Dita berikan.
Mata nya melihat perut Dita yang terlihat menonjol. "Apa kamu sedang hamil?"tanya Fani, Dita tersenyum kemudian mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...