Part 75

3 1 0
                                    

Setelah berhasil melarikan diri, mereka bertiga bersembunyi di rumah teman dekat Maru. “Kita harus melapor ke pihak sekolah atau polisi,” kata Fiara, masih terengah-engah. “Ini sudah terlalu berbahaya.”

Diva mengangguk. “Tapi kita harus punya bukti. Tanpa itu, mereka tidak akan percaya kita.”

Maru merasakan semangat juang dalam dirinya. “Kita akan terus berjuang. Kita tidak bisa mundur sekarang. Kita sudah terlalu dekat.”

Malam itu, mereka merencanakan langkah berikutnya, bertekad untuk mencari bukti lebih banyak dan memperkuat aliansi di antara siswa. Mereka tahu bahwa perjuangan mereka baru dimulai, dan mereka tidak akan berhenti sampai kebenaran tentang Sandrina terungkap.

Sore itu, mereka mengadakan pertemuan di taman belakang sekolah, mengundang semua siswa yang bersedia mendengarkan. Saat siswa-siswa berkumpul, Maru berdiri di depan mereka, merasakan ketegangan di udara.

“Terima kasih sudah datang,” katanya, suaranya penuh semangat. “Kita semua tahu tentang apa yang terjadi pada Sandrina, dan kita tidak bisa membiarkannya hanya menjadi kenangan buruk. Kita harus melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh geng RAFANIEL dan Zavier!”

Suasana menjadi hening sejenak. Beberapa siswa saling berpandangan, tampak ragu. Namun, ada juga yang menunjukkan ketertarikan. “Kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan!” lanjut Maru, menguatkan suaranya. “Kita memiliki hak untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan!”

Diva berdiri di samping Maru, mengangguk. “Kami tidak meminta kalian untuk bertindak sendiri. Bersama-sama, kita bisa menunjukkan bahwa kita tidak takut dan tidak akan membiarkan geng ini mengendalikan kita.”

“Betul!” tambah Fiara. “Kita perlu saling mendukung dan berbagi informasi. Jika kita bisa mengumpulkan bukti dan saksi yang cukup, kita bisa menghentikan mereka!”

Di tengah pembicaraan, seorang siswa bernama Mira angkat bicara. “Tapi bagaimana jika mereka tahu kita berencana melawan mereka? Kita bisa dalam bahaya!”

Maru menanggapi dengan serius. “Kami memahami risiko ini, tapi kita tidak bisa membiarkan ketakutan menghentikan kita. Jika kita bersatu, kita bisa melindungi satu sama lain.”

Dari kerumunan, seorang siswa laki-laki bernama Gani berdiri. “Aku juga merasa terintimidasi oleh mereka, tapi aku tidak mau tinggal diam. Aku ingin membantu!”

Semangat mulai menyebar di antara siswa-siswa lainnya. Mereka mulai saling berbagi pengalaman mereka berhadapan dengan geng dan berbicara tentang ketidakadilan yang mereka alami. Dalam suasana itu, Maru merasa harapannya tumbuh.

Setelah pertemuan itu, Maru, Diva, dan Fiara mulai menyusun strategi untuk mengumpulkan bukti dan menyebarkan informasi. Mereka sepakat untuk menyelidiki lebih lanjut dan mencari lebih banyak siswa yang bersedia untuk bergabung dalam perjuangan mereka.


Beberapa hari kemudian, Maru dan Fiara bertemu dengan Raihan lagi. Mereka mengundangnya ke sebuah kafe kecil yang jarang dikunjungi orang untuk berbicara lebih lanjut tentang rencana mereka.

“Raihan, kami ingin melakukan lebih banyak lagi untuk mengungkap kebenaran tentang Sandrina,” kata Maru, penuh harapan. “Kami sudah mengumpulkan beberapa teman yang mau membantu.”

“Bagus. Kalian butuh semua dukungan yang bisa kalian dapatkan,” kata Raihan, terlihat lebih bersemangat. “Aku juga ingin terlibat lebih dalam. Kita perlu menggali informasi yang lebih dalam tentang Zavier dan gengnya.”

Mereka mulai mendiskusikan langkah-langkah yang bisa diambil. “Kita harus mencari tahu tentang keluarga Zavier,” kata Fiara. “Mungkin mereka memiliki informasi yang bisa membantu kita.”

“Benar,” jawab Raihan. “Jika kita bisa menemukan hubungan yang kuat antara gengnya dan keluarganya, itu bisa menjadi bukti penting.”

Bersambunggg

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang