19. Waktu bersama

2.8K 138 0
                                    

Dita sudah bersiap dengan bawahan jeans pensil atasan blouse berwarna biru dengan tas kecil ditangganya. "Kakak kenapa lama?"tanya Dita. Dia sedang menunggu suaminya yang sedang mandi.

"Sebentar"jawab Gilang dari dalam kamar mandi. Dita terkesima melihat wajah tampan suaminya baju yang dia pakai juga sangat cocok ditubuhnya.

"Kemana dulu?"tanya Gilang. Mereka sudah mengendarai mobil yang disewa Gilang selama mereka berada disana.

Akhirnya hari ini Gilang membawa Dita pergi ke pura tanah lot, setelah nya pergi ke Uluwatu, cukup melelahkan bagi Dita apalagi dia sedang hamil muda.

"Kakak aku ingin pulang"kata Dita dengan wajah lelahnya. Jam masih menunjukkan pukul tiga sore tapi Dita sudah mengajak untuk pulang.

"Aku capek"sambung Dita, Gilang menuruti permintaan Dita, dia juga kasihan melihat wajah Dita yang kelelahan.

"Kakak maaf kita harus pulang"kata Dita menunduk, Gilang memegang dagu Dita sepuya menatapnya.

"Untuk apa minta maaf, besok kita bisa pergi lagi. Sekarang istirahat lah"kata Gilang. Dia mencium kening Dita dengan lembut, saat merasakan kecupan itu Dita memejamkan matanya dia sangat menikmati perlakuan Gilang.

Dengan berat hati Dita berbaring diranjang, dia juga tidak bisa membahayakan kandungannya jika terlalu lelah.

Pukul lima sore Dita terbangun dari tidurnya dia mendapati sang suami yang tidur dengan memeluknya. Seulas senyum terbit diwajahnya, tangannya dengan jahil mengusap bibir Gilang berlanjut ke rahang laki-laki itu.

"Kenapa disini selalu keras?"tanya Dita, dia penasaran kenapa rahang suaminya selalu keras apa memang seperti itu.

Tangan itu kembali mengusap bibir yang beberapa hari ini selalu mengecup keningnya. "Aku suka bibir kakak"gumam Dita pelan, menurut nya bibir itu menggemaskan dan lucu.

"Seperti squishy, lembut"gumam Dita terus mengusap bibir Gilang.

"Apa bibirku juga seperti itu"katanya lagi, dia memegang bibirnya dan mengusapnya pelan.

"Sama, tapi tidak seperti punya kak Gilang"sambungnya lagi.

"Huh, kenapa dia terus mengusap bibirku?"kata Gilang dalam hati. Dia sudah bangun saat Dita mengusap rahangnya.

"Rasanya geli banget"sambung Gilang lagi. Dita berhenti melakukan itu, dia beralih menatap wajah Gilang yang tertidur.

Gilang bernafas lega saat tidak merasakan pergerakan dibibir dan rahangnya, dia juga tidak merasakan kehadiran istrinya disebelahnya. Dita dan Gilang berteriak bersamaan saat Gilang membuka matanya yang terkejut melihat Dita sedang memandangi wajahnya.

"Kamu ngapain?"tanya Gilang dengan nafas ngos-ngosan. Dita yang ditanya seperti itu menjadi sangat gugup.

"Tidak kak, tadi ada nyamuk diwajah kakak"kata Dita berbohong. Dia sangat malu jika Gilang tau yang sebenarnya.

"Awas nanti kamu jatuh"peringat Gilang, pasalnya Dita berada dipinggir ranjang.

"Hah"kata Dita yang belum mengerti. Dia mundur kebelakang pelan, untung dengan cepat Gilang menarik tubuh Dita sehingga tidak jatuh kelantai.

"Kan udah dibilangin"kata Gilang, melepas tangannya dari tubuh Dita. Dita bernafas lega untung dia tidak terjatuh, jika dia terjatuh ntah apa yang terjadi padanya dan bayinya dengan reflek dia memegang perutnya.

Gilang menyadari tingkah Dita yang aneh menurut nya, "perutnya kenapa?"tanya Gilang.

"Gak kok kak, aku laper"jawab Dita dengan gugup. Dia selalu saja menimbulkan kecurigaan pada semua orang.

"Mandi dulu, nanti biar aku pesen makanan"kata Gilang turun dari tempat tidur.

Setelah mandi Dita mendudukkan tubuhnya dibalkon kamar, fikirannya melayang pada saat suaminya mengetahui kehamilan nya, apa reaksi suaminya. Apa dia akan bahagia atau bagaimana,

"Kak Gilang terlihat menyukai anak-anak, tapi apa kak Gilang mau punya anak dari aku"kata Dita dalam hati. Dia memainkan jari-jarinya memutar, dia memang salah telah menyembunyikan kehamilan nya dari sang suami tapi dia takut akan memberitahu kan pada suaminya.

Jika waktunya sudah pas pasti dia akan segera memberitahu suami dan keluarganya.

"Ini makanannya"kata Gilang. Dia membawa satu kantung plastik berisi makanan.

"Iya kak"Dita membuka makanannya dan memakannya dengan lahap, dia tidak memperdulikan Gilang yang memperhatikan dirinya makan.

Gilang tersenyum kecil melihat Dita yang makan seperti itu, biasanya wanita akan jaim saat makan dihadapan pria nya. Tapi Dita dia tidak sama sekali.

Jantung Dita berhenti berdetak saat tangan Gilang ngusap bibirnya yang kotor, dia melirik Gilang disampingnya. "Ehm, biar aku bersihkan sendiri. Nanti tangan kakak kotor"kata Dita. Dia membersihkan bekas makannan yang ada dibibirnya.

"Lanjutkan lagi makannya"jawB Gilang. Dita mengangguk tanpa memikirkan apapun dia melanjutkan makannya yang tertunda.

"Kakak tidak makan?"tanya Dita.

"Nanti setelah kamu selesai"jawab Gilang.

"Kenapa gak sekarang aja bareng sama aku?"tanya Dita lagi, dia menatap serius suaminya.

"Kalau gitu aku udah aja deh makannya, biar Kakak cepet makan"sambung Dita, dia mendorong makanannya menjauh darinya.

"Makan lagi, aku juga ikut makan kok"jawab Gilang, dia mengambil makanan yang tadi dimakan oleh Dita.

Bola mata Dita melotot saat Gilang memakan makanan bekasnya tadi, apa Gilang tidak jijik makan bekas dirinya. "Kak, itu masih ada makanan. Kenapa makan bekasku?"tanya Dita. Makanan Dita masih tersisa setengah sebenarnya.

"Apa kakak tidak jijik makan makanan bekasku?"tanya Dita pelan. Dia memperhatikan Gilang yang mengunyah makanan nya dengan santai.

Gilang menyerngitkan mendapat pertanyaan seperti itu, dia belum menjawab perkataan istri nya sebab mulutnya penuh. "Untuk apa, aku makan bekas istriku sendiri"jawab Gilang dengan entengnya.

"Tapi kak-"kata Dita. Ucapannya terpotong karena Gilang menyuapkan makanan kemulutnya.

Setelah makan mereka masuk untuk sholat magrib bersama, setelah itu mereka hanya menonton tv dan tiduran. Dita sudah mengajak Gilang untuk pergi malam ini tapi Gilang menolak dengan alasan istri nya yang terlihat lelah.

"Apa kakak tidak bosan?"tanya Dita.

"Tidak"jawab Gilang singkat. Dita menghela nafasnya kasar, dia sudah tidak terlalu lelah saat ini.

"Kakak disini kita kan liburan kok cuma rebahan aja sih"kata Dita sedikit kesal. Gilang menatap wajah Dita yang imut karena kesal.

"Disini kita masih lima hari bukan, untuk apa terburu-buru"jawab Gilang, fokus dengan tv didepannya.

"Tapi aku ingin menghabiskan waktu bersama kakak, selama masih disini. Aku yakin setelah pulang dari sini kita tidak akan pernah menghabiskan waktu bersama"kata Dita. Gilang terdiam yang diucapkan istrinya memang benar, dan itu semua karena kesalahannya.

Yang tidak bisa menerima Dita dengan ikhlas sebagai istri nya, dan juga dia belum sepenuhnya ikhlas karena Fani yang menyelingkuhinya.

"Kita bisa menghabiskan waktu bersama disini kan"jawab Gilang. Dia mematikan tv dan berjalan kearah Dita yang berada diranjang. Melihat Gilang yang mendekat Dita menjadi gugup dan salah tingkah.

Gilang mendudukkan dirinya disamping sang istri. Ditatapnya lekat-lekat wajah Dita yang gugup, "kenapa gugup?"tanya Gilang.

"Tidak Kak aku tidak gugup"jawab Dita gugup. Bagaimana dia tidak gugup wajah nya sangat dekat dengan Gilang.

"Apa boleh aku menciummu disini?"tanya Gilang. Dia mengusap bibir Dita yang kecil berwarna pink, Dita semakin dibuat gugup dengan pertanyaan itu.

Lama dia berfikir akhirnya dia menjawab ucapan suaminya. "Kakak tidak perlu izin denganku, kakak bisa melakukan nya"jawab Dita.

Cup.

Bibir keduanya bersentuhan,mereka berciuman beberapa saat dengan penuh kelembutan yang diberikan Gilang.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang