Part 68

2 1 0
                                    

Keesokan harinya, mereka mulai menyusun strategi. Maru, Diva, dan Fiara berkumpul di rumah Maru untuk membahas langkah selanjutnya. Rekaman CCTV yang baru mereka dapatkan adalah bukti kuat, tapi mereka tahu bahwa itu belum cukup untuk menjatuhkan Zavier atau keluarganya.

“Kita harus cari tahu lebih dalam soal truk itu,” kata Maru sambil menatap laptopnya. “Mungkin ada catatan kepemilikan atau jejak yang bisa menghubungkan truk itu ke Zavier.”

“Aku bisa coba cari tahu lewat kontak papaku,” tambah Diva. “Dia punya beberapa kenalan di dunia logistik. Mungkin mereka bisa bantu.”

Sementara itu, Fiara tetap gelisah. Meskipun dia sekarang berdiri di pihak Maru, perasaan bersalah karena pernah menyalahkan sahabatnya masih menghantui. "Apa mungkin kita juga harus konfrontasi Zavier secara langsung?" tanyanya, suaranya sedikit ragu. "Dia pasti tahu kita sedang menyelidiki."

Maru berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Kita belum punya cukup bukti untuk menuduh dia langsung. Konfrontasi tanpa persiapan hanya akan membuat kita kehilangan kesempatan. Kita butuh sesuatu yang lebih konkret."

Diva menepuk pundak Fiara, mencoba menenangkannya. "Sabar, Fi. Kita akan sampai di sana. Zavier mungkin merasa aman sekarang, tapi kalau kita terus mencari, pasti ada celah yang bisa kita manfaatkan."

Selama beberapa hari berikutnya, mereka bekerja tanpa lelah. Diva menggunakan kontak-kontaknya untuk mencari informasi soal truk itu, sementara Maru dan Fiara terus menyusun semua bukti yang mereka punya. Mereka juga menyadari bahwa Zavier semakin curiga dengan gerakan mereka. Setiap kali mereka bertemu di sekolah, tatapan Zavier selalu waspada, seolah dia tahu sesuatu.

Suatu sore, Diva mendapat kabar penting. Dia menelepon Maru dan Fiara dengan nada penuh urgensi. "Guys, aku dapat info dari kenalan papa. Truk itu memang milik perusahaan keluarga Arkhan. Tapi yang lebih mengejutkan, sopir truk itu pernah terlibat kecelakaan lain beberapa tahun lalu, dan Arkhan berhasil menutupi semuanya."

Maru mendengarkan dengan cemas. "Jadi, ini bukan kecelakaan biasa?"

"Tampaknya begitu," jawab Diva. "Keluarga Arkhan punya kekuasaan besar, mereka bisa menutupi apa saja. Sopir truk itu mungkin bekerja untuk mereka, tapi kita harus bisa buktikan bahwa Zavier atau keluarganya yang memberi perintah hari itu."

Fiara terdiam, merenung. "Tapi kenapa mereka mengejar Sandrina? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?"

Pertanyaan itu menggantung di udara. Mereka tahu bahwa Sandrina tidak mungkin terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Tetapi, jika Zavier memang mengejar sesuatu hari itu, ada kemungkinan Sandrina terjebak dalam sesuatu yang lebih besar daripada yang mereka duga.

“Kita harus bicara dengan sopir truk itu,” kata Maru dengan suara penuh tekad. “Kalau dia memang bekerja untuk keluarga Arkhan, dia pasti tahu lebih banyak.”

---

Beberapa hari kemudian, mereka berhasil menemukan sopir truk yang terlibat dalam kecelakaan itu. Namanya Pak Jaya, seorang pria paruh baya dengan wajah letih dan pandangan penuh beban. Diva, dengan keahliannya bernegosiasi, berhasil mengatur pertemuan dengan Pak Jaya di sebuah tempat terpencil.

Ketika mereka bertemu, Pak Jaya tampak gugup. "Aku tahu kenapa kalian di sini," katanya, suaranya bergetar. "Tapi kalian harus mengerti, aku tidak bisa bicara banyak. Mereka punya mata di mana-mana."

Maru menatapnya dengan penuh simpati. "Kami tidak ingin menyakiti Anda, Pak. Kami hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu. Kami hanya ingin kebenaran untuk Sandrina."

Pak Jaya terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. "Aku hanya diperintah untuk mengikuti perintah. Hari itu, aku disuruh mengawasi seseorang. Tapi kecelakaan itu… aku tidak tahu Sandrina akan berada di sana."

Diva mencoba menenangkan suasana. "Siapa yang memberi perintah, Pak Jaya? Apa itu Zavier?"

Pak Jaya menggeleng, matanya terlihat lelah. "Aku tidak bisa bicara soal itu. Kalau aku bicara, nyawaku terancam. Tapi aku bisa bilang ini—hari itu bukan kecelakaan biasa. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan, dan aku hanya pion dalam permainan ini."

Maru merasakan kemarahan membara dalam dirinya. "Jadi, keluarga Arkhan yang berada di balik semua ini?"

Pak Jaya berdiri, wajahnya penuh ketakutan. "Kalian tidak tahu seberapa besar kekuatan mereka. Aku sudah memberitahukan apa yang bisa kukatakan. Lebih dari ini, aku tidak bisa."

Dengan itu, Pak Jaya bergegas pergi, meninggalkan mereka dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Namun, satu hal kini jelas: kecelakaan Sandrina bukanlah kecelakaan biasa. Ada kekuatan besar yang bermain di balik layar, dan keluarga Arkhan tampaknya terlibat lebih dalam dari yang mereka bayangkan.

Maru, Diva, dan Fiara saling memandang. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah baru dalam pencarian mereka akan kebenaran. Apa yang dimulai sebagai tragedi pribadi kini berubah menjadi pertempuran melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari diri mereka.

Tetapi Maru tidak akan mundur. Dengan sahabat-sahabatnya di sisinya, dia tahu bahwa mereka akan terus maju—sampai kebenaran terungkap, apa pun risikonya.

Bersambunggg...

Maru [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang