Empat bulan sudah usia kandungan Dita, setiap sebulan sekali dia selalu rutin memeriksakan kandungannya, perutnya juga mulai nampak berisi. Dan sampai saat ini juga Dita belum memberitahu kan tentang kehamilan nya pada suami dan keluarganya.
"Eh, perutnya udah keliatan"gumamnya dikaca lemari.
"Udah mau jam sepuluh aja"katanya melihat jam ditangannya, hari ini dia akan memeriksa kan kembali kandungannya.
"Mah, aku pergi dulu ya"kata Dita pada mama mertuanya.
"Mau kemana sayang?"tanya Ririn sedikit penasaran.
"Mau beli keperluan Dita mah"jawab Dita,dia tidak berbohong memang rencananya setelah dia memeriksa kandungannya dia akan pergi membeli perawatan wajahnya.
"Yaudah hati-hati"kata Ririn tersenyum, Dita menyalami mama mertuanya, setelah beberapa menunggu diluar taxsi online yang dipesannya sudah datang.
Hasil pemeriksaan Dita selalu baik-baik saja, bayinya juga tumbuh sehat didalam rahimnya, dan pesan dokter setiap dia periksa adalah jangan banyak pikiran.
Pukul dua belas siang ia baru saja sampai didepan rumahnya, mobil Dita juga tidak pernah dia gunakan dia lebih sering menggunakan taxsi online, ia takut terjadi sesuatu jika menyetir sendiri.
"Baru pulang non?"tanya bik Inah, Dita mengangguk tenggorokan nya haus diluar cuacanya sangat panas. Saat membuka kulkas netranya menangkap buah strawberry.
"Bibik tolong butain aku jus strawberry dong"kata Dita tersenyum, bik Inah mengangguk dia bergegas membuatkan jus untuk nona muda dirumah ini.
"Makasih bik"jawab Dita tersenyum, dengan sekali tegukan jus strawberry itu sudah ludes oleh Dita.
"Haus banget ya sayang?"tanya Ririn dibelakang Dita. Dita menengok kebelakang dan tersenyum manis kearah mertuanya.
"Iya mah, diluar panas banget"jawab Dita.
"Udah beli keperluan kamu?"tanya Ririn, dia sedikit curiga kenapa membeli barang lama sekali.
"Ini"jawab Dita, dia menunjukkan paper bag disampingnya, Dita sangat peka terhadap orang-orang disekitarnya. Dia tau mama mertuanya curiga padanya.
"Maaf ya mah aku lama, soalnya muter muter mall dulu"sambung Dita sambil tersenyum, Ririn mengangguk dia merasa bersalah sudah mencurigai menantunya.
"Kalau gitu Dita keatas dulu mah"kata Dita, berjalan menaiki anak tangga saja membuat Dita ngos-ngosan, ini baru empat bulan bagaimana kalau tujuh, delapan, sembilan bulan. Sungguh Dita tidak bisa membayangkan nya.
Dita meletakkan hasil pemeriksaan dan USG nya ditumpukkan baju-baju nya.
.
.
.Sudah pukul delapan malam Gilang tak kunjung pulang, membuat Dita lelah dan akhrinya memutuskan untuk tidur terlebih dahulu, karena matanya sudah berat.
Ceklek.
Pukul sembilan malam Gilang sudah sampai dikamarnya, dia tersenyum melihat Dita yang sudah tertidur, istrinya ini selalu saja tertidur jika dirinya pulang telat Gilang tidak pernah melihat Dita menunggunya saat pulang bekerja.
Setelah mandi Gilang mengambil pakaian dilemarinya, matanya melihat kertas ditumpukkan baju Dita paling bawah, alisnya tertaut saat menarik kertas itu, beberapa kertas sudah jatuh kelantai dan beberapa masih diatas, tangannya mengambil kertas tersebut.
"Bukan kah ini hasil USG kehamilan?"tanya Gilang, dia pernah melihat itu difilem-filem.
Dia mengambil lagi kertas kertas itu, matanya membola sempurna, air matanya sudah turun kepipinya mengetahui fakta baru, dia akan menjadi seorang ayah.
"Ini hasil pemeriksaan empat bulan yang lalu"kata Gilang membaca surat yang menyatakan Dita positif hamil.
"Kenapa dia gak bilang"sambung Gilang kembali.
"Aku bakalan jadi ayah sebentar lagi"sambungnya lagi, dia masih bertanya-tanya kenapa Dita tidak memberitahu kan kabar bahagia ini, kenapa dia menyembunyikan hal sebesar ini dari dirinya.
Gilang akan berusaha mendengar kan penjelasan Dita tentang dia menyembunyikan tentang kehamilan nya ini. Gilang meletakkan kembali kertas-kertas itu diatas nakas disampingnya.
.
.
.Setengah lima pagi Dita sudah bangun dari tidurnya, saat akan membangunkan Gilang matanya membulat jantungnya berdebar sangat kencang saat melihat surat hasil pemeriksaan nya selama ini. Dan juga hasil USG nya.
"Kenapa?"tanya Gilang bangun dari tidur pura-pura nya.
"Kenapa gak bilang, kalau aku mau jadi ayah?"tanya Gilang dengan nada lembut, dia tidak ingin terbawa emosi mengingat istrinya sedang hamil.
"A-aku"jawab Dita gugup, bagaimana bisa Gilang tau surat itu.
"Kenapa gak bilang, kamu mau nyembuhin anak aku dari ayahnya?"tanya Gilang menatap lekat-lekat wajah Dita yang sudah berkaca-kaca, yang siap meneteskan air mata.
"Bukan gitu kak, aku cuma takut"jawab Dita gugup, air matanya mengalir dengan suara isakan kecil.
"Takut apa?"tanya Gilang, dia menangkup wajah Dita yang sudah berlinang dengan air mata.
"Aku takut kakak gak nerima anak ini"jawabnya terbata-bata, tangannya mengelus perut nya yang mulai terlihat.
"Dia anak aku, dia ada dirahim kamu karena aku"kata Gilang, dipeluknya tubuh sang istri dengan erat. Dia tidak akan membiarkan Dita pergi dari hidupnya.
"Aku tau kak"jawab Dita dengan isakan kecil.
"Aku takut kakak minta aku gugurin anak ini"katanya lagi, tanganya mengusap lembut perut nya sendiri.
"Kamu mikir gitu tentang aku?"Gilang tidak habis fikir, bisa-bisa istrinya berfikir seperti itu.
"Karena kakak menikahi aku waktu itu karena permintaan kak Rendra karena terpaksa"jawab Dita ,dia sengaja menekan kata terpaksa.
"Aku gak akan sejahat itu sama kamu sama anak kita"kata Gilang, dia mengerti keadaan Dita ditambah lagi hubungan nya dengan dirinya belum cukup baik, hanya sebatas perhatian, pelukan, melayani Gilang sebagai suaminya dan tidur seranjang.
"Apa kakak nerima anak ini?"Dita tersenyum melihat anggukan dari Gilang, yang dia takutkan selama ini ternyata salah besar, Gilang menerima anaknya dengan bahagia.
"Andai kamu kasih tau aku lebih awal, pasti aku akan sangat bahagia"kata Gilang, dia memberanikan dirinya memegang perut Dita, dia terkejut saat merasakan perut Dita yang mulai menonjol.
"Maaf kak"cicit Dita. Gilang menggeleng diciumnya pipi dan kening sang istri dengan lembut.
"Mama pasti seneng banget kalau tahu kamu hamil"kata Gilang, mamanya sangat mendambakan seorang cucu darinya dan sebentar lagi impian itu akan terwujud.
"Aku takut mama marah, karena aku udah bohong sama mama dan kakak"jawab Dita, dia dari awal memang takut dengan Ririn saat dia menyembunyikan kehamilan nya.
"Apa ayah bunda tau kamu hamil?"tanya Gilang, apa dirinya yang tahu paling akhir tentang ini.
Dita menggeleng sambil tersenyum. "Kakak yang pertama tau tentang ini"jawab Dita.
Mendapat kabar kehamilan Dita, Hana dan Farhan langsung saja datang kerumah Ririn, Ririn wanita itu terus tersenyum impiannya terwujud untuk memiliki cucu. Rendra dan juga Qila juga datang bersamaan dengan Hana dan Farhan.
"Empat bulan?"pekik mereka semua secara bersamaan. Dita menggigit bibir nya takut, bagaimana pun dia sudah menyembunyikan hal ini pada semua orang.
"Kok bisa udah empat bulan aja?"tanya Ririn dengan heran.
"Iya sayang, kok kamu baru tahu sih kalau hamil udah empat bulan?"tanya Hana. Banyak sekali pertanyaan pertanyaan dari Hana dan Ririn membuat semua geleng-geleng kepala.
"Biar supraize"jawab Gilang tersenyum. Semuanya menatap Gilang aneh yang tersenyum manis. Untung semua bisa menerima alasan Gilang yang tidak masuk akal itu. Gilang tidak akan membiarkan Dita dimarahi karena tidak memberitahu kan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...