Sedangkan ditempat lain Gilang tengah pusing tidak mendapatkan istrinya dirumah.
"Ini udah jam enam lewat bik kok Dita belum pulang?"tanya Gilang pada bik Inah.
"Bibik juga gak tau den, tadi izinnya mau jalan-jalan sebentar tapi sampai sekarang belum pulang"jawab bik Inah takut.
Gilang baru saja pulang dari kantor, dan mendapat kabar istrinya belum pulang dari tadi sore. "Sabar nak"kata Ririn mengelus pundak Gilang.
"Coba telfon satu kali lagi"kata Ririn. Gilang menuruti permintaan mamanya dia menekan nomor telpon Dita.
"Hallo"kata Gilang saat telfonnya sudah diangkat oleh Dita.
"Hallo kak"jawab Dita pelan, karena Fani sudah tidur setelah makan dan minum obat.
"Kamu dimana?"tanya Gilang khawatir.
"Aku dirumah sakit"jawab Dita.
"Kamu kenapa?"tanya Gilang panik, ada apa dengan istrinya kenapa dirumah sakit siapa yang sakit.
"Kamu dirumah sakit mana?"tanya Gilang lagi. Setelah tahu Dita ada dirumah sakit mana Gilang dan Ririn segera menyusul Dita.
Ririn wanita itu panik setangah mati saat tau menantunya ada dirumah sakit. Gilang melajukan mobilnya dengan cepat membuat Ririn ketar ketir sendiri.
"Hallo kamu diruangan mana?"tanya Gilang setelah sampai dirumah sakit yang disebutkan oleh Dita.
"Aku ada dilantai tiga ruangan mawar"jawab Dita. Gilang dan Ririn segera menaiki anak tangga untuk sampai diruangan yang disebutkan Dita, kalau nunggu lift pasti sangat lama.
"Gilang itu ruangannya"kata Ririn sambil menunjuk ruangan disebelah kanannya.
Ceklek.
"Dita"panggil Gilang, Dita yang sedang duduk dikursi menoleh kebelakang.
"Kamu gak apa-apa?"tanya Gilang memeriksa tubuh Dita dari atas sampai bawah. Dita menggeleng dan tersenyum. Ririn memeluk menantunya dia sangat lega menantunya tidak terjadi apa-apa.
"Terus kamu ngaapin disini?"tanya Ririn melepas pelukannya. Mata Dita mengarah pada ranjang Dimana Fani tidur.
"Fani"gumam Gilang dan Ririn bersama, bagaimana bisa Dita bisa bersama Fani disini.
Dita menceritakan kejadian saat dia melihat Fani bertengkar sampai bisa disini, Gilang menghela nafas nya panjang begitupun dengan Ririn. Menantunya memang baik kepada semua orang tapi selalu membuat keluarga khawatir.
"Kita pulang"kata Gilang menatap wajah Dita.
"Gak mau, kasian kak Fani sendirian"jawab Dita pelan,
"Gak pokoknya pulang ayo mah"kata Gilang menarik tangan Dita pelan.
"Kakak aku gak mau, nanti kalau kak Fani bangun aku gak ada gimana kasian dia sendiri"jawab Dita lagi, dia berharap Gilang mengizinkan dirinya menjaga Fani malam ini.
"Kamu keras kepala banget sih"kata Gilang. Akhirnya Ririn memberi jalan tengah kepada mereka, malam ini Ririn yang akan menjaga Fani disini dan besok pagi akan pulang sedangkan Dita dan Gilang pulang.
Mau tidak mau Dita menuruti itu, dia tidak ingin bertengkar dirumah sakit, kasian Fani jika terbangun. "Kamu itu terlalu baik"kata Gilang, Dita hanya diam menanggapi perkataan suaminya. Dia kesal dengan suaminya. Bukankah dia cinta dengan Fani kenapa dia tega dengannya.
"Iya gak apa-apa, lagian kasian untung kak Fani gak kehilangan bayinya"jawab Dita setelah beberapa saat terdiam.
"Kamu udah bikin aku sama mama khawatir tau gak, katanya pergi sebentar jalan-jalan eh ternyata gak pulang-pulang"kata Gilang sedikit kesal pada istrinya.
"Jalan-jalan kemana aja kamu?"tanya Gilang melirik Dita, Dita mendengus dan memalingkan wajahnya kerah jendela.
"Kalau ditanya jawab"sambung Gilang dengan suara datar, Dita melirik Gilang kenapa masalah seperti ini mampu membuat sikap Gilang berubah kembali.
"Tadi beli makanan, terus mau pulang eh ketemu kak Fani"jawab Dita pelan, dia tidak berani menatap wajah itu, wajah yang dingin dan datar.
"Oh ya lain kali aku mau ajak kakak kesana, disana makanannya enak-enak"sambung Dita tersenyum, seakan dia melupakan wajah marah Gilang.
Tidak ada jawaban dari Gilang, yang terdengar hanya suara mesin dan suara suara diluar mobil. Dita juga diam, dia tidak suka keadaan ini. Dia tidak suka melihat Gilang kembali kesikap awalnya pada dirinya itu menyakitkan.
Dita turun dari mobil begitu saja tanpa menunggu Gilang. Ia mengganti pakaian nya dikamar mandi menggosok gigi dan cuci muka, dia juga tidak menunggu Gilang untuk tidur.
Didalam selimut dia terisak kecil, dada nya sesak mendengar perkataan Gilang yang dingin itu. 'hiks-hiks hiks' tangisnya terdengar oleh Gilang yang baru saja masuk kedalam kamar.
Gilang menghela nafasnya pelan, dia menganti pakaian nya dan menggosok gigi. "Dita"panggil Gilang. Mendengar suara Gilang Dita menghentikan tangisnya.
"Buka dulu selimutnya"kata Gilang menarik pelan selimut yang menutupi wajah Dita.
"Aku mau ngomong"sambungnya lagi. Dita membuka selimutnya hanya dahinya yang bisa Gilang lihat.
"Aku minta maaf"kata Gilang membuka selimut yang menutupi wajah Dita.
"Aku gak bermaksud kayak gitu, aku cuma kesel aja sama kamu. Kamu udah bikin khawatir semua orang ditelfon gak bisa"sambungnya lagi.
"Maaf kak, janji gak ngulangin lagi"jawab Dita dengan mata sembabnya baru saja dia menangis sudah seperti itu matanya.
"Udah jangan nangis lagi"kata Gilang mengusap air mata Dita.
"Aku gak suka kakak ngomong dingin dan muka datar kayak tadi. Aku takut"kata Dita pelan. Dia tidak berbohong dia memang takut dengan sikap Gilang yang seperti itu.
"Iya janji gak gitu lagi"jawab Gilang. Diusapnya dengan lembut pipi Dita.
"Kak besok pagi kita kerumah sakit yuk jenguk kak Fani"kata Dita bangun dari tidurnya. Posisi mereka saat ini adalah Dita duduk dengan menghadap Gilang.
"Besok pagi mama pulang, jadi gak usah"jawab Gilang. Dia tidak ingin istrinya berdekatan dengan Fani, dia takut terjadi sesuatu pada istrinya.
"Kakak gitu, sebentar aja kok nanti kalau mama pulang aku juga ikut pulang"Kata Dita, dia menangkup kan kedua tangganya memohon pada Gilang.
"Iya tapi sebentar aja"jawab Gilang.
.
.
."Kakak bangun"teriak Dita dikuping Gilang.
"Sayang jangan teriak-teriak"jawab Gilang ntah sadar atau tidak, wajah Dita sudah bersemu merah mendengar panggilan itu.
"Kakak bilang apa tadi?"tanya Dita ingin memastikan lagi. Gilang merutuki kebodohannya sendiri kenapa dia bisa menyebut kata itu tadi.
"Gak kok, udah ah mau mandi katanya mau jenguk Fani"jawab Gilang turun dari tempat tidur, dia segera pergi kekamar mandi.
"Kok gitu"kata Dita kesal.
"Apa jangan-jangan kak Gilang ngira aku kak Fani, makanya dia manggil sayang"tebak Dita, dia memijat dahinya pelan dia tidak boleh berburuk sangka pada suaminya sendiri.
"Tapi gak mungkin kak Gilang manggil aku sayang"sambungnya lagi, dia sudah ge'er setengah mati karena Gilang memanggilnya sayang.
"Udah lah mending nyiapin baju kak Gilang"kata Dita, dia mengambilkan baju Gilang untuk kekantor setelah nya pergi kedapur untuk membantu bik Inah menyiapkan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...