CHAPTER 13

3.2K 345 21
                                        

Hay guys.
Chapter ini berisi masalah Zeni semua. Okey lanjut.

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Ceklek.

Zeni membuka pintu utama rumah orang tuanya, jam menunjukkan pukul 19.20 WIB.

"Mama, Pap--"

Plakkkk.

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Zeni, membuat sang empu menoleh ke samping. Rasa sakit menjalar di pipi gadis itu.

"Dasar anak tidak tahu di untung, taunya hanya membuat malu saja. Udah syukur kamu tidak saya usir dari rumah ini" Ucap Reno yang baru saja menampar pipi Zeni.

Zeni sudah menduga hal ini akan terjadi. "Maaf Pa" Lirih Zeni menundukkan kepalanya.

"Apa kamu bilang? Maaf? Kamu pikir dengan kata maaf bisa menghilangkan rasa malu saya punya anak seperti kamu?"

"Seharusnya kamu tau Zeni, saya malu mempunyai anak bodoh seperti kamu. Udah bodoh, nyusahin lagi"

"Kenapa sih, kamu susah banget bilangin. Kenapa kamu tidak seperti Elin?" Tanya Reno yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.

"Karena aku bukan Elin Pa!" Entah keberanian dari mana yang membuat Zeni menjawab ucapan Reno.

Bugh.

Bugh.

Zeni terduduk di lantai akibat pukulan dari Reno yang mengenai perutnya.

Gadis itu menahan sakit di sekujur tubuhnya. Namun sama sekali tidak ada air mata yang keluar.

"Papa, jangan pukul Zeni" Elin yang sedari tadi hanya melihat dari tangga berlari untuk membantu adiknya.

Namun belum sempat Elin menghampiri Zeni, Zila lebih dulu menarik tangan Elin. "Jangan pernah ikut campur urusan keluarga saya, ngerti?!!" Teriak Zila di depan wajah Elin.

"Ma, tapi kasian Zeni" Cicit pelan Elin yang tak berani menatap mata Zila.

"Itu bukan urusan kamu, kamu ingatkan apa peran kamu di keluarga ini?" Ucap Zila. Tidak ada yang bisa Elin lakukan selain menuruti perintah Mamanya. Gadis itu hanya mampu berdiam diri saja.

"Sudah berani kamu menjawab Zeni? Selain hanya membuat malu, kamu juga mau melawan saya?"

Bugh.

Rasanya Reno belum puas memukul Zeni, ia kembali menendang anak gadisnya yang duduk di lantai dengan kepala menunduk.

"Kamu contoh Elin, dia penurut, pintar, rajin belajar. Sedangkan kamu apa? Hanya membuat masalah"

"Kamu lihat ini, saya malu Zeni. Saya menyesal telah membesarkan kamu" Ucap Reno melemparkan sebuah kertas yang menjadi biang masalah.

Yaitu surat panggilan orang tua, karena Zeni bolos sekolah. Padahal ia tidak pernah membolos, kalau terlambat? Iya sering. Zeni melihat surat itu. Seperti ada yang tidak beres.

Yap Zeni tau, itu surat palsu. Tidak terdapat tanda tangan kepala sekolah, atau siapapun yang membuat surat tersebut. Dan tidak terdapat perihal dalam surat itu.

Lalu bagaimana mereka tahu kalau itu surat panggilan orang tua untuk anaknya yang bolos sekolah? Sangat tidak masuk akal.

Sejenak Zeni berpikir, orang tuanya itu pintar, tetapi mengapa mereka tidak bisa membedakan mana surat resmi, dan mana yang tidak resmi.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang