🎀Chapter 35🎀

89 18 0
                                    

Sebelumnya follow instagram author yuk

@faizahjahro

Udah belum?

Yuk langsung baca....

_______________Happy Reading_____________

Sandrina dan Fiara menunggu Maru yang sampai sekarang belum kembali dari kamar mandinya. Tiba-tiba saja, Sandrina cemas dengan keadaan Maru.

"Maru, ke mana? Kok dia lama banget?" tanya Sandrina kepada Fiara. Dia begitu khawatir terhadap Maru.

"Gak tau, mending kita langsung ke kamar mandi aja?" usul Fiara. Lalu Sandrina menggangguk kepala saja dan mereka berdua langsung pergi ke kamar mandi.

Seketika pas di kamar mandi, Fiara mendengar seseorang meminta tolong di kamar mandi sambil menangis.

"Ada yang minta tolong sambil nangis," ujar Fiara. Begitu pula Sandrina. Dia juga mendengar suara tangisan.

"Iya, siapa ya?" tanya Sandrina.

Beberapa menit kemudian, mereka menyadari kalau itu Maru. Soalnya, semua orang sudah tidak ada di sekolah lagi. Paling cuman guru-guru saja yang masih berada di sekolah.

"Maru, ayok cepat!" pinta Fiara yang berlari mencari suara Maru.

Tiba lah mereka di kamar mandi, dan ya. Mereka benar, kalau itu suara Maru. "Maru, lu di dalam?" Sambil mendengarkan dari pintu kamar mandi.

"Fiara, ini gua Maru. Tolongin gua!" ujar Maru yang menahan isakan tangisan.

Sandrina dan Fiara mencoba membuka pintunya. Namun, tetap saja tidak bisa. "Gak bisa lagi, Sandrina. Lu minggir dah, pengen gua dobrak!" Sambil memundurkan Sandrina.

"Maru, lu minggir dari pintu. Gua mau dobrak!" teriak Fiara dari luar kamar mandi

Maru langsung menghindar dari pintunya dan Fiara langsung mendobrak. Dan ya, pintu terdobrak. Fiara dan Sandrina langsung melihat Maru yang sudah banjir dengan air matanya.

Sandrina langsung memeluk Maru. Dia merasa sedih melihat Maru menangis di kamar mandi. "Tenang, gua sama Fiara udah di sini." Sambil memeluk Maru. Sementara, Fiara berada disamping Sandrina.

Maru masih menangis, dia menangis di dalam pelukan Sandrina. "Hiks, gua takut ... Gua takut." Sambil menahan isakan.

"Tenang," jawab Sandrina sambil mengelus rambut Maru.

"Siapa yang ngunciin lu?" tanya Fiara yang terheran-heran. Lalu muncul lah di otak Fiara, kalau geng RAFANIEL lah penyebabnya.

"Pasti geng RAFANIEL," pekik Fiara yang emosi dengan geng RAFANIEL.

"Gak boleh suudzon," jawab Sandrina dengan bijak.

"Yah, siapa lagi kalau bukan mereka, San?" tanya Fiara yang mulai emosi.

"Iya, gak boleh suudzon juga!" jawab Sandrina yang meredakan amarah Fiara. Ia juga harus berpikir positif dulu.

Sandrina mengelus punggung Maru dan menenangkannya. Setelah itu ia berbicara. "Udah, ayok kita pulang aja." Sambil menuntun Maru untuk pulang ke rumah.

Namun, Maru mencegah Sandrina yang ajak mengajak pulang. "Tunggu, gua mau benerin baju dulu. Gua gak kalau sampai orang tua tahu!"

"Lo ga ada niatan buat cerita ini ke orang tua?" sahut Sandrina yang hati-hati berbicara.

"Gak, pliss kalian jaga ya rahasia ini dari orang tua!" pinta Maru kepada kedua sahabatnya dengan wajah ketakutan.

"Kenapa lo mendem?" tanya Fiara.

"Berpikir positif aja, siapa tahu emang ada yang usil kan? Lagian kita juga gak tahu siapa pelaku nya," jelasan Maru yang meyakinkan kedua sahabatnya untuk tak bercerita dengan wajah ketakutan.

Sandrina dan Fiara saling bertatapan mata. Sandrina memberi kode dan menanyakan kepada Fiara. "Gimana nih Ra?" seraya menatap mata Fiara.

Fiara mengerdikan kedua bahunya. Lalu Fiara menjawab. "Yaudah kita ngikut apa kata Maru, mending kita pendem!"

"Thank you," jawab Maru yang tersenyum.

Sandrina ikut tersenyum tapi berbeda dengan Fiara. Fiara masih ada nahan emosi sedikit. Fiara pun berbicara lagi. "Tapi kalau udah tahu pelaku nya, lo harus cerita keia orang tua lo ya, Mar!"

Maru terdiam sejenak dan berpikir lagi apa yang dikatakan Fiara. Tapi ada benarnya juga yang dibilang Fiara. Kalau sudah ketemu pelaku nya wajib lapor ke orang tua.

"Okey, kalau gua sering diusilin begini nanti gua bakal lapor ke guru atau ke orang tua gua!" jawab Maru yang berjanji kepada Fiara.

"Tapi, ini emang baru sekali lo diusilin. Semoga aja gak diusilin lagi deh, kalau kek gini lagi benar kata Fiara, kita harus lapor!" celetuk Sandrina.

"Gua udah rapi kan? Gak berantakan? Yuk pulang!" ajak Maru yang masih merasa ketakutan dan sedikit gemeteran.

Sandrina dan Fiara mengangguk iya sudah rapi dan tak berantakan lagi sama keadaan tubuh Maru. Fiara dan Sandrina berjalan sampingan bersama Maru. Karena Maru masih ketakutan. Mereka bertiga keluar toilet karena sekolah mulai sepi apalagi toiletnya juga sepi.

Bersambungg...

Jangan lupa vote dan koment, share ke teman-teman ya buat baca!

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang