Part 63

24 1 0
                                    

Maru memandang langit yang kini mulai berubah kelabu, seperti cerminan perasaannya. Hatinya terasa berat, namun di dalamnya tumbuh semangat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Keputusan telah diambil—ia harus menemukan kebenaran, dan menyelamatkan persahabatannya dengan Fiara.

"Maru, kita harus mulai dari mana?" tanya Diva, suaranya penuh ketegasan.

Maru menghela napas panjang. "Aku ingat ada beberapa saksi di taman waktu kecelakaan itu terjadi. Orang-orang yang mungkin melihat sesuatu yang kita lewatkan saat itu."

Diva mengangguk. "Baik. Kita harus mulai dengan mereka. Aku akan bantu cari informasi."

Namun sebelum mereka bisa melangkah, Fiara tiba-tiba berkata pelan, "Ada satu hal yang belum kalian tahu."

Maru dan Diva berhenti, menatap Fiara penuh harap. Fiara tampak ragu, tetapi setelah beberapa detik, ia memutuskan untuk berbicara. "Waktu itu, sebelum kecelakaan terjadi, aku sempat melihat sesuatu. Aku terlalu marah pada kamu, Maru, jadi aku tidak sadar apa yang terjadi, tapi... aku ingat ada sebuah mobil hitam yang berhenti di dekat taman. Sesaat sebelum Sandrina berlari mengambil kalung itu."

Maru tertegun. "Mobil hitam? Kamu yakin?"

Fiara mengangguk pelan. "Aku tidak ingat banyak, tapi aku yakin ada mobil hitam itu. Truk itu muncul tak lama setelahnya."

Diva segera menghubungkan informasi baru ini dengan kejadian tragis tersebut. "Bisa jadi mobil itu punya hubungan dengan kecelakaan Sandrina. Kita harus cari tahu lebih banyak tentang itu."

"Kalau itu benar, mungkin truk yang menabrak Sandrina tidak hanya kebetulan lewat," Maru merenung, mencoba mengingat setiap detail hari itu. "Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Fiara menunduk, masih dihantui rasa bersalah. "Aku minta maaf, Maru. Selama ini aku diselimuti kebencian, tapi aku tahu di dalam hati bahwa kamu tidak bersalah. Aku hanya... tidak bisa mengatasi kehilangan Sandrina. Dan geng RAFANIEL memanfaatkan itu."

Maru menatap Fiara dengan rasa lega. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya pulih, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih baik. "Aku mengerti, Fiara. Aku juga merasa bersalah. Tapi kita bisa bersama-sama mencari kebenarannya, untuk Sandrina."

Diva, yang sedari tadi mengamati, tersenyum kecil. "Ini awal yang baik. Dengan petunjuk baru ini, kita bisa mulai menyelidiki lebih jauh. Kita harus cari tahu siapa pemilik mobil hitam itu dan apa perannya dalam kecelakaan ini."

Maru mengangguk dengan penuh tekad. "Aku akan lakukan apa pun untuk mengungkap kebenaran. Demi Sandrina, dan demi kita."

Fiara, meskipun masih terlihat rapuh, menguatkan dirinya. "Aku juga akan bantu. Ini sudah terlalu lama tersimpan. Kita harus mengakhirinya."

Tiba-tiba, suara telepon Diva berbunyi, menginterupsi momen tersebut. Diva segera mengangkat panggilannya dan menjauh sebentar untuk berbicara. Setelah beberapa saat, dia kembali dengan ekspresi serius.

"Aku baru saja mendapat kabar dari teman yang bekerja di bagian lalu lintas," katanya, suaranya rendah. "Truk yang menabrak Sandrina... tidak pernah ditemukan. Plat nomornya palsu, dan tidak ada yang tahu siapa sopirnya."

Maru dan Fiara saling bertukar pandang. "Jadi... ini memang bukan kecelakaan biasa," kata Maru dengan suara gemetar.

Diva mengangguk. "Benar. Ini semakin membuktikan bahwa ada yang lebih besar di balik kejadian itu. Seseorang sengaja membuatnya terlihat seperti kecelakaan."

Perasaan di dalam hati Maru berubah, dari kesedihan menjadi tekad yang membara. Ini bukan hanya tentang kecelakaan tragis lagi—ini adalah konspirasi. Dan dia akan mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini, tak peduli seberapa sulit jalannya.

Dengan teman-temannya di sisinya, Maru tahu bahwa mereka bisa mengungkapkan kebenaran, tidak hanya untuk membersihkan namanya, tapi juga untuk memberikan keadilan bagi Sandrina yang telah tiada.

"Kita akan mulai dari sini," kata Maru dengan suara tegas. "Dan kita tidak akan berhenti sampai semuanya terungkap."

Bersambunggg

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang