Tok.
Tok.
Tok.
Bik Inah yang mendengar suara ketukan pintu dari dapur segera membuka pintu.
"Cari siapa mbak mas?"tanya bik Inah memperhatikan dua orang berbeda jenis.
"Saya Fani, Saya kesini mau cari Gilang dan Dita"jawab Fani tersenyum pada bik inah.
"Den Gilang sama non Dita belum pulang mbak"jawab bik Inah.
"Mereka kemana bik?"tanya Fani, dia ingin bertemu Dita dan Gilang untuk meminta maaf.
"Mereka pergi ke mini market mbak, perginya udah lama dari tadi"jawab Bik Inah. Fani melirik kearah Dion yang berada disampingnya.
"Kalau gitu kita tunggu mereka pulang"kata Fani.
"Silakan masuk dulu mbak mas"kata Bik Inah. Bik Inah pergi ke dapur untuk membuatkan Fani dan Dion minuman.
Sudah sepuluh menit Dion dan Fani duduk disofa, tapi belum ada tanda-tanda Gilang dan Dita akan pulang.
"Assalamualaikum"pintu terbuka manampilkan Dita yang membawa satu kantung plastik dan dibelakang nya ada bilang yang membawa tiga kantung plastik besar.
Fani dan Dion menoleh kearah pintu, "kak Fani"gumam Dita pelan.
"Mau ngapain kesini?"tanya Gilang menatap Dion dan Fani dengan tidak suka.
"Kak"peringat Dita, di tidak ingin ada keributan di sini, Gilang berlalu pergi membawa barang-barang yang dia beli.
"Kakak apa kabar?"tanya Dita pada Fani.
"Aku baik dit"jawab Fani, ternyata Dita memang orang yang sangat baik dimata Fani.
"Kakak sini dulu"kata Dita pada Gilang, dengan terpaksa Gilang duduk disebelah sang istri dengan menggenggam tangannya.
"Gilang, Dita aku kesini mau minta maaf. Aku hanya membawa masalah untuk kalian."kata Fani dengan menunduk.
"Kakak gak salah kok, itu salah Dita yang udah salah faham sama kakak"jawab Dita, dia tidak dendam pada siapapun yang berbuat tidak baik padanya, karena dia memegang teguh ajaran dari kedua orang tuanya dan kakaknya.
Dita menyenggol lengan Gilang pelan, akhirnya Gilang mengangguk kearah Fani karena Dita, "kita kesini cuma mau bilang minggu depan kita mau nikah"kata Fani tersenyum.
"Wah aku juga ikut seneng kak"jawab Dita, dia bersyukur laki-laki yang ada disamping Fani mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Gue juga mau minta maaf Lang, udah jadi selingkuhan Fani waktu kalian masih pacaran"kini Dion yang membuka suaranya.
"Tidak apa-apa, itu juga karena kesalahan gue sendiri. Dan makasih buat kalian karena kalian gue bisa dapetin istri yang baik buat gue yang cinta sama gue apa adanya"jawab Gilang, Fani dan Dion mengangguk bersamaan sedangkan Dita menunduk malu.
"Selamet untuk pernikahan kalian"kata Gilang, dia merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dia permasalahkan diantara mereka berempat. Itu semua sudah terjadi dan itu juga sudah takdir.
"Iya makasih Lang"jawab Fani, dia sedikit lega Gilang sudah memaafkan dirinya dan juga Dion.
"Kita kesini juga mau undang kalian saat kita menikah"kata Fani, dia sangat berharap Dita dan Gilang bisa datang ke acara pernikahan nya.
"Iya kak kita pasti dateng kok"jawab Dita dengan senyum mengembang. Gilang menatap Dita, dia banyak pekerjaan bagaimana mungkin dia bisa datang.
"Acara kapan?"tanya Dita sangat antusias.
"Hari Jumat besok dit, dirumah ku"jawab Fani. Dita mengangguk mengerti, dia pasti akan datang dia sangat ingin melihat Fani menikah.
"Aku gak bisa"jawab Gilang, membuat semua menoleh kearah Gilang.
"Kakak kok gitu sih"pekik Dita, dia sangat kesal dengan suaminya ini.
"Aku kerja dit"jawab Gilang, tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaan nya.
"Nanti biar aku izin sama kak Rendra"kata Dita, pasti kakaknya mengizinkan Gilang jika tidak, lihat saja apa yang akan Dita lakukan.
"Kak Rendra?"Cicit Fani, dia tau Rendra adalah bos Gilang tapi kenapa Dita memanggilnya dengan sebutan kak.
"Dita itu adik Rendra, bos ku dan juga sahabat baikku"jawab Gilang, dia tau apa yang difikirkan oleh Fani. Fani mengangguk mengerti.
"Kalau gitu kita pulang dulu ya"kata Fani pada Dita dan Gilang, setelah Fani dan Dion pulang Dita membantu bik Inah membereskan barang-barang tadi yang dia beli.
.
.
.Seperti biasa setelah makan malam bersama Dita dan Gilang akan langsung menuju kamarnya.
Dita sudah berbaring bersiap untuk tidur tapi matanya tidak ingin tertutup, dia membalikkan badannya menghadap samping kanan samping kiri tapi tetap saja matanya belum mau terpejam. Kemudian dia bangun dari tidurnya dan menatap suaminya yang duduk disofa dengan ponsel ditangganya.
"Kak"panggil Dita pada suaminya.
"Kenapa ta?"jawab Gilang, dia meletakkan ponselnya dimeja dan menghampiri istrinya yang duduk diranjang.
"Aku gak bisa tidur"adu Dita pada Gilang, Gilang hanya mampu menghela nafas nya pelan.
"Biar aku temenin kamu, ayo berbaring"Dita menuruti perintah Gilang untuk berbaring. Dita akan tertidur jika sudah berada dipelukan Gilang dan kepalanya yang dielus pelan.
"Katanya gak bisa tidur, baru juga dipeluk udah pules aja"Gilang terkekeh pelan melihat Dita.
"Emang pelukan ku itu buat candu"sambung Gilang, dia kembali terkekeh saat sadar ucapannya.
Mendengar adzan subuh Dita terbangun dari tidur nyenyaknya, kemudian dia membangunkan suaminya yang masih asik dialam mimpi.
Hari-hari Dita sangat menyenangkan jika Gilang berada dirumah berbeda jika Gilang pergi bekerja dia akan kesepian meskipun terkadang mama mertuanya menemaninya.
Selesai sarapan Dita mengantar Gilang sampai depan rumah, meskipun Gilang tidak meminta tapi Dita melakukan itu dengan rasa bahagia. Dia merasa menjadi istri yang sungguhan untuk suaminya.
"Sayang kemarin Fani datang kesini?"tanya Ririn pada menantunya.
"Kemarin bik Inah yamg bilang, kalau ada orang yang cari kalian namanya Fani"sambung Ririn lagi.
"Iyh mah, kak Fani kesini sama calon suaminya"jawab Dita. Ririn nampak berfikir siapa calon suami Fani.
"Pacar kak Fani mau tanggung jawab nikahin kak Fani"jelas Dita, dia sendiri tidak tahu nama calon suami Fani, tapi dia sudah melihat orang itu dua kali pertama saat Fani kecelakaan dan kedua saat datang kemari kemarin.
"Syukur deh, kalau mau tanggung jawab"jawab Ririn, dia ikut bahagia mendengarnya itu artinya tidak akan ada lagi anak yang tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya.
"Mah mau ngapain?"tanya Dita, Ririn menoleh kesamping tempat menantunya berdiri.
"Mama mau bikin kue sayang, ada arisan nanti sore"jawab Ririn, maka dari itu dia ada dirumah pagi ini.
"Berarti nanti aku bunda dong mah?"tanya Dita, anggukan dari Ririn membuat senyum Dita merekah.
"Kalau gitu biar aku bantuin mah"sambung Dita, Ririn sudah menolak bantuan Dita, tapi menantunya itu tetep kekeh untuk membantu.
"Yaudah kamu bantu ini aja"kata Ririn, Dita kebagian untuk mengolesi loyang loyang dengan mentega, dan beberepa cetakan kecil.
Sedangkan bik Inah dan Ririn membuat kue-kue, dan juga membuat makanan lainnya. Ririn memang suka membuat kue saat akan ada acara dirumahnya tapi dia juga akan membeli beberapa makanan dari luar.
Dita sangat senang saat sang bunda datang, dia bisa ikut mengobrol bersama teman-teman sang bunda dan mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Kakakku✓
General FictionSQUEL RENILA Lulus dengan nilai terbaik dikampusnya saat umurnya belum genap 22 tahun adalah kebanggaan tersendiri bagi seorang Anindita Fadhilah. Diusianya saat ini juga dia belum pernah terikat dengan hubungan yang biasa disebut dengan pacaran. ta...