Semakin hari Gilang dan Ririn semakin posesif pada Dita, begitupun dengan Hana yang hampir satu Minggu tiga kali menghubungi Dita terkadang juga dia datang kerumah Ririn untuk membawakan makanan untuk Dita. Dita juga tidak diperbolehkan Gilang untuk bekerja yang berat-berat apalagi Dita yang cepat lelah.
Ririn dan Hana sempat curiga pada perut Dita yang sangat besar, tapi sampai sekarang Dita dan Gilang belum memberitahu jika bayi mereka twins.
"Sebentar lagi aku dipanggil ayah"kata Gilang, sebelum tidur dia selalu mengelus dan mengajak bicara perut Dita.
"Iya kak aku tau"jawab Dita, dengan senyum yang melengkung dibibirnya. Dita mengusap rambut tebal Gilang yang menempelkan kepalanya diperut Dita.
"Hem, rencana mau punya anak berapa?"tanya Gilang, Dita yang ditanya seperti itu bingung ingin menjawab apa.
Dia bukan takut pada malam itu, tapi dia takut tidak bisa mengurusi buah hatinya, dia juga sempat khawatir saat dinyatakan mempunyai bayi twins. Tapi semua itu sirna karena ada Gilang yang selalu menguatkan dan mendukung dirinya bahwa mereka bisa mengurus twins dan anak mereka lainnya.
"Dua"jawab Dita, dia ingin melihat ekspresi suaminya saat mendapat jawaban darinya.
"Oke, gak Masalah,kan yang hamil dan melahirkan kamu jadi aku ikut saja"kata Gilang, dia tidak ingin menuntut Dita untuk mempunyai anak berapa.
"Kak tidur yuk, udah ngantuk nih"kata Dita. Gilang bangun dan membantu Dita untuk berbaring. Diusia kandungan yang sudah masuk sembilan bulan membuat Dita kesusahna untuk beraktivitas. Apalagi ada dua bayi didalam perutnya, dia juga tidak bisa berjalan terlalu jauh jika itu dia lakukan dia bisa sesak nafas.
"Selamat malam istriku"kata Gilang, ucapan selamat malam itu sudah menjadi kebiasaan baru untuk Gilang dan Dita.
"Selamat malam juga kak"jawab Dita, Dita sedikit memiringkan tubuhnya, itu memudahkan Gilang yang memeluknya dari belakang. Tidak mungkin Gilang memeluk Dita dari depan karena terhalang oleh perut besar Dita.
Dita dan Gilang juga sudah mempersiapkan baju-baju bayi untuk putra putrinya nanti, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan oleh anak mereka setelah lahir.
.
.
.Setiap hari Minggu Dita akan berjalan mengelilingi komplek atau ketaman bersama suaminya, seperti kali ini mereka akan berangkat ketaman menggunakan mobil dan akan berkeliling taman sampai Dita puas.
Dita menatap wanita yang dikenalinya bersama seorang anak kecil, "bukan kah itu mbak Nanda"gumam Dita. Dia ingat betul wanita itu dengan anaknya.
"Nanda siapa?"tanya Gilang, Gilang yang diberi kode dengan dagu Dita pun mengikuti kode itu. Pandangannya sedikit memicing saat melihat wanita yang dulu pernah satu kantor dengannya.
"Kok kamu bisa kenal dia?"tanya Gilang, bagaimana Dita bisa mengenali Nanda mantan sekretaris kakaknya.
"Waktu itu aku ketemu dia, anaknya lagi sakit"jawab Dita, Gilang mengangguk faham sepersekian detik matanya membulat saat Dita berjalan menghampiri Nanda.
"Hay mbak"sapa Dita tersenyum ramah kearah Nanda. Seperti nya Nanda melupakan Dita, dia nampak mengingat-ingat siapa wanita dihadapannya.
"Mbak udah lupa sama saya?"tanya Dita.
"Oh, mbak Dita yang waktu itu nolongin saya waktu itu"jawab Nanda, dia ingat sekarang bagaimana mungkin dia lupa pada orang baik yang menolongnya.
Dita mengangguk kemudian tersenyum, pandangan Nanda jatuh pada perut buncit Dita, "mbak lagi hamil, wah padahal waktu itu belum ya mbak"kata Nanda.
Gilang menghampiri istirnya yang duduk bersama Nanda. "Kak Gilang"kata Dita saat melihat Gilang berjalan kearahnya.
"Gilang"gumam Nanda saat matanya menangkap sosok yang pernah dia kagumi.
"Ya apa kabar?"tanya Gilang pada Nanda, Nanda tersenyum kikuk kearah Gilang.
"Kalian udah saling kenal?"tanya Gilang pada Dita dan Nanda.
"Saya kenal sama mbak Dita waktu dia nolongin saya sama anak saya"jawab Nanda.
"Oh ya, kenalin Dita ini istri saya, dia juga adik pak Rendra"kata Gilang, dia ingin semua tau jika Dita hanya miliknya saja.
"Wah ternyata mbak Dita istri pak Gilang dan adik dari pak Rendra"jawab Nanda, dia baru tahu sekarang ini.
Setelah Dita dan Nanda berbincang, Gilang mengajak Dita untuk pulang karena hari sudah mulai siang dan Dita belum sarapan juga.
"Aku udah tiga kali liat mbak nanda"kata Dita menoleh pada suaminya disampingnya.
"Kapan aja?"tanya Gilang yang penasaran dimana saja istrinya ini bertemu Nanda.
"Yang pertama sekitar lima tahun lalu dicafe saat mbak Nanda nyium pipi kak Gilang, yang kedua saat aku nganterin dia ke klinik dan ketiga hari ini"jawab Dita, Gilang melototkan matanya saat mendengar bahwa Dita pertama kali melihat Nanda saat Nanda menyium pipinya.
"Kamu lihat saat Nanda nyium pipi aku?"tanya Gilang, sungguh dia tahu tentang ini.
"Ya betul sekali waktu itu aku ngira kak Gilang pacaran sama mbak Nanda, orang waktu itu aku liat dia nyium kakak dan kakak diem aja. Dan setelah aku ngeliat kakak sama mbak Nanda waktu itu aku mutusin buat pergi ke laut negri untuk kuliah dan ngelupain kakak"Gilang semakin dibuat melongo lagi, ternyata alasan Dita kuliah diluar negeri karena salah paham pada dirinya.
"Aku udah coba lupain kakak disana, sampe-sampe aku empat tahun gak pulang biar gak ketemu kakak eh tau tau aku kerja jadi sekertaris kakak terus jadi istri kakak, sia-sia semua usaha aku buat lupain kakak"sambung Dita lagi.
"Tapi ternyata aku salah faham, mbak Nanda juga udah cerita kalau setelah dia nyium pipi kakak di langsung dipecat sama kak Rendra"sambungnya lagi.
"Jadi alasan kamu pergi keluar negeri dengan alasan kuliah empat tahun gak pulang-pulang itu karena salah faham sama aku?"tanya Gilang yang diangguki oleh Dita.
"Kenapa kamu bisa berfikir kalau Nanda pacar aku?"tanya Gilang, Dita terkekeh pelan sebelum menjawab.
"Iya karena waktu itu dicafe, ditambah mbak Nanda cantik dia udah dewasa siap buat nikah sedangkan aku dulu masih SMA dan gak cantik dan juga gak berani bilang tentang perasaan aku sendiri"jawab Dita, dia sadar dulu dia masih anak SMA yang mencintai pria yang sudah siap untuk menikah.
"Tapi menurut aku dari dulu kamu itu cantik"kata Gilang, Dimata Gilang dari dulu Dita memang cantik.
"Dulu waktu kamu masih SMA aku mulai jatuh cinta sama kamu, tapi kakak kamu bilang kamu masih kecil biarin dia sekolah dulu. Aku gak masalah tentang itu, tapi kamu nya gak pulang-pulang sampai tiga tahun dan akhirnya aku ketemu Fani dan aku suka sama dia"sambung Gilang.
"Berarti kita sama-sama saling nunggu satu sama lain dong kak"jawab Dita, perjalanan hidupnya sangat rumit.
"Iya mungkin begitu, dengan begitu kamu bisa lulus kuliah dengan lulusan terbaik kan"Dita mengangguk menyetujui perkataan Gilang.
"Tapi untung waktu itu aku dijemput sama kakak waktu diclub jadi aku bisa nikah sama kakak"kata Dita dengan tertawa, jika mengingat kejadian itu juga sangat lucu dan memalukan.
"Iya aku juga gak nyesel waktu itu, dipukul kakak kamu terus diminta nikahin kamu"jawab Gilang tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...