Perkiraan dokter Dita akan melahirkan bayinya dua Minggu lagi, mendekati Minggu-minggu lahiran Hana sering datang kerumah Ririn untuk menginap disana, semua itu adalah usulan Ririn. Katanya jika ada sesuatu ada banyak orang dirumah.
"Bunda gak sabar buat liat kalian"kata Dita, kedua bayinya seakan mengerti apa yang diucapkan oleh Dita bayi itu bergerak gerak didalam perut, membuat Dita tertawa kecil.
"Ayah juga gak sabar"sahut Gilang saat membuka pintu kamarnya, dia baru saja pulang kerja hari ini. Hari yang melelahkan untuk ya dan Rendra karena harus mencari bukti kejahatan karyawan di perusahaan yang korupsi.
"Kakak udah pulang"kata Dita,wanita itu berdiri dari duduknya dengan susah payah karena perutnya yang besar menghalangi dirinya.
"Iya baru aja"jawab Gilang, tidak ada kebahagiaan lagi selain melihat istrinya tersenyum bahagia.
"Kakak mandi gih, biar aku siapin baju"kata Dita, Gilang pun segera membersihkan dirinya, badannya sangat lengket dan tidak nyaman sekarang ini.
Setelah lima belas menit Gilang keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang sudah segar, matanya mencari sosok yang sangat dia cinta.
"Ternyata disitu"kata Gilang saat pandangannya melihat Dita yang berdiri didepan jendela dengan mengelus perut nya.
"Kakak"pekik Dita saat Gilang memeluknya dari belakang, aroma harum sabun dan aroma shampo dari tubuh Gilang yang menyerbak diindra penciuman nya membuat Dita merasa nyaman dan sangat menyukai aroma ini.
"Ngapain?"tanya Gilang pada sang istri, tangannya memeluk pinggang sang istri dengan posesif.
"Gak ngapa-ngapain kok kak"jawab Dita dengan bibir yang melengkung membentuk senyuman manis dibibirnya.
"Kakak ganti baju dulu"sambung Dita, namun Gilang belum juga melepas pelukannya. Dia menyampirkan rambut panjang milik istrinya kepundak kanan sang istri.
Dita yang mendapat perlakuan seperti itu membuat lehernya geli karena dicium oleh Gilang dengan gemas, nafas panasnya menerpa leher Dita yang putih mulus.
"Kak geli"peringat Dita, dia berusaha menjauhkan lehernya dari Gilang tapi tidak bisa sebab Gilang menahan kepalanya untuk tetap diam.
Gilang sama sekali tidak mendengar perkataan Dita, dia semakin gencar mengendus dan mencium leher Dita.
Setelah melakukan itu beberapa menit Gilang melepaskan Dita, membuta dita mendengus kesal sebab Gilang yang tidak berbicara sepatah katapun yang ada hanya senyuman yang diberikan oleh Gilang.
"Kakak kok nyebelin banget sih"protees Dita pada Gilang, Gilang tersenyum kecil melihat wajah istirnya yang masam dan kusut.
.
.
."Assalamualaikum"terdengar suara seorang wanita dari luar, dan terdengar juga suara ketukan pintu.
Ririn sudah tahu siapa yang datang, siapa lagi kalau bukan Hana Hanifa dari suara dan ketukan pintunya saja dia sudah mengenalinya.
"Biar bibik aja yang bukain"kata Ririn kepada anak dan menantunya.
Mereka melanjutkan makan malam mereka yang sempat tertunda tadi, "aduh lama banget sih bukain pintunya?"tanya Hana yang berjalan menghampiri ketiganya.
"Bunda"kata Dita, dia sangat bahagia sang bunda datang kesini malam ini.
"Iya sayang"jawab Hana tersenyum, Gilang dan Dita segera menyalami Hana.
"Duduk deh han, kita makan malam"kata Ririn, Hana serega menarik kursi disebelah Ririn.
"Boleh nginep gak?"tanya Hana pada Ririn, terkadang dia takut jika merepotkan Ririn jika terus menginap disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...