45. Tidur ditaman belakang

2.2K 121 0
                                    

Hari ini Dita dan juga Gilang sudah bersiap untuk pergi kerumah Fani, Gilang terpaksa harus izin bekerja untuk menemani istrinya.

"Kakak ayo berangkat"kata Dita, dengan penampilan yang sangat cantik dan elegan, ditambah perutnya yang mulai nampak menambah kesan tersendiri bagi penampilan Dita kali ini.

"Iya sebentar"jawab Gilang. Gilang juga sangat tampan memakai kemeja yang berwarna biru muda senada dengan dres Dita.

"Kakak tau rumah kak Fani?"tanya Dita menoleh pada suaminya.

"Tau"jawab Gilang, dia pernah dua kali kerumah Fani saat menjemput dan juga mengantar pulang Fani.

Dita hanya menjawab dengan membulatkan mulutnya, "udah sampai?"tanya Dita saat Gilang memberhentikan mobilnya didepan rumah yang sederhana.

Gilang mengangguk, Dita nampak melihat ke luar jendela kenapa sepi sekali tidak ada orang disini. "Kok gak ada orang?"tanya Dita heran.

"Aku juga gak tau, apa gak jadi?"tebak Gilang, pasalnya hanya ada dua motor didepan rumah orang tua Fani.

Akhirnya Dita dan Gilang memutuskan untuk turun dan mengecek apa yang sebenarnya terjadi. "Assalamualaikum"kata Gilang dan Dita.

"Waalaikumsalam"jawab semua yang ada diruang tengah.

Disana sudah ada Dion, Fani orang tua Fani dan empat orang lainnya. Dita dan Gilang masuk kedalam rumah milik orang tua Fani.

"Kalian udah dateng?"tanya Fani pada Dita. Dita menatap Fani yang hanya memakai dres panjang dan tanpa make up, dan juga Dion yang memakai kemeja pendek.

Pernikahan Fani diadakan dengan sangat sederhana dan sangat tertutup, hanya ada saksi dan penghulu yang datang. Dan Dita memaklumi itu semua meskipun pada awalnya dia bingung.

"Makasih ya Lang dit, udah mau dateng"kata Fani tersenyum, hanya ada orang tua Fani, Dion dan Fani juga Gilang dan Dita, semua sudah pulang beberapa saat setelah acara ijab Kabul selesai.

"Sama sama kak"jawab Dita tersenyum ramah.

Dita merasa tidak nyaman karena ibu dan ayah Fani menatapnya seperti itu, "dia siapa nak Gilang?"tanya ibu Fani pada Gilang.

"Perkenalkan ini Dita istri saya"jawab Gilang, tidak ada ekspresi apapun diwajah tampan Gilang.

"Kamu sudah menikah?"tanya ibu Fani, dia juga baru mengetahui jika Gilang sudah menikah dan sebentar lagi akan mempunyai anak.

"Kalau begitu kita permisi dulu"kata Gilang, dia menggandeng tangan sang istri untuk keluar dari rumah itu. Ini masih sangat pagi jadi dia bisa pergi kekantor setelah mengantar kan Dita pulang.

"Aku anterin kamu pulang dulu, nanti aku mau pergi kekantor. Ini masih sangat pagi baru jam sembilan"kata Gilang, Dita melirik jam tangan dipergelangan tangan nya dan benar saja ini baru jam sembilan pagi.

.
.
.

Setelah mengantar kan Dita pulang dia bergegas berangkat kekantor, sebetulnya tidak terlalu banyak pekerjaan nya karena sudah dia selesaikan kemarin.

"Lo gak jadi kenikahannya Fani Lang?"tanya Rendra yang menatap adik iparnya.

"Jadi, tapi udah selesai"jawab Gilang. Mereka sedang menunggu kedua sahabatnya yang lain yaitu Faris dan pandu.

Faris tetaplah Faris yang dulu meskipun sudah mempunyai anak tetap saja dia masih konyol dan suka membuat orang lain jengkel. Seperti nya sifat itu tidak akan bisa hilang.

"Ada bapak Gilang yang terhormat yang baru saja menghadiri acara pernikahan sang mantan"kata Faris saat melihat Gilang duduk disebelah Rendra.

"Berisik Lo ris"jawab Gilang yang sebal dengan Faris, kedua manusia itu memang bersahabat tapi bila bertemu sudah seperti minyak dan air tidak akan pernah bisa menyatu.

"Untung ya Lo udah putus sama Fani, kalau gak bisa-bisa Lo yang diminta tanggung jawab sama dia"mulut Faris memang tidak punya saringan.

"Udahlah ngapain sih bahas tu orang, mending bahas yang lain"usul pandu pada sahabat nya.

"Oh ya ndra anak Lo yang paling kecil udah bisa apa sekarang?"tanya pandu pada Rendra.

"Udah bisa jalan, sama bicara sedikit-sedikit"jawab Rendra, Faris sudah dikaruniai dua anak kedua-duanya perempuan, sedangkan pandu dia dikarunia dua putri putra.

Usia anak mereka tidak terlalu jauh antara anak pertama dan kedua, sedangkan Gilang hanya diam saat para sahabatnya menceritakan tentang buah hatinya. Anaknya saja masih didalam perut sang istri.

"Jangan bahas anak lah, anak gue belum lahir nih"kesal Gilang, perkataan Gilang membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Iya maaf atuh lupa"jawab Faris.

"Anak Lo laki-laki apa perempuan Lang, udah diusg belum?"tanya pandu, dia sangat penasaran dengan jenis kelamin bayi sahabatnya ini.

Gilang nampak berfikir belum ada yang tau jika baby nya twins. "Bisa jadi laki-laki bisa jadi perempuan"jawab Gilang tersenyum.

"Yaelah pelit banget jadi orang"sahut Faris, sebelum Faris datang kesini dia sudah membawa banyak minuman dan makanan untuk mereka semua.

"Laki apa perempuan ndra ponakan Lo?"tanya Faris pada Rendra, Rendra saja tidak tahu jenis kelamin ponakannya.

"Gak tau gue, ayah sama bundanya belum ngasih tahu gue"jawab Rendra. Gilang sangat bahagia jika mengingat bayi dalam kandungan istrinya.

"Gimana kerjaan Lo ris?"tanya Rendra pada Faris. "Alhamdulillah baik kok lancar"jawab Faris tersenyum.

Setelah beberapa jam mengobrol Faris dan pandu berpamitan untuk pulang, hari ini mereka memang sengaja cuti, untuk berkumpul bersama. Sudah lama mereka tidak pernah kumpul bersama.

.
.
.

"Dita"panggil Gilang, dia tidak menemukan istrinya di dalam kamar. Dia bingung kemana istrinya ini pergi.

"Bik Inah, Dita mana?"tanya Gilang pada bik Inah yamg sednag bekerja didapur.

"Itu den"tunjuk bik Inah pada taman belakang, ternyata Dita tidur ditaman belakang dengan beralaskan karpet.

"Kok bisa tidur disitu?"tanya Gilang heran, bik Inah menjelaskan jika Dita ingin sekali tidur ditaman belakang tapi bersama bik Inah, bik Inah juga menemani Dita untuk tidur tapi setelah Dita tidur bik Inah melanjutkan pekerjaan nya lagi.

"Yaudah bik"kata Gilang, dia menghampiri Dita yang tertidur sangat pulas beralaskan karpet direrumputan hijau.

"Untung gak ada serangga atau apa"gumam Gilang, dia kaget saat melihat Dita tidur disini, bagaimana jika ada dia digigit semut terus ada ulat atau ular.

"Kasian banget sih, enakan juga tidur di kasur kan"gumam Gilang, dengan hati-hati Gilang mengangkat tubuh Dita kedalam rumah.

Setelah menidurkan Dita Gilang bergegeas mandi, ternyata istrinya sudah duduk diranjang sambil senderan.

"Udah bangun?"tanya Gilang manatap istirnya, Dita mengangguk pelan dia sempat kaget saat terbangun ternyata sudah diranjang kamarnya.

"Lain kali jangan tidur ditempat tadi"peringat Gilang.

"Tapi kan enak, tidur disana teduh"jawab Dita, memang itu alasan dia ingin tidur disitu tadi siang.

"Nanti kalau ada semut, ulat atau ular gimana bahaya"kata Gilang, Dita mengangguk dia tidak memikirkan itu sebelumnya yang dia pikirkan tempat itu pasti nyaman untuk tidur siangnya.

Sahabat Kakakku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang