Part 64

5 1 0
                                    

Diva, Fiara, dan Maru mulai merencanakan langkah berikutnya. Mereka tahu bahwa menemukan sopir truk yang menabrak Sandrina adalah kunci untuk membuka misteri yang lebih dalam. Namun, dengan tidak adanya catatan yang jelas tentang truk itu, mereka harus mengandalkan petunjuk lain—seperti mobil hitam yang Fiara lihat sebelum kecelakaan terjadi.

“Mobil hitam itu, pasti ada orang yang melihatnya,” gumam Diva, berpikir keras. “Kalau kita bisa menemukan pemiliknya, kita mungkin bisa menghubungkannya dengan kecelakaan ini.”

Maru menatap Diva, kemudian Fiara. “Kita bisa mulai dari taman. Banyak orang yang lewat saat itu. Mungkin seseorang melihat sesuatu yang penting dan tidak disadari.”

Fiara mengangguk setuju. Meskipun ia masih tampak merasa bersalah, tekadnya untuk menebus kesalahan semakin kuat. “Aku bisa tanya beberapa orang yang sering ada di sekitar taman. Aku kenal beberapa dari mereka.”

Mereka bertiga sepakat untuk bertemu kembali keesokan harinya di taman tempat kecelakaan itu terjadi. Hari itu terasa berat bagi Maru—kenangan tentang kecelakaan tragis itu masih segar di ingatannya. Setiap kali memikirkannya, bayangan Sandrina yang berlari mengejar kalung itu muncul di benaknya.

Keesokan harinya, mereka bertiga tiba di taman. Matahari pagi bersinar hangat, tetapi bagi mereka, suasana tetap terasa dingin dan penuh ketegangan. Mereka mulai bertanya kepada beberapa orang yang sering berada di sana pada saat kecelakaan terjadi.

“Aku ingat ada mobil hitam,” kata seorang penjual es krim di taman itu. “Tapi aku nggak terlalu memperhatikan siapa yang ada di dalamnya. Mereka berhenti sebentar, lalu pergi sebelum truk datang.”

“Apa kamu ingat plat nomornya?” tanya Diva dengan penuh harap.

Penjual itu menggeleng. “Sayangnya, nggak. Tapi aku ingat mobil itu terlihat mahal. Mungkin SUV, dengan jendela gelap.”

Informasi itu belum cukup, tetapi setidaknya mereka memiliki petunjuk kecil yang bisa digunakan. Setelah beberapa jam bertanya dan mengumpulkan informasi, mereka memutuskan untuk duduk sebentar di bangku taman, menata ulang semua yang mereka ketahui.

“Seseorang dengan mobil hitam itu jelas terlibat,” kata Fiara pelan, merasa semakin yakin. “Tapi pertanyaannya, siapa?”

“Kita harus cari tahu lebih banyak tentang siapa yang memiliki mobil-mobil seperti itu di sekitar sini,” jawab Maru. “Mungkin ada kamera CCTV di jalan sekitar taman yang menangkap plat nomor mobil itu.”

Diva mengangguk penuh semangat. “Itu ide yang bagus. Aku akan coba tanyakan ke petugas keamanan di sekitar sini. Pasti ada CCTV di jalan raya dekat sini.”

Mereka bertiga langsung bergegas menuju pos keamanan di dekat taman. Petugas di sana cukup ramah dan bersedia membantu setelah mendengar penjelasan mereka. "Kami bisa coba cek rekaman dari hari itu," kata petugas dengan nada serius. "Tapi butuh waktu untuk menemukannya."

Mereka menunggu dengan cemas ketika petugas memeriksa rekaman. Setelah beberapa menit, akhirnya layar monitor menampilkan cuplikan hari kecelakaan. Di sana, mereka melihatnya—mobil hitam yang Fiara bicarakan. Mobil itu tampak berhenti beberapa meter dari taman, dan dari sudut kamera, mereka bisa melihat samar-samar sopir di dalamnya.

Maru menatap layar dengan saksama. "Itu dia... mobil hitamnya," ucapnya pelan. “Tapi siapa orang di dalamnya?”

Petugas mencoba memperbesar gambar, tetapi wajah si pengemudi terlalu buram untuk dikenali. Namun, Diva yang selalu tajam memperhatikan detail, tiba-tiba menunjuk ke sesuatu di layar. "Lihat di kaca spion! Ada stiker di sana!"

Fiara mendekat untuk melihat lebih jelas. "Itu... lambang dari sekolah swasta elit di pusat kota," katanya, mengenali logo tersebut. "Orang ini mungkin terkait dengan sekolah itu."

Diva tersenyum puas. “Kita sudah semakin dekat. Sekarang kita tahu di mana harus mencari.”

Maru merasa ada secercah harapan baru. Mereka tidak hanya semakin dekat untuk mengungkap kebenaran, tetapi juga menemukan siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut Sandrina. Perjalanan mereka masih panjang, namun dengan petunjuk ini, mereka bisa mengambil langkah besar menuju kebenaran.

“Sekolah itu tempat kita selanjutnya,” kata Maru dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Kita akan menemukan siapa yang ada di balik semua ini.”

Bersambungg

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang