Part 74

3 1 0
                                    

Namun, di tengah kebangkitan semangat tersebut, Zavier dan anggota gengnya sudah mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mereka melihat kerumunan siswa yang berkumpul dan mulai menyusun rencana untuk menindas pergerakan itu.

Suatu malam, Maru, Diva, dan Fiara menerima pesan misterius yang mengatakan bahwa Zavier mengetahui tentang rencana mereka. “Kita harus bertindak cepat,” kata Maru dengan cemas. “Jika mereka mengetahui bahwa kita mengumpulkan bukti dan dukungan, mereka akan berusaha menghentikan kita.”

Diva menyarankan agar mereka segera bertemu dengan Raihan dan siswa lain yang berani, untuk mempercepat pengumpulan informasi. Mereka juga merencanakan pertemuan rahasia untuk membahas langkah selanjutnya.

Ketika mereka berkumpul, Raihan memberi tahu mereka bahwa ada rencana untuk mengintimidasi mereka. “Aku mendengar bahwa Zavier dan Niely berencana untuk mengganggu kita di sekolah. Mereka tidak ingin kita melanjutkan penyelidikan ini.”

“Jadi kita harus lebih hati-hati,” kata Fiara. “Kita tidak bisa membiarkan mereka tahu langkah kita.”

Mereka memutuskan untuk menggunakan saluran komunikasi yang aman dan hanya bertemu di tempat yang tidak terduga. Meskipun ketakutan menyelimuti mereka, semangat untuk mencari keadilan bagi Sandrina membuat mereka terus maju.

*****

Hari berikutnya, saat mereka berusaha mengumpulkan informasi, Maru merasa ada sesuatu yang aneh. Beberapa siswa tampak mengawasi mereka, dan dia merasa seolah-olah mereka sedang diawasi oleh mata-mata geng RAFANIEL. Dia memberi tahu Diva dan Fiara tentang kekhawatirannya.

“Kita harus lebih waspada,” kata Diva. “Mungkin kita perlu menyamarkan langkah kita.”

Mereka sepakat untuk tidak berbicara secara terbuka tentang rencana mereka di sekolah dan menggunakan aplikasi terenkripsi untuk berkomunikasi.

Tapi meski semua langkah hati-hati yang mereka ambil, suatu malam saat mereka berkumpul di rumah Maru, mereka mendengar suara langkah kaki di luar. Maru bergegas menutup jendela dan berbisik, “Siapa itu? Apakah mereka menemukan kita?”

Fiara berusaha menenangkan suasana. “Kita harus tetap tenang. Mungkin itu hanya orang lewat.”

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan keras di pintu. Maru, Diva, dan Fiara saling memandang dengan ketakutan. “Siapa di luar?” tanya Maru, suaranya bergetar.

“Ini Zavier,” terdengar suara dari luar. “Kalian semua lebih baik keluar dan bicara dengan kami. Atau kami akan masuk.”

Mereka berempat saling berpandangan, menyadari bahwa mereka sudah terjebak. Maru berusaha berpikir cepat. “Kita tidak bisa membuka pintu. Kita harus bersembunyi dan tetap diam.”

Mereka bersembunyi di sudut ruangan, berusaha mengontrol napas mereka. Zavier dan anggota gengnya mulai masuk, tampak mencari mereka dengan serius. Ketegangan meningkat ketika mereka mendengar suara langkah mendekat.

“Aku tahu mereka di sini,” kata Zavier. “Kita harus menemukan mereka sebelum mereka mendapatkan lebih banyak bukti.”

Diva menggenggam tangan Maru dengan erat. “Apa yang harus kita lakukan?” bisiknya.

“Tenang, kita akan menemukan cara untuk keluar dari sini,” jawab Maru, berusaha menenangkan diri meski detak jantungnya berdengung di telinga.

Mereka mendengar suara anggota geng yang lain merusak barang-barang di ruangan, mencari bukti keberadaan mereka. “Mereka pasti tidak akan jauh,” Zavier berkata, tampak frustasi.

Akhirnya, Maru melihat jendela terbuka sedikit. “Diva, Fiara, mari kita keluar lewat jendela,” bisiknya. Mereka bertiga merangkak menuju jendela, berusaha secepat mungkin.

Saat mereka beranjak keluar, suara gaduh di belakang mereka semakin keras. “Ayo, cepat!” seru Maru. Mereka melompat ke halaman belakang dan berlari menjauh, berusaha menghindari jejak Zavier dan gengnya.

Di tengah pelarian mereka, Maru merasakan campuran ketakutan dan kebebasan. Mereka telah mengambil langkah pertama dalam melawan geng RAFANIEL, dan meski bahaya mengintai, semangat mereka untuk mencari kebenaran semakin menguat.

Bersambunggg

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang