Hari-hari Dita tidak ada yang menarik, tidak ada ucapan selamat pagi, selamat tidur, tidak ada pelukan dan kecupan dari suaminya. Tapi itu semua dia jalani dengan baik dengan senyum dan ceria.
"Kamu ngapain?"Dita dikejutkan dengan suara mama mertuanya.
"Lagi gak ada kerjaan mah, makanya duduk disini"Dita tersenyum menatap Ririn. Pekerjaan semuanya sudah dilakukan oleh bik Inah. Ririn tidak mengizinkan menantunya ini beberes rumah, hanya sesekali Dita melakukan nya.
"Mending kamu ikut mama aja kebutik gimana?"Dita segera mengangguk dan tersenyum, lagi pula dia sangat bosan dirumah.
"Yaudah, kamu siap-siap gih mama tungguin disini"
.
.
."Wah butik mama rame banget ya"Dita sangat takjub melihat butik Ririn, ini bukan yang pertama dia kemari tapi semua koleksi mama mertua nya ini sangat bagus.
"Alhamdulillah"jawab Ririn.
"Siang Bu"sapa para karyawan. Semua mata karyawan menatap Dita dengan tatapan aneh.
"Seperti nya aku pernah lihat dia kesini"gumam salah satu karyawan.
"Bukankah itu anak kedua dari Bu Hana"siapa yang tidak mengenal Hana Hanifa istri dari seorang pengusaha sukses Farhan Carim.
"Ngapain dia kesini ya? Kok gak sama Bu Hana?"begitulah suara-suara karyawan yang penasaran.
"Mah, aku boleh bantuin gak?"tanya Dita, dia ingin sekali membantu melayani pembeli disini. Sepertinya menyenangkan pikirnya.
Ririn tidak tega melihat wajah menantunya seperti itu. Wajah memohon tapi sangat lucu." Silahkan dipilih-pilih mbak"ucap Dita pada wanita yang sedikit tinggi darinya
"Gak, saya mau ketemu sama Tante Ririn"ucap wanita itu, pakaian yang sangat terbuka dan make up tebal.
"Sayang ada apa?"tanya Ririn melihat Dita.
"Tante"ucap wanita itu tersenyum. Ririn hanya diam tidak menanggapi panggilan wanita itu.
"Tante Fani mohon bantuin Fani buat balikan sama Gilang"wanita itu adalah Fani. Dita sedikit terkejut mendengar nama Fani, jadi wanita dihadapannya ini adalah Fani mantan suaminya.
"Tante gak bisa"jawab Ririn, jelas saja Ririn menolak, dia sudah mempunyai menantu lagi pula dia sedikit tidak suka pada wanita ini.
"Itu keputusan Gilang, Tante gak bisa"sambung Ririn lagi. Dengan wajah marah Fani keluar dari butik itu, Dita gadis itu merasa tidak sebanding dengan Fani. Fani mempunyai badan yang bagus sedangkan dia badanya sangat kecil.
"Sayang gak usah dipikirin"Ririn memegang bahu Dita dengan lembut.
"Iya mah"
Pukul 17.00
Dita dan Ririn sudah berada dirumahnya, setengah jam yang lalu mereka baru sampai. Rasanya menyenangkan membantu mama mertuanya, Dita rasa ia akan ikut kembali besok.
"Mah besok aku mau ikut mama lagi, boleh gak?"
"Jangan tanya sama mama, tanya sama suami kamu"jika sudah menyangkut Gilang dia tidak akan berani.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"ucap Dita dan Ririn. Dita berdiri mengampiri suaminya, wajah suaminya terlihat sangat lelah dan sedang tidak baik-baik saja.
"Kakak gak apa-apa?"Dita sangat khawatir melihat kondisi Gilang. Gilang menggeleng dan pergi begitu saja.
"Sayang kamu susul Gilang, mungkin dia sangat lelah"Dita mengangguk, kakinya sedikit berlari untuk mengikuti Gilang.
.
.
."Kakak sakit?"tanya Dita pelan, Gilang sedang duduk disofa dengan kepalanya yang bersandar dan mata terpejam. Tidak ada jawaban dari Gilang, Dita hanya mampu menghela nafasnya pelan.
Gilang merasakan kakinya diangkat, Gilang membuka matanya dan sedikit menunduk kebawah ternyata Dita sedang melepas sepatunya, Dia segera memindahkan kakinya.
"Gak usah aku bisa sendiri"ucap Gilang datar. Dita tidak berani melakukan apapun dia langsung menunduk takut.
"Kakak butuh sesuatu?"tanya Dita, dia tidak berani menatap wajah itu. Wajah yang selalu dingin dan cuek pada dirinya.
"Gak"Dita mengangguk kemudian keluar dari kamar.
Pukul 20.00
Dengan setengah duduk Dita memainkan ponselnya. Dia hanya menscroll media sosialnya saja, sedangkan Gilang laki-laki itu sudah tertidur satu jam yang lalu.
"Fani"gumam Gilang pelan. Wajah Dita memerah karena marah dan juga kesal mendengar nama yang keluar dari bibir suaminya.
"Fani kamu tega ninggalin aku, kamu selingkuh"Gilang terus saja bergumam tidak jelas semakin membuat dada Dita sesak.
"Aku cinta sama kamu"
"Aku udah nunggu kamu buat siap nikah sama aku"Gilang terus sama meracaukan nama Fani.
"Begitu besar cinta kalian kak"gumam Dita pelan, sebisa mungkin Dita tidak menangis dia tidak mau terlihat lemah.
Dita menggoyangkan lengannya Gilang dengan sedikit kencang"Kak bangun, kak Gilang"
Saat Gilang membuka matanya yang dia lihat adalah Fani, "Fani"gumam Gilang memegang pipi Dita dengan lembut.
"Gak kak, aku bukan kak Fani aku Dita"sepertinya Gilang tidak menyadari adanya Dita yang dia lihat adalah Fani, ingatannya perputar saat dia memergoki Fani sedang selingkuh.
Gilang tidak mendengar ucapan Dita, dia bangun dan membalik tubuh Dita. Dita gadis itu tidak bisa melawan karena tubuh Gilang yang besar, dengan kasar Gilang mencium bibir Dita. Setelah puas dengan bibir Dita, Gilang berpindah keleher jenjang Dita yang sangat putih itu.
"Kak"Dita masih berusaha untuk lepas dari Gilang. Ini salah, ini tidak seharusnya terjadi.
"Kak jangan"Dita mencegah tangan Gilang yang ingin membuka bajunya.
Plak.
Ini bukan Gilang yang Dita kenal, kenapa Gilang kasar sekali menampar pipinya. Gilang sudah berhasil melepaskan baju yang dikenakan Dita. Dita terus menangis sepanjang malam, itu memang hak Gilang tapi kenapa dia menyebut nama wanita lain saat melakukan nya.
Dita gadis itu terus menangis sepanjang malam."Hiks hiks hiks"setelah bangun dari tidurnya Dita segera pergi kekamar mandi.
Dengan kuat Dita menggosok leher dan dadanya yang terdapat tanda merah buatan suaminya. Badanya sangat sakit juga hatinya, bekas tamparan dipipinya menjadi sedikit membiru.
Gilang laki-laki itu masih dengan mata terpejam, sinar matahari menembus jendela kamarnya membuat tidurnya terganggu. "Ahh, sakit"ucapnya memegang kepalanya.
Saat dia bangun dia sangat terkejut melihat keadaannya, dia tidak memakai baju sama sekali semua bajunya dan baju Dita berceceran dilantai, Gilang berusaha mengingat apa yang terjadi. Saat melirik tempat tidur disampingnya, matanya membola melihat ada darah disana.
Gilang tau apa yang terjadi semalam, Gilang segera memakai pakaian nya kembali. Terdengar suara seseorang menangis dan juga gemercik air didalam kamar mandi.
"Dita"panggil Gilang sedikit keras, tidak ada jawaban dari dalam. Saat ingin membuka pintu kamar mandi, pintunya sudah dibuka dari dalam menampilkan Dita dengan baju yang bersih, rambut basah dan mata sembab.
"Kenapa kak?"tanya Dita tersenyum, dia tidak ingin memperlihatkan kesedihan pada Gilang. Tapi kesedihan itu nampak jelas diwajah Dita.
"Aku minta maaf"hanya itu yang bisa diucapkan oleh Gilang, dia sangat merasa bersalah sudah merusak Dita meskipun statusnya adalah istrinya.
"Minta maaf untuk apa?"Dita sangat mengerti atas permintaan maaf suaminya.
"Untuk tadi malam"Gilang menatap wajah pucat Dita, tangannya bergerak menyentuh pipi merah Dita.
"Apa ini ulahku?"tanya Gilang, apa yang sudah dia perbuat dengan istrinya ini. Dilehernya banyak sekali bekas kemerahan, Dita segera melepas tangan Gilang dari pipinya. Tangan nya gemetar dan sangat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...