31. Demam 2

2.8K 134 0
                                    

"kak kita kedokter yuk"kata Dita, dia sangat khawatir melihat keadaan Gilang yang menggigil. Gilang menggeleng dia paling tidak suka dengan obat.

"Tapi kak, nanti gak sembuh-sembuh kalau gak kedokter"sambungnya lagi. Gilang tetap menggeleng dia paling tidak suka dengan suasana rumah sakit, Karena ayahnya meninggal dunia juga dirumah sakit.

"Kalau gak mau kedokter sekarang yaudah Dita gak maksa kakak"Dita pasrah dengan Gilang, mau dipaksa bagaimana pun jika tidak mau pasti tidak akan terjadi.

"Tapi, kalau sampai besok pagi demam kakak gak turun kita kedokter. Aku gak menerima penolakan"sambung Dita, dia menatap wajah Gilang, Gilang hanya diam sambil memejamkan matanya.

"Dingin"kata Gilang, matanya masih memejam hanya mulutnya saja yang bergumam. Dita mengambil selimut lagi didalam lemari untuk menyelimuti Gilang yang menggigil.

"Dingin ta"kata Gilang lagi, Dita bingung harus bagaimana sekarang. Akhirnya dia memutuskan untuk ikut masuk kedalam selimut dan mendekap tubuh besar Gilang.

Tidak terdengar lagi suara Gilang yang kedinginan, yang terdengar sekarang adalah suara dengkuran halus dari Gilang, Dita mencium dahi Gilang dengan sangat lembut.

"Cepet sembuh kak"gumam Dita, dia memandang wajah Gilang yang terlelap dalam dekapannya.

Ditengah malam Gilang terbangun dari tidurnya, dia ingin buang air kecil. Tapi badannya sangat lemas, dia saja tidak bisa menggerakkan tubuh Dita yang memeluknya

"Dita"panggil Gilang pelan, sebetulnya dia tidak tega membangunkan istrinya malam-malam begini, tapi bagaimana lagi dia membutuhkan bantuan istrinya.

"Kenapa kak?"tanya Dita, matanya mengerjap mencoba melihat Gilang dengan jelas.

"Aku mau buang air kecil"jawab Gilang, Dita bangun dari tidurnya dia memutari ranjang untuk membantu Gilang.

"Ayo kak"kata Dita, dia membantu Gilang untuk bangun, dia juga membantu Gilang berjalan kekamar mandi.

"Apa kakak bisa sendiri?"tanya Dita, dia tidak yakin Gilang bisa sendiri didalam kamar mandi.

"Bisa kok"jawab Gilang, meskipun dengan susah payah dia menuntaskan panggilan alamnya.

Dita masih setia menunggu Gilang didepan kamar mandi, "kak apa sudah selesai?"tanya Dita yang khawatir pada Gilang didalam kamar mandi.

"Sebentar"jawab Gilang dengan pelan.

Ceklek.

"Ayo"kata Dita menggandeng tangan Gilang. Dita juga membantu Gilang untuk berbaring diranjang.

"Terimakasih"jawab Gilang tersenyum, Dita menautkan alisnya bingung untuk apa suaminya berterimakasih.

"Terimakasih buat apa?"tanya Dita.

"Udah mau rawat aku, bantu aku"jawab Gilang, sangat beruntung mendapat istri yang baik dan perhatian terlebih lagi dia menyayangi dirinya.

"Tugas istri itu merawat suaminya"jawab Dita tersenyum, dia juga sangat senang bisa merawat Gilang. Itu membuatnya lebih dekat lagi dengan suaminya.

"Ayo kak kita istirahat lagi"Gilang membalikkan badannya menghadap Dita yang juga menghadapnya.

.
.
.

06.00

Dita terbangun diliriknya Gilang yang masih setia memeluk tubuhnya, Dita tersenyum memandang wajah Gilang. Sebisa mungkin dia memindahkan tangan Gilang tanpa membuat orangnya terbangun.

Setelah mandi dia membuka ponselnya dan mengirim pesan pada kakaknya jika suaminya sedang sakit tidak bisa masuk kekantor.

"Pagi mah"sapa Dita.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang