CHAPTER 09

3.6K 388 12
                                    

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Setelah menaruh motornya di garasi, Jessen segera memasuki rumah orang tuanya. Laki-laki itu dapat melihat Mark Papanya yang sedang duduk di sofa dengan tatapan fokus ke layar laptop di depannya.

Jessen segera berjalan ingin menuju kamarnya.

"Jessen!" Panggilan itu mampu membuat langkah Jessen terhenti.

Cowok itu berbalik badan dan langsung berhadapan dengan Mark. "Hmm" Deheman Jessen.

"Nanti malam kamu jangan kemana-mana karena kita akan dinner bersama keluarga Elin, sekalian membahas pertunangan kalian" Tutur Mark. "Papa udah serlok lokasinya" Tambah pria paruh baya tersebut.

"Jessen gak mau di jodohin Pa" Lirih pelan Jessen.

"Tidak ada bantahan, ini udah keputusan Papa" Ucap Mark.

Jessen menatap Papanya malas. "Kenapa harus Elin?" Tanya cowok itu.

"Terus kamu mau siapa? Zeni?" Tanya Mark.

"Mungkin!" Jawab Jessen santai.

"Apa kamu gila? Yang benar saja Zeni, gadis itu tidak cocok dengan mu. Dia bodoh dan tidak pantas menjadi menantu di keluarga kita. Kurang apa Elin? Dia sangat pintar dan pastinya membang--" Ucapan Mark terpotong oleh Jessen.

"Dia sempurna di mata orang yang tepat. Dan tadi Papa bilang kurang apa Elin?" Sudah cukup, Jessen tidak kuat mendengar Papanya menjelekkan sahabatnya. "Kurangnya, aku gak cinta sama dia!" Tambah Jessen sebelum pergi ke kamarnya meninggalkan Mark yang emosi pada putranya.

"Jessen!!...." Panggil Mark yang tidak di perdulikan oleh Jessen.

"Anak itu, sudah berani membantah" Lirih Mark lalu melanjutkan pekerjaannya.

Sampai di kamar Jessen segera merebahkan tubuhnya di kasur. "Arghhhhh..." Pekik cowok itu mengguyar rambutnya.

Ia tidak ingin di jodohkan, ia sama sekali tidak mencintai perempuan yang bernama Elina Raquenza.

"Apa gue suka sama Zeni?" Tanya Jessen pada dirinya sendiri.

**

Malam pun tiba, Zeni sedang melakukan makan malam sendiri. Tidak ada orang lagi di rumah kecuali dirinya. Asisten rumah tangga? Ah bi Ima sedang izin untuk pulang kampung. Zeni juga tidak masalah kalau sendiri, karena menurut cewek itu, sendiri menyenangkan.

"Mereka gak pulang yah?" Tanya Zeni entah pada siapa.

Kini Zeni sedang di landa kegabutan, cewek itu mengambil jaket dan kunci motornya. Sepertinya ia tau harus ke mana malam ini.

Di lajukannya motor sport miliknya dengan kecepatan tinggi. Menyalip kendaraan sana-sini. Di tengah ramainya jalanan gadis itu tidak takut dengan yang namanya kecelakaan.

Menempuh waktu 10 menit, akhirnya Zeni sampai di depan sebuah rumah yang mewah.

Tinnnnnn......

Tinn...Tinn...

Tinnnnnn.....

Tinn....

Tinn..... Tinnn...

Bukannya turun mengetuk pintu atau menekan bel, gadis itu malah anteng di motornya sambil membunyikan klakson motornya. Memang tidak ada sopan santunnya.

"WOY.... Berisik bangsat!!!" Teriak sang punya rumah yang keluar dari pintu utama.

"Hehe, santai bro" Ucap Zeni tanpa adanya rasa bersalah.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang