JENNIE POV
Langkahku gontai,rasa nyeri menyengat di sekitar pangkal pahaku tidak seberapa rasanya dibandingkan sakit di dadaku. Harga diriku begitu terluka,sekarang penampilanku bahkan lebih mirip sesorang pelacur yang pulang pagi setelah memuaskan banyak pelanggan di malam hari.
Tubuhku gemetaran sekuat tenaga menahan tangis hingga terasa begitu menyesakan.Perlahan memasuki halaman rumah kecil kami,aku sungguh berharap ke dua orang tuaku belum terbangun saat ini.
Sejenak aku berdiri tertegun menatap kosong rumah kami. Keadaan rumah masih gelap yang menandakan ayah dan ibuku belum terbangun pagi ini.
Tangisku tak bisa aku tahan lagi membayangkan betapa akan hancur luluh lantah jika ayah dan ibu melihat keadaanku saat ini.
Aku menenangkan diri sebisa mungkin,dan memasuki rumah denga kunci yang aku bawa sendiri.
Berjalan perlahan aku memasuki kamar,dan langsung menuju kamar mandi.
Tubuh lemahku melorot di tembok kamar mandi,satu persatu aku melepaskan pakaian milik bajingan itu dan melemparnya sembarang.
Aku membiarkan air hangat yang mengalir dari shower menyiram tubuh telanjangku,membantuku menghapus jejak Kim Taehyung dari seluruh tubuhku.
Tangisku sesak terasa begitu memilukan,tubuhku meringkuk di lantai kamar mandi mengingat betapa bodoh dan menjijikanya diriku. Aku membenci diriku sendiri,tak henti aku merutuki kebodohanku yang terhanyut dengan permainan Kim Taehyung.
Aku berharap bajingan itu tidak menyadari jika aku terlarut dalam sentuhanya. Dia begitu lembut saat menyentuhku untuk yang kedua kalinya, membuat otak dan tubuhku tidak bisa bekerja sama. Harga diriku benar benar hancur di tangan seorang Kim Taehyung.
"Jennie...nak. kamu sudah pulang?? "
Suara ibu terdengar dari luar kamar kecilku. Suara air dari kamar mandiku membuatnya terbangun.
"Iyaaa bu..."
Sekuat tenaga aku mencoba menormalkan nada suaraku untuk menjawab ibu.
"Ibu siapkan sarapan ya nak,kamu pasti lelah lembur semalaman"
"Lembur....???"
Tentu saja.Aku tersenyum miris mengetahui fakta bahwa Kim Taehyung mengirim pesan pada orang tuaku dan membohongi mereka soal kerja lemburku melalui ponselku. Dasar brengsekkk!!!.
"Tidak usah ibu,aku mau langsung tidur ..."
Jawabku terbata,masih dari dalam kamar mandi.
"Biar saja Jennie istirahat bu,dia pasti lelah sekali. Ayo kita siapkan keperluan berjualan kita hari ini"
Suara Ayahku terdengar,dia ikut terbangun. Ayah dan ibu biasa bangun pagi untuk berjualan setiap hari di restoran kecil kami.
Aku lega karena mereka tidak memaksaku untuk makan. Luka dan memar di beberapa bagian tubuhku,belum lagi tanda merah di sekujur leher dan dadaku masih begitu jelas terlihat. Mereka tidak boleh melihatnya.
Segera aku meringkuk di tempat tidurku setelah selesai mandi. Aku menutup diriku dengan selimut rapat dan mencoba untuk tidur.
"Aaahhhhhh...."
Aku terbangun dan merasa sesak kerena mimpi buruk yang ku alamai. Aku terduduk dan kembali menangis masih berharap apa yang menimpaku tadi malam seluruhnya hanya mimpi buruk,tapi tentu saja semua benar terjadi.
Aku keluar dari kamarku,ini sudah pukul 10 pagi jadi Ayah dan Ibuku sudah berangkat berjualan. Aku melihat di meja makan,ibu sudah menyiapkan berbagai makanan untuku,tapi pagi ini aku kehilangan selera makanku meski tadi malam aku juga melewatkan makan malamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive You (pengampunan)
FanficTakdir mempertemukan mereka untuk saling menghancurkan satu sama lain hingga jatuh bersama kedasar kehancuran. Namun keadaan justru membuat mereka saling berpegangan,saling menguatkan dan akhirnya saling menyelamatkan satu sama lain. "Wanita wanita...