7. Sikap dingin

4.3K 181 0
                                    

Hanya ada kecanggungan diantara mereka berdua, Gilang yang duduk diranjang dengan laptop ditangannya dan Dita yang duduk disofa dengan ponsel ditangganya. Selesai makan malam mereka langsung pergi kekamar karena itu perintah Ririn.

Dita melirik sekilas Gilang sebelum berkata "kak Gilang, makasih ya"Gilang mendongok dahinya berkerut bingung.

"Untuk apa?"Dita menelan ludahnya kasar, kenapa suaminya ini sangat dingin dan cuek, tidak seperti dulu.

"Makasih udah nolongin aku kemarin malem, dan maaf udah mengebuat kakak susah dengan nikahin aku"tidak ada jawaban yang keluar dari Gilang, laki-laki itu menghela nafas panjang. Ini bukan kesalahan Dita tapi ini juga kesalahan nya, kenapa dia mengiyakan permintaan Rendra untuk menikahi Dita.

Setelah itu Dita tidak mengucapkan sepatah katapun, gadis itu berdiri dan keluar dari kamar. Minum coklat panas menurutnya baik untuk kondisinya saat ini.

"Mah"sapa Dita melihat mertuanya berada didapur dengan bik Inah.

"Eh Dita"Ririn tersenyum hangat menatap menantunya.

"Kamu mau apa sayang?"beruntung Dita mendapat mertua yang baik seperti Ririn. Lagi pula dirinya dan Ririn juga sudah kenal dekat.

"Aku mau bikin coklat panas mah"sangat sulit memanggil Ririn dengan sebutan mama, biasanya dia memanggil dengan Tante.

"Wah, apa kamu tidak mau membuatkan kopi untuk suamimu?"Dita tersenyum canggung mendapat pertanyaan seperti itu.

"Gilang suka minum kopi dimalam hari"Dita mengangguk dengan gesit tangannya membuat secangkir kopi dan coklat panas.

"Dita kekamar dulu mah"Dita tersenyum menatap mama mertuanya.

Ceklek.

Gilang sama sekali tidak menoleh kearah pintu. Dengan takut Dita melangkah menghampiri Gilang.

"Ehm"Dita berdeham pelan karena Gilang tidak juga melihatnya.

"Kenapa?"

"Ini kak, aku bikinin kopi buat kakak. Kata mama kakak suka minum kopi malem hari, kalau kakak gak mau gak udah diminum ya"ucapnya tersenyum. Dia meletakkan kopi itu dinakas dekat Gilang, Gilang hanya melirik secangkir kopi itu sekilas sebelum akhirnya menatap kembali laptopnya.

Dita kembali duduk disofa dengan secangkir coklat panas ditangannya. Tidak butuh waktu lama Dita sudah menghabiskan coklat panas itu. Matanya perlahan mulai memejam dia sangat mengantuk.

Diliriknya Gilang yang masih sama seperti tadi, tidak mungkin dia tidur disamping Gilang. Dengan pelan dia merebahkan tubuhnya disofa panjang dikamar Gilang.

Gilang mengambil kopi buatan Dita, dia sangat memuji kopi buatan Dita rasanya sangat pas dilidahnya, ini adalah kopi kedua buatan Dita yang dia minum. dengan dua kali teguk kopi itu sudah habis. "Kenapa dia tidur disitu?"Gilang melihat Dita yang berbaring menyamping disofa.

"Dita"panggil Gilang, Dita langsung saja bangun dan terduduk, dia belum sepenuhnya ter tidur.

"Kenapa kak?"Dita sangat gugup saat ini melihat Gilang berada dihadapannya.

"Kamu ngapain?"

"Dita ngantuk kak, jadi Dita tidur. Kakak butuh sesuatu?"tanya Dita masih dengan posisi duduk.

"Gak, aku gak butuh sesuatu"Jantung Dita sudah seperti habis maraton saja, berdetak sangat kencang.

"Ngapain kamu tidur disitu?"

"Oh, Dita gak boleh tidur disini ya kak? Terus Dita tidur dimana dong, masak tidur dilantai"cicit Dita pelan, tidak sengaja pandangan bertemu dengan pandangan Gilang. Dengan segera dia memalingkan wajahnya.

"Kan ada tempat tidur, ngapain tidur disini pasti tidak nyaman"

"Gak apa-apa kok kak, lebih baik aku yang tidak nyaman tidur disini dari pada kakak yang tidak nyaman tidur denganku"Dita tersenyum tipis menatap Gilang yang sedang berdiri.

"Kenapa ngomong gitu?"Gilang heran kenapa Dita bisa berfikiran seperti itu tentang dirinya.

"Dita beneran ngantuk kak, Dita tidur dulu. Selamat malam kak"Dita tersenyum kembali. Gadis itu memang sangat ceria dan dia tidak akan menampilkan kesedihan nya pada orang lain.

"Kita tidur diranjang"Gilang berucap penuh penekanan. Dengan takut Dita mendekati ranjang, tubuhnya gemeteran saat berdekatan dengan Gilang.

Ia merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut sampai lehernya. Gilang juga membaringkan tubuhnya, fikirannya juga sangat lelah. Dalam waktu satu hari statusnya sudah berubah.

Pada saat malam dia memergoki Fani bersama laki-laki lain yang berselingkuh dan sekarang dia menjadi suami dari adik sahabatnya sendiri.

Malam itu juga Gilang memutuskan hubungannya dengan Fani saat memergoki sang kekasih selingkuh. Disini posisi Dita seperti pelampiasan bagi Gilang.

Pukul 04.40

Gilang sudah bangun dari tidurnya, diliriknya Dita yang masih terpejam dengan posisi sama saat mereka tidur. Saat keluar dari kamar mandi dia tidak mendapati istrinya diranjang. Kemana istrinya ini pergi?

"Mama gak usah, biar Dita aja yang bantuin bik Inah. Mama kan masih sakit"saat Gilang masuk kamar mandi Dita segera keluar dari kamarnya dan menuju kamar mandi dibawah.

"Yaudah deh, mama disini aja"Ririn tersenyum, akhirnya dia punya menantu yang bisa membantunya dan yang akan memberikan dia cucu.

"Suami kamu udah bangun dit?"Dita mengangguk dan tersenyum.

"Mah, ini makanannya udah siap"sambung Dita. Setelah selesai masak Dita menata masakannya dimeja makan.

"Sekarang kamu mandi gih, sekalian panggil suamimu" Dita mengangguk cepat, kemudian berlalu menuju kamarnya.

Ceklek.

"Kak, sarapannya udah siap"ucap Dita menunduk. Tidak ada jawaban dari Gilang, Dita menghela nafas nya pelan. Kemudian ia bergegas untuk mandi tidak enak jika mertuanya ini menunggu dirinya.

"Pagi mah"sapa Gilang, Ririn tersenyum dan mengangguk.

"Loh, dimana istri kamu?"

"Dita lagi mandi mah"jawab Gilang. Tidak lama Dita datang dengan wajah yang sudah segar, rok warna hitam seperempat kaki dan baju Lengan panjang sangat cocok ditubuhnya.

"Cantik banget mantu mamah"Ririn sangat memuji kecantikan menantunya ini. Wajar jika Dita cantik Hana sangat cantik dan Farhan juga tampan.

"Maaf mah lama"Dita tidak enak pada sang mertua karena menunggunya.

Ririn tersenyum menatap Dita. "Gak kok, cepat lah duduk" Dita mengambilkan makanan untuk mertua dan suaminya.

Setelah sarapan selesai Gilang segera berangkat kekantor, ya dia memang tidak mengambil cuti.

.
.
.

Rendra tersenyum melihat sahabatnya"sahabat gue jadi adik ipar gue"Rendra terkekeh begitupun dengan Gilang.

"Dita nyusahin Lo gak? Gue minta maaf kalau dia merepotkan"tanya Rendra, Gilang menggeleng, memang benar Dita tidak sama sekali merepotkan dirinya.

"Dia anak yang manja, tapi dia hanya manja pada orang-orang yang dia sayang. Dia anak yang mandiri"jelas Rendra.

"Dan gue harap, Lo gak berfikir buat jauhin gue. Karena gue udah mukul Lo waktu itu" Gilang terkekeh melihat sahabatnya ini.

"Lo apa-apa an sih ndra, jangan kayak gitu gue gak suka"Gilang menonjok lengan Rendra pelan.

"Oh ya terus gimana Lo sama Fani?"Rendra sangat khawatir pada adiknya. Karena bagaimanapun Gilang masih mempunyai kekasih.

"Gue udah putus sama dia, malam saat gue cari Dita gue ketemu sama dia, dia lagi selingkuh dan saat itu juga gue putusin dia"jelas Gilang dengan tersenyum getir.

Jangan lupa vote oke!

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang