"nomornya udah aku blok"jawab Gilang, dia ingat betul dia sudah memblock nomor ponsel Fani.
"Mungkin dia ganti nomor ponsel"sambungnya lagi.
"Dia bilang apa ditelfon?"tanya Gilang, bisa jadi Dita pergi tanpa pamit karena telfon dari Fani pikir Gilang.
"Dia bilang gini, 'Gilang aku hamil' gitu bilangnya"jawab Dita menatap serius Gilang, Gilang nampak berfikir dengan perkataan istrinya.
"Anak siapa?"pertanyaan Gilang membuat Dita menangis kembali.
"Kenapa nangis lagi?"tanya Gilang kembali memeluk Dita.
"Kok kakak gitu, kakak gak ngakuin anak kakak sendiri"jawab Dita dengan sesenggukan, Gilang saja tidak mengakui anak dalam kandungan Fani, wanita yang dia cinta lalu apa kabar dengan anaknya nanti, jika Gilang tau mungkin dia meminta untuk menggugurkan begitulah yang ada dipikiran Dita saat ini.
Gilang melotot kan matanya, bagaimana Dita bisa berpikir kotor tentang dirinya bahkan berciuman saja tidak pernah bagaimana ini bisa hamil.
"Kakak jahat banget"sambung Dita kembali. Dia melepas pelukannya dan sedikit menjauh dari Gilang.
"Gimana bisa hamil aku gak pernah nyentuh dia"jawab Gilang mencoba meyakinkan istrinya, sekarang Gilang tau ini sebab Dita berkata kasar padanya.
"Terus kalau bukan anak kakak kenapa dia bilang ke kakak"kata Dita.
"Aku gak percaya sama kakak, itu pasti anak kakak kan?"tanya Dita lagi, dia memukul mukul dada bidang Gilang sebagai pelampiasan kemarahan dan kekecewaannya.
"Dengerin dulu, aku gak pernah nyentuh dia ciuman aja gak pernah gimana bisa hamil?"Gilang semakin bingung sendiri menghadapi Dita yang terus menangis.
"Aku mau pulang, anterin aku kata kakak kak Gilang harus nganterin aku sampe rumah"jawab Dita dengan wajah memerah.
"Gak"kata Gilang tegas.
"Gak mau tau, pokoknya aku mau pulang aku gak mau nanti liat kakak sama kak Fani berdua-duaan dirumah ini. Aku mau pulang ayo anterin"jawab Dita, dia semakin menangis mengucapkan itu. Tapi yang dia pikirkan sekarang adalah menyelamatkan diri dari suaminya saat ini juga.
"Ayo anterin"sambungnya lagi. Sekarang bukannya panik Gilang malah tertawa melihat tingkah istrinya dia marah tapi minta dianterin pulang.
"Kalau gak mau anterin aku, aku bilangin kakak nih"ancam Dita menatap tajam Gilang. Mendapat tatapan seperti itu Gilang malah tertawa, tatapan itu tidak menakutkan menurutnya.
"Hey dengerin dulu"kata Gilang. Dia mengikuti Dita yang berjalan menuju lemari, dipeluknya Dita dari belakang, selalu saja dengan pelukan Dita bisa luluh kembali.
"Aku gak mungkin berbuat kayak gitu"kata Gilang.
"Terus kenapa bisa hamil?"tanya Dita sesenggukan. "Ya aku gak tau, yang pasti bukan aku ayahnya aku yakin"jawab Gilang sangat yakin.
"Terus anak siapa dong?"tanya Dita membalikkan tubuhnya menghadap Gilang.
"Aku gak tau"jawab Gilang.
"Tetep aku gak percaya sama kakak"kata Dita lagi, dia tidak akan mudah percaya tanpa adanya bukti nyata.
"Tanya aja sama kakak kamu"jawab Gilang santai.
"Kok tanya kakak sih, kan kamu pacarnya"kata Dita dengan nada sewot.
"Mantan"jawab Gilang menekan ucapannya.
"Ada telfon"kata Dita melirik ponsel Gilang yang berdering.
"Nomornya aku gak kenal"jawab Gilang melihat layar ponselnya. Dita menatap tajam layar ponsel milik Gilang dia tau itu nomor siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...