33. Gak pernah cinta

3.1K 127 0
                                    

"kenapa kamu bisa bilang gitu sama aku, kamu berfikir seperti itu?"tanya Gilang, dia menangkup wajah Dita, itu semakin membuat tangis Dita menjadi-jadi.

"Karena kakak gak pernah cinta sama aku kakak hanya cinta dengan Kak Fani. Aku capek kak cinta bertepuk sebelah tangan itu sakit"jawab Dita dengan berteriak, untung saja mertuanya dan bik Inah sedang pergi ke tetangga sebelah.

"Kakak gak pernah cinta sama aku"sambungnya lagi, suaranya sangat pelan dan serak.

"Aku udah gak cinta sama Fani"jawab Gilang, dia tidak berbohong dia memang sudah melupakan Fani saat dia menikahi Dita.

"Kakak bohong"kata Dita kembali.

"Cinta aku cuma buat kamu"kata Gilang lagi, Dita menatap wajah Gilang. Disana dia tidak menemukan kebohongan yang disembunyikan.

"Kakak gak perlu bilang gitu, buat menghibur aku"Dita menepis perasaan senangnya saat Gilang mengatakan itu.

"Dita lihat aku baik-baik"kata Gilang, Dita menurut dia memperhatikan wajah Gilang dengan intens.

Ntah sejak kapan bibir Gilang sudah berada dibibir Dita, Dita mematung merasakan bibir hangat Gilang. Gilang dengan lembut mencium bibir Dita, setetes air mata mengalir dipipi Dita.

Gilang menyadari jika yang dia perbuat ini salah, dia membuat Dita menangis karena dirinya. Segera dia melepaskan ciuman itu.

"Maaf"kata Gilang, dia mengelap bibir Dita yang basah.

"Aku gak bohong, aku beneran cinta sama kamu"kata Gilang kembali, Dita merasa ada ribuan kupu-kupu diperutnya.

.
.
.

"Dita makan dulu"kata Gilang, dia sudah membawakan makanan kedalam kamar untuk istrinya.

"Iya kak"jawab Dita pelan, dia masih asik dengan ponsel ditangganya.

"Jangan main hp terus"peringat Gilang. Dita yang mendengar itu segera meletakkan ponselnya diatas meja.

"Kakak udah makan?"tanya Dita, Gilang menggelang pelan kemudian meletakkan makanan yang dia bawa diatas meja.

"Makan berdua yuk"kata Dita tersenyum manis kearah suaminya. Mereka menghabiskan makan malam bersama-sama.

"Oh ya aku mau tanya sama kamu"kata Gilang, hatinya masih mengganjal tentang kejadian dia melihat istrinya bersama laki-laki lain.

"Kamu beneran ketemu sama Sista?"tanya Gilang, Dita menatap lekat wajah suaminya. Dia sedikit tersenyum karena suaminya tidak mempercayai dirinya.

"Kakak gak percaya sama aku?"tanya Dita, wajahnya berubah menjadi datar.

"Tapi aku liatnya kamu sama Sandy berdua, Sandy lagi ngusap rambut kamu"jawab Gilang. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman antara mereka.

Dita ingat saat Sandy mengusap rambutnya, Sista berada dikamar mandi, dan dengan cepat Dita menepis tangan Sandy yang mengusap rambutnya.

"Kakak liat aku dicafe?"Gilang megangguk, Dita menghela nafasnya panjang semua ini karena salah paham saja.

"Sista memang sama kita, dan saat itu Sista dikamar mandi. Tapi aku nolak kok saat Sandy ngusap rambut aku"jelas Dita. Gilang mengangguk dia mempercayai penjelasan istrinya.

"Harusnya juga kamu izin kalau mau keluar, biar gak salah faham lagi"kata Gilang.

"Iya kak, aku minta maaf"jawab Dita, Gilang menggelang dia menangkup pipi Dita untuk berhadapan dengannya.

"Udah selesai kan masalah ini?"tanya Gilang, dengan malu Dita mengangguk kan kepalanya.

"Boleh cium lagi gak?"goda Gilang, membuat pipi Dita bersemu merah.

"Kakak jangan ambil kesempatan dalam kesempitan deh"jawab Dita dengan kesal. Gilang tertawa mendengar perkataan istrinya.

"Kak"panggil Dita pelan. Gilang yang namanya dipanggil pun menoleh kearah istrinya.

"Kakak tau gak kalau kak Fani diusir dari rumah, terus dipecat dengan tidak hormat dari kerjaannya dia gak punya tempat tinggal"jelas Dita, dia menatap lama wajah Gilang yang datar macam tembok rumah.

"Kamu sering ketemu dia?"tanya Gilang, dia tidak suka jika istrinya bertemu dengan Fani mantannya. Dita mengangguk dia tidak ingin berbohong pada suaminya.

"Iya selama kak Fani dirumah sakit aku selalu jenguk dia, untung dia udah bisa keluar dari rumah sakit"jawab Dita dengan senyum dibibirnya.

"Oh ya boleh gak kalau aku dateng ke kontrakan kak Fani?"tanya Dita, dia ingin sekali tau tentang keadaan wanita itu.

"Gak usah, dirumah aja. Kamu kan lagi hamil"jawab Gilang. Dita menghela nafasnya panjang, jika tidak maka artinya tidak.

"Kak tidur yuk"ajak Dita pada Gilang. Dita tersenyum kearah Gilang yang menatapnya.

"Gendong"sambung Dita dengan senyum sangat manis. Tidak ada jawaban dari Gilang melainkan langsung bertindak, diangkatnya tubuh kecil itu.

Merasa tubuhnya terpelanting membuat Dita sedikit terpekik kecil. Kemudian dia tertawa kecil, bibirnya dengan sangat berani mencium sekilas bibir Gilang terlebih dahulu membuat Gilang melotot.

"Udah berani ya sekarang"kata Gilang dengan senyum menyeringi, Dita sedikit menjauh dari Gilang saat dia sudah tiduran diranjang.

"Gak kok"jawab Dita, dia sendiri malu telah mencium suaminya terlebih dahulu. Seperti nya dia sudah gila sangat berani dengan Gilang.

"Gak sengaja"sambungnya lagi, tawa Gilang terdengar sangat renyah ditelinga Dita.

"Kok ketawa sih kak?"tanya Dita bingung, bukannya Gilang marah tapi malah tertawa.

"Untuk apa marah, kalau mau cium lagi nih cium aja dengan senang hati aku berikan"jawab Gilang, Gilang menunjuk bibirnya sendiri hal itu membuat pipi Dita bertambah merah karena malu.

"Udah ah Dita ngantuk"jawab Dita, dia segera menarik selimut dibawahnya.

.
.
.

"Kak anti anterin aku kerumah bunda ya, aku kangen sama bunda pengin nginep dirumah bunda"kata Dita, tatapannya sangat memohon kepada Gilang.

"Iya udah, mumpung besok aku libur"jawab Gilang.

" Yaudah aku siapin baju kakak dulu ya"Dita menyiapkan beberapa baju untuk Gilang, dia tidak perlu membawa baju sebab dirumahnya masih ada bajunya. Hanya barang-barang yang sangat penting yang dia bawa.

"Wah seneng banget keliatannya?"tanya Ririn yang melihat anak dan menantunya menuruni anak tangga dengan senyum yang mengembang.

"Iya mah"jawab Gilang, dia menarik kursi untuk istrinya duduk. Kemudian dia menarik kursi untuk dirinya sendiri.

"Kalian mau kemana?"tanya Ririn yang melihat tas yang dipegang oleh Dita.

"Dita mau nginep rumah bunda mah, Dita kangen banget"jawab Dita tersenyum. Ririn mengangguk mengerti.

"Gilang ikut?"tanya Ririn kembali. "Iya mah ini baju kak Gilang, mumpung besok kak Gilang libur"jawab Dita lagi.

"Yah sepi dong"kata Ririn, sebetulnya tidak terlalu sepi sebab ada bik Inah yang menemani dirinya tapi tetap saja rasanya berbeda.

"Cuma semalem aja kok mah"jawab Gilang, Ririn tersenyum kearah anak dan menantunya.

"Yaudah cepetan sarapan"kata Ririn. Hari ini dia memasak nasi goreng dan berbagai lauknya.

"Kak"panggil Dita lagi, Gilang menoleh kekursi samping dimana istrinya duduk.

"Kenapa?"tanya Gilang, Dita melihat kedepan dengan tatapan serius.

"Bukan kah itu kak Fani?"tanya Dita pada Gilang. Gilang mengikuti arah pandangan Dita dan benar saja disana ada Fani yang sedang berdiri dipinggir jalan dengan memegangi perutnya.

"Kakak berhenti"teriak Dita saat mobil mereka melewati Fani begitu saja.

"Gak bisa berhenti disini, kalau berhenti mendadak nanti nabrak"jelas Gilang yang diangguki oleh Dita. Dengan polos nya Dita percaya pada ucapan Gilang yang sedikit tidak masuk akal.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang