"kak"pekik Dita saat Gilang menggendongnya secara tiba-tiba.
"Tidur ta, udah malem"peringat Gilang, Dita hanya diam saat tubuhnya direbahkan diranjang tempat nya biasa dirinya tidur.
"Tapi Dita belum ngantuk kak"Dita berusaha bangun namun tangannya ditahan oleh Gilang.
"Tidur"kata Gilang penuh penekanan, Dita menatap wajah serius Gilang. Jika seperti ini lebih baik dia menurut saja dari pada harus cekcok malem-malem.
"Peluk"rengek Dita seperti anak kecil. Gilang berjalan memutari ranjang untung bisa tidur disamping istrinya.
Dita merasa nyaman berada dipelukan suaminya, "kakak udah tidur?"tanya Dita sedikit mendongok. Dita menghela nafasnya panjang saat tidak ada jawaban dari Gilang.
Dengan terpaksa Dita memejamkan matanya dan tidur, tidak berselang lama setelah memejamkan mata terdengar dengkuran halus dari Dita. Gilang tersenyum melihat wajah Dita yang sedang tidur.
Gilang hanya berpura-pura tidur saja, jika tidak mungkin sekarang istrinya belum tidur dan akan mengoceh tidak jelas lagi, seperti kemarin malam.
Gilang juga bingung kenapa Dita selalu susah tidur saat malam hari, tapi jika siang hari dia selalu tidur setiap kali habis makan.
"Selamat malam istriku"kata Gilang, dikecupnya dengan lama kening sang istri.
"Kalian baik-baik didalam"sambung Gilang, dia berbicara pada kedua bayinya yang masih ada dalam kandungan istrinya.
.
.
."Kakak bangun"kata Dita. Dita mendengus sebal karena Gilang tak kunjung bangun juga.
"Ahhkk, kakak perut aku"pekik Dita sambil memegangi perutnya, Gilang yang mendengar suara kesakitan Dita membuka matanya dan terduduk.
"Kenapa, perutnya kenapa?"tanya Gilang panik, Gilang langsung memegangi perut Dita dan mengelusnya pelan.
Dita ingin sekali tertawa sudah berhasil mengerjai suaminya. "Hehehehe"Gilang mendongok mentap Dita yang tertawa.
"Kok ketawa sih?"gumam Gilang, dia masih setia memegangi perut Dita membuat Dita sangat geli.
"Kakak maaf, Dita bohong"jawab Dita tersenyum.
"Gak lucu tauk"jawab Gilang, wajah Gilang nampak masam dan kesal. Dita memperhatikan wajah Gilang yang berubah.
"Kakak maaf, abisnya kakak gak bangun-bangun"kata Dita menatap wajah Gilang. Dita semakin mendekatkan wajahnya pada Gilang saat Gilang memalingkan wajahnya.
"Kakak Dita beneran minta maaf gak lagi kayak gitu"sambung Dita memeluk Gilang dari samping.
"Kakak ih, jawab dimaafin gak nih. Kalau gak ya udah"ancam Dita, kakinya sudah siap turun dari ranjang.
Namun dengan cepat Gilang menarik tubuh Dita dan mengungkung Dita dibawahnya. "Ehm, kak jangan gini"kata Dita dia berusaha melepaskan tangannya yang dipegang Gilang keatas kepalanya.
"Kenapa Hem?"tanya Gilang dengan suara serak, hal itu membuat bulu kuduk Dita berdiri. Dengan susab payah dia menelan salivanya.
"Hem gak apa-apa, tapi jangan gini ya please"kata Dita dengan tersenyum, dia menyembunyikan wajah gugupnya dengan tersenyum manis.
"Kenapa gak boleh?"tanya Gilang membuat Dita semakin merinding saja. Gilang menahan tawanya didepan Dita, wajah Dita sangat lucu saat gugup seperti ini.
Cup.
Mata bulat Dita mengerjab beberapa kali, jantungnya berdegup kencang, darahnya mengalir sangat deras dan panas. Tapi lama kelamaan Dita menikmati ciuman yang diberikan oleh Gilang dibibirnya.
Dita meronta-ronta kan tangannya saat dirasa dia sudah kehabisan nafas, Gilang yang mengerti segera melepas ciuman mereka. "Manis"kata Gilang mengelap bibirnya sendiri yang sedikit basah.
"Kakak kok main cium sih, aku kan belum siap"jawab Dita dengan cemberut, ternyata Gilang salah istrinya tidak marah kepadanya karena mencuri ciuman itu.
"Yaudah kalau udah siap, kita lakuin lagi"jawab Gilang tersenyum. Dita melototkan matanya menatap Gilang.
"Kakak jangan gitu deh"peringat Dita, dia masih berada dikungkungan Gilang.
"Kakak lepasin aku"sambung Dita kembali, dia ingin segera lepas dari Gilang saat ini juga.
Ceklek.
"Astaghfirullah halladim"pekik seseorang saat membuka pintu kamar.
Dita dan Gilang menoleh ke sumber suara, ternyata itu adalah Ririn yang sedang memalingkan wajahnya. Gilang segera beranjak dan berdiri, begitu pun dengan Dita dia merasa malu, wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
"Masih pagi juga"goda Ririn tersenyum kearah keduanya.
"Gak kok mah"jawab Gilang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lain kali dikunci dulu ya. Mama turun dulu sarapan udah siap"kata Ririn, setelah mengatakan itu Ririn menutup pintu kembali.
Rencana Dita tadi membangunkan Gilang untuk mandi dan sarapan tapi malah hancur berantakan. "Kakak aku malu"cicit Dita dengan suara sangat pelan.
"Biarin aja"jawab Gilang, hal itu membuat Dita kesal karena ulah suaminya dia jadi malu dengan mertuanya.
"Dasar Gilang"kata Dita, Gilang melotot mendengar panggilan dari istrinya tanpa embel-embel kak.
"Apa kamu bilang tadi?"tanya Gilang, Dita merinding sendiri melihat senyum smirk yang ditunjukkan Gilang kepadanya.
Dita memang bodoh kenapa dia tapi memanggil suaminya begitu, sungguh dia tidak mengerti, "ehm"Dita berdeham pelan untuk menetralkan detak jantung nya.
"Maksut aku kak Gilang"kata Dita tersenyum.
"Kalau tadi kamu bilang apa?"tanya Gilang kembali.
"Kakak"jawab Dita dengan sangat gugup. Gilang menarik dagu Dita supaya berhadapan dengannya.
"Awas kalau kamu bilang gitu lagi, habis kamu disini"peringat Gilang menunjuk tempat tidur, demi apapun Dita sangat takut melihat wajah Gilang yang tersenyum smirk seperti itu, itu lebih berbahaya dari pada wajah datar Gilang.
"Iyh kak maaf deh"jawab Dita, dia tersenyum manis kearah Gilang sepersekian detik bibirnya sudah menempel sempurna dipipi Gilang.
.
.
."Kakak gak bosen dirumah aja?"tanya Dita menatap Gilang yang fokus dengan siaran bola ditelevisi.
Dita hanya mendapat gelengan dari Gilang, cemilan ditangannya juga sudah habis begitupun dimeja didepannya.
Ia pergi menuju dapur untuk mengambil cemilan dan mimuman lagi. Setelah mengambil apa yang dia ingin kan Dita kembali duduk disebelah sang suami.
"Kak cemilan nya habis, tinggal ini aja"Dita menunjuk beberapa cemilan yang ada dimeja.
"Mau beli?"tanya Gilang menatap istrinya. Dengan antusias Dita mengangguk.
"Iya, tapi nanti. Habisin dulu yang itu"sambung Gilang kembali.
Dita juga sangat bosan dirumah saja, semenjak hamil dia jarang sekali keluar rumah, jika keluar rumah pun hanya sebentar.
Dita dan Gilang sudah berada dimini market dekat komplek rumah mereka, dengan bahagia Dita memilah cemilan yang baik untuk ibu hamil dan tidak berbahaya bagi ibu hamil, dia juga membeli beberapa susu ibu hamil beberapa kotak rasa strawberry dan coklat serta vitamin untuk dirinya.
Sebenarnya susu dan vitamin Dita masih ada dirumah tapi kata Gilang sekalian beli sekarang biar gak bolak-balik kesini.
Gilang sangat malas jika menemani berbelanja seperti ini pasti sangat lama dan ribet, apa lagi mamanya mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Udah?"tanya Gilang dibelakang Dita, Gilang bertugas mendorong troli belanjaan dan Dita yang memilih barang yang dibeli.
"Sebentar lagi kak"jawab Dita menoleh kebelakang.
Masih ada beberapa yang harus dibeli oleh Dita, terutama kebutuhannya dan juga Gilang, seperti sabun cuci muka dan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...