26. Masalalu

3.4K 162 0
                                    

Awalnya Gilang kecewa pada Dita yang tidak mau jujur dengannya tapi mendengar penjelasan istrinya dia mencoba melupakan itu.

"manggilnya apa nih?"tanya Gilang mengusap perut Dita, Dita hanya menggunakan kaos polos membuat perutnya tercetak jelas.

"Bunda"jawab Dita pelan, dia mengusap rambut Gilang yang berada didepan perutnya, Gilang juga terlihat sangat nyaman tiduran dipaha Dita.

"Ayah"sambungnya lagi, dia menunjuk hidung suaminya yang mancung.

"Besok kita ngedate yuk"kata Gilang tersenyum, Dita ikut tersenyum melihat senyum suaminya senyum yang selalu dia lihat akhir-akhir ini.

"Hah? Kayak anak SMA aja"cibir Dita pelan.

"Emang kamu pernah ngedate waktu SMA?"tanya Gilang memperhatikan wajah Dita, Dita tersenyum melihat wajah penasaran Gilang.

"Sama Sandy?"sambungnya lagi, Dita tertawa terbahak-bahak mendengar itu.

"Kamu cemburu ya kak?"tanya Dita. Gilang yang ditatap seperti itu membuat jantungnya tidak baik-baik saja.

"Kalau cemburu kenapa, kamu kan istri aku"jawab Gilang, dia tidak tahu apa dia cemburu atau tidak yang dia tahu dia tidak suka wanitanya dengan laki-laki lain selain dirinya.

Dita sangat gugup sekarang, apa benar suaminya itu cemburu"hahaha"Dita tertawa tanpa alasan, dia berusaha untuk tidak gugup saat ini.

"Tidur yuk"kata Gilang, Dita mengangguk kemudian merebahkan tubuhnya sedikit menyamping sedangkan Gilang dia tidur dengan berbantal lengan istrinya, posisinya seperti ibu sedang menyusui anaknya.

"Selamat malam kak"kata Dita mencium kepala Gilang.

.
.
.

Ririn sudah menyiapkan acara empat bulanan Dita, acara itu hanya dihadiri keluarga dan tetangga terdekat saja acarnya juga diadakan dirumah.

"Mamah"panggil Dita, Ririn menoleh kebelakang dia tersenyum melihat Dita yang juga tersenyum.

"Buat apa mah?"tanya Dita melihat Ririn memotong buah buahan.

"Buat kamu dong sayang"jawab Ririn tersenyum, dia tidak memotong banyak buah hanya apel, jeruk, buah naga dan juga anggur.

"Ha"Dita kaget dengan perkataan Ririn, apa dia harus menghabiskan semua buah itu dalam sehari.

"Kok ha sih, cepet nih sayang dimakan"kata Ririn mendorong piring berisi buah potong.

Meskipun tidak terlalu suka buah Dita tetap memakannya, jika tidak dimakan kasian mertuanya udah susah-susah ngupasin.

"Makasih mah"jawab Dita pelan.

"Makan apa?"tanya Gilang menghampiri Dita dan Ririn.

"Ini kak, kakak mau?"tanya Dita pada suaminya, Gilang mengangguk kemudian menarik kursi disebelah istrinya.

"Aku mau anggur aja"jawab Gilang, Dita menyuapkan anggur itu kepada Gilang sedangkan Ririn geleng-geleng kepala melihat keduanya.

"Gilang manja banget ya sekarang"sindir Ririn mengambil kue didepannya.

"Emang manja sama istri sendiri gak boleh?"tanya Gilang, mulutnya masih penuh dengan buah anggur.

"Iya gak apa-apa sih, kalau kamu manjanya diawal kan enak"kata Ririn tertawa.

"Iya yah mah, kenapa gak dari awal aja"jawab Gilang tertawa, dia merasa lucu pada dirinya sendiri, diawal pernikahan dia sangat cuek pada Dita tapi sekarang dia sangat lengket dengan Dita.

"Oh ya Lang Fani udah gak menghubungi kamu kan?"tanya Ririn menatap putranya, Gilang melirik istrinya yang dengan santai memakan buah.

"Gak kok mah"jawab Gilang, terakhir Fani menghubungi dirinya saat dia bilang hamil.

"Kasian dia, ayah anaknya gak mau tanggung jawab"Perkataan Ririn membuat Dita dan Gilang melongo, bagaimana Ririn tau kalau Fani hamil.

"Mama tau dari mana?"tanya Gilang menatap serius Ririn, Ririn yang ditatap anaknya seperti itu merasa hawa disekitarnya dingin.

"Kemarin dia telfon mama, mama diminta bujuk kamu untuk bantuin cari ayah anaknya"jelas Ririn, awalnya Ririn juga sangat syok dengan kabar kehamilan Fani, awalnya juga Ririn berpikir Gilang adalah ayah anak dalam kandungan Fani.

"Mama sih setuju sama kamu, jangan ikut campur urusan mereka"kata Ririn tersenyum, dia bangga dengan putranya.

"Tapi kaisan mah"sahut Dita, wanita itu memakan buahnya kembali dengan mulut penuh.

"Itu pelajaran buat mereka sayang"jawab Ririn, hati menantunya ini memang baik dan lembut. Bagaimana bisa dia baik pada mantan kekasih suaminya.

.
.
.

"Kak"panggil Dita pelan, Gilang mendongok menatap istrinya yang duduk diranjang.

"Kenapa?"tanya Gilang, dia menghampiri Dita yang duduk diranjang.

"Apa boleh aku tanya?"Dita tidak berani menatap wajah Gilang, dia takut Gilang akan marah dengan pertanyaan nya. Gilang mengangguk dan tersenyum tangannya mengelus rambut Dita dengan lembut.

"Kenapa saat disurabaya kakak bisa dengan kak Fani?"tanya Dita. Gilang menatap lekat-lekat wajah Dita, bagaimana Dita tau kalau dia bertemu Fani disurabaya.

Lama Gilang terdiam, akhirnya dia menjawab pertanyaan sang istri. Dia tidak ingin ada salah faham lagi diantara mereka, "aku gak tau dia ada disurabaya, dia yang nemuin aku. Aku juga gak tau gimana dia tau aku ada disana"jelas Gilang, kemudian ia menangkup kedua pipi Dita.

"Terus kenapa kakak bisa tidur satu ruangan sama kak Fani?"tanya Dita lagi, Gilang sedikit tidak percaya bagaimana Dita tau dia tidur diruangan Fani saat Fani dirumah sakit.

"Saat aku mau pulang dia pingsan jadi aku bawa dia kerumah sakit, disana dia kan gak ada siapa-siapa"jawab Gilang, dia sangat berharap istrinya ini percaya pada dirinya.

"Kamu tau dari mana soal itu?"Gilang menatap mata Dita yang teduh.

"Kak Fani ngirim foto kakak, waktu kakak tidur disofa"jawab Dita.

"Beneran aku cuma nganter dia, terus paginya aku pulang"Dita mencari kebohongan dimata Gilang, tapi yang dia cari tidak bisa dia temukan.

"Hem"jawab Dita pelan, pandangannya dia alihkan ketempat lain. Dia tidak ingin mempertanyakan masalah ini, tapi tiba-tiba saja dia ingin mendapat jawaban dari masalah ini.

"Jangan marah"kata Gilang, digenggamnya tangan Dita yang hangat dan lembut, tangan yang membuatnya merasa nyaman jika memegangnya.

"Gak kok gak marah"jawab Dita pelan, mood nya menjadi tidak baik saat membahas masalah ini.

"Aku minta maaf atas semua sikap aku dulu diawal pernikahan"kata Gilang, ucapannya sangat tulus untuk Dita.

"Aku udah cuek banget sama kamu dan tentang kejadian malam itu juga aku bener-bener minta maaf"sambungnya lagi, tentang malam itu masih teringat jelas dibenak Dita. Dita hanya menunduk melihat jari-jari kukunya.

Butuh waktu untuk Dita melupakan kejadian itu, sampai akhirnya dia tidak lagi takut jika bersentuhan dengan Gilang.

"Gak usah diinget lagi kak, udah masalalu. Aku gak mau bahas masalalu lagi,"jawab Dita. Dtia dapat melihat wajah kesedihan Gilang, laki-laki itu menunduk menatap perut Dita.

"Karena malam itu aku bakal jadi bunda"sambung Dita lagi, dia tidak menyesali tentang malam itu. Dari malam itu dia akan dipanggil dengan sebutan bunda.

"Dan aku bakalan jadi ayah"timpal Gilang tersenyum.

"Apa dia bisa mendengar jika kita berbicara?"tanya Gilang, Dita sedikit menunduk untuk menatap wajah Gilang yang berhadapan dengan perutnya langsung.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang