JENNIE POV
Tidak semua yang sudah di rencakan berjalan sesuai dengan harapan, meskipun kami mendapatkan informasi penting dari narasumber tapi Choi Mi Rie menolak menjadi saksi persidangan untuk kami.
Tim mengadakan meeting di kantor firma untuk mengatur strategi baru mempersiapkan perlawanan di persidangan praperadilan yang di ajukan pihak Kim Taehyung.
Semua yang kami lakukan akan sia sia jika kami kalah di praperadilan. Jadi fokus kami terbelah antara sidang utama dan praperadilan.
"Hari ini berat dan melelahkan"
Kak Woo shik melepas kaca mata tebalnya,memijat keningnya saat kami keluar kantor setelah menyelesaikan meeting hari ini.
Dia adalah rekan satu tim yang ditugaskan bersama dengan ku untuk mengunjungi beberapa narasumber.
"Ayo duduk dan makan ice cream kak"
Ajaku konyol seperti anak kecil berumur 5 tahun.
"Ice cream??"
"Dulu aku punya sahabat,dia selalu mengajaku makan ice cream saat dia ingin menangis"
"Kamu ingin menangis Jennie??"
Kak Woo Shik tertawa geli mendengar apa yang aku katakan.
"Iisshh...bukan begitu kak. Ice cream juga baik untuk orang yang sedang kelelahan"
Lagi lagi Kak Woo Shik mentertawakan teoriku.
"Bilang saja kamu mau di beliin ice cream Jenn. Tunggu sini,aku beli ice cream nya dulu ya"
"Oke kak"
Kataku mengacungkan jempol dan menunjukan wajah imutku.
Kami berdua duduk di halte tempat pemberhetian bus sambil makan ice cream di jam 9 malam.
"Lebih baik sekarang??"
Tanyaku mencoba menggoda Kak Woo Shik.
"Ice cream nya berhasil Jenn..."
Kami tertawa bersama sekedar melepas rasa lelah dan penat kami.
Taxi yang di pesan Kak Woo Shik sudah tiba,dia pamit pulang terlebih dahulu. Kami berlawanan arah jadi tidak bisa pulang bersama.
"Aku pulang ya Jenn.."
"Eum. Hati hati kak"
"Kamu juga. Sampai ketemu besok.."
Kami saling melambaikan tangan.
Sementara aku masih menunggu taxi yang ku pesan.
" Dengan Nona Jennie??"
" Ahh iya pak,itu saya"
"Saya driver anda,silahkan naik nona"
"Terimakasih pak"
Aku segera naik dan duduk di kursi penumpang dan taxi mulai berjalan perlahan.
"Baru pulang kerja Non?"
"Iya pak.."
"Terlihat lelah sekali"
"Ahh..benar pak. Hari ini memang lelah sekali"
"Bekerja di mana Non??"
"Saya dari Firma hukum pak"
"Wahh, jadi nona seorang pengacara??"
"Masih magang kok Pak"
Aku sedikit malu untuk menjawab pertanyaan Bapak supir taxi.
"Tetap saja hebat sekali. Nona terlihat masih sangat muda "
"Terimakasih pak"
Suasana kembali hening saat kami mengakhiri obrolan singkat kami.
Taxi mulai melaju lebih cepat menembus jalanan malam Seoul yang sudah sedikit lengang.
Aku menyadari ada yang tidak biasa dari rute taxi malam ini.
"Maaf Pak...ini bukan jalan menuju rumah saya?!"
"Iya Non,saya mengambil jalan pintas supaya lebih cepat. Sudah mau hujan soalnya"
Aku mengernyitkan dahi tidak setuju dengan yang bapak supir katakan.
Taxi semakin melaju cepat memasuki jalanan sepi redup yang minim penerangan.
"Maaf Pak..putar balik saja. Lewat jalan biasa saja!!"
Aku menyadari ini sudah melewati batas wajar. Ada yang tidak beres dengan taxi ini.
"Pak!! Saya mau putar balik dan lewat jalan biasa saja!! Pak..!!"
Bapak sopir yang ramah tadi mendadak menjadi diam dan mengabaikan permintaanku.
"Berhenti...!! Stop...kalau Bapak tidak mau putar balik saya turun disini!!"
Dia masih mengabaikanku membuatku semakin kesal.
"Saya telepon polisi sekarang!!!"
Seketika Taxi berhenti,dan ketika aku akan turun dua orang laki laki memaksa masuk ke dalam taxi,mengapitku dari sisi kanan dan kiri pintu mobi.
"Apa yang kalian lakukan??!!!"
Belum sempat aku berteriak meminta pertolongan,salah satu dari mereka membekapku dengan kain beraroma menyengat yang menusuk hidungku.
Mataku mulai berat dan aku tidak bisa mengingat lagi apa yang terjadi.
Kepalaku berdenyut sakit dan terasa sangat berat. Tubuhku seperti lemas dan sulit aku gerakan.
Perlahan aku membuka mataku dan mencoba mengingat dimana aku berada.
Aku melihat keselilingku,dan aku menyadari aku masih di dalam sebuah mobil. Tapi mobil ini bukan taxi yang aku tumpangi.
Aku mencoba mengingat lagi apa yang terjadi. Benar,seseorang membekapku saat aku di dalam taxi.
Mencoba menangkan diri setenang mungkin,hingga tubuhku perlahan mulai bisa di gerakan.
Tidak ada orang lain di dalam mobil ini. Dan jelas ini bukan taxi yang aku tumpangi. Dari interior mewah mobil aku menduga mobil ini berjenis SUV Range Rover.
Mobil ini terparkir di sebuah jalanan gelap. Aku menempelkan wajahku di kaca jendela mencoba melihat keluar dan jantungku semakin berdebar kencang saat aku menyadari mobil ini berada di jalanan yang lebih mirip sebuah hutan dengan pohon pohon besarnya.
Dan aku menyipitkan kedua mataku mencoba mempertajam penglihatanku ke arah depan. Aku tidak menyadari sedari tadi sesorang duduk di atas cap mobil.
Terlihat dari belakang orang itu tengah menyesap batang rokok dan memegang sebuah kaleng minuman.
Situasiku buruk,dan aku menyadari kemungkinan dalam bahaya.
Konyol mengharapkan pintu mobil tidak terkunci. Tapi sekecil apapun kemungkinan dalam situasi seperti ini layak aku coba.
Klekkk...klekkk...
Dan tentu saja pintu mobil terkunci.
Suara pintu mobil yang mencoba di buka membuat orang itu menyadari aku sudah sadar dari pingsan.
Dia menoleh dan melihat ke arahku. Aku masih belum bisa dengan jelas melihatnya di tengah gelapnya malam.
Aku mulai panik saat dia berjalan masuk ke arah mobil,dan instingku pertamaku adalah mencari ponsel dan menghubungi polisi. Tapi aku menyadari aku kehilangan tas berisi ponsel dan barang pribadi lainya miliku.
Pintu mobil terbuka,dan orang itu masuk ke dalam mobil. Aku menarik nafas beratku bersiap dengan kondisi terburuk apapun yang ada di hadapanku.
*****
Hayo yang penasaran sama chapter selanjutnya jangan lupa supportnya ya ...THANKS 💜💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive You (pengampunan)
FanfictionTakdir mempertemukan mereka untuk saling menghancurkan satu sama lain hingga jatuh bersama kedasar kehancuran. Namun keadaan justru membuat mereka saling berpegangan,saling menguatkan dan akhirnya saling menyelamatkan satu sama lain. "Wanita wanita...