CHAPTER 21

3K 334 41
                                    

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Hari Minggu pagi yang cerah, hari libur yang paling di gemari para remaja sekolah. Selain terbebas dari mata pelajaran, mereka juga bisa jalan-jalan. Refreshing, mengistirahatkan pikiran dan menyiapkan diri untuk hari berikutnya.

Di hari Minggu ini, kalau mereka bepergian, jalan-jalan, lain halnya dengan tokoh utama cerita ini. Siapa lagi kalau bukan Zenika Aurora. Gadis itu tengah asik rebahan di kasur dengan posisi tengkurap, dan jangan lupa dengan laptop di depannya.

Apa yang dia lakukan? Ya sudah pasti menonton film horor. Film yang tidak ada duanya buat Zeni. Gadis itu terlihat sangat senang, mungkin ia akan menghabiskan hari libur ini hanya untuk menonton film kesukaannya. Sama seperti Minggu sebelumnya.

**

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Pukulan demi pukulan saling di berikan antara satu dengan yang lainnya. Di jalan yang kebetulan sepi ini, anggota RESPECT dengan anggota Luce saling adu kekuatan.

Perkelahian ini terjadi sudah pasti ulah anggota Luce yang selalu mencari masalah. Awalnya anggota RESPECT sedang berjalan-jalan mengelilingi kota bersama-sama. Anggota Luce langsung menghadang jalan Jessen dan yang lainnya, dan mengakibatkan perkelahian terjadi.

"Kalau mental patungan gak usah sok keras!" Teriak Jeccki saat berhasil mengalahkan Revan, Ardy, dan Gery.

Jumlah anggota RESPECT memang kalah banyak dengan anggota Luce saat ini. 8 banding 15. Namun, walau begitu tidak dapat mengalahkan Jessen dan teman-temannya.

Devon sang ketua Luce sudah terduduk di aspal akibat Bogeman yang di berikan Jessen. Mereka yang kalah segera berjalan ke motor masing-masing dan pergi dari tempat itu.

"Gue bakal balas Lo semua!" Ucap Devon sebelum akhirnya melajukan motornya.

"Kita tunggu" Ucap Fadel.

"Dasar cemen!" Teriak Gevin.

"Jangan sok cari gara-gara bro!" Peringat Arsen saat musuh mereka hampir menjauh.

"Cabut!" Perintah Jessen.

**

Malam pun tiba, Zeni sedang melakukan makan malam dengan Elin kakaknya. Keduanya diam menikmati makanan yang masuk ke lambungnya. Tidak ada percakapan membuat Zeni seperti merasa bersalah dengan Elin.

"Kak?" Panggil Zeni.

"Hm" Balas Elin dengan deheman tanpa melihat ke arah Zeni.

"Lo marah ya kak, sama gue?" Tanya Zeni yang sudah selesai dengan makannya.

"Nggak kok" Jawab Elin yang masih fokus dengan makanannya.

"Gue gak percaya" Lirih Zeni.

Elin mendongakkan kepalanya menatap wajah Zeni, dengan mata yang sayu dan detik berikutnya bulir bening luruh dari kelopak matanya.

"Lo kenapa nangis? Gue buat salah sama Lo kak?" Tanya Zeni yang merasa ini semua karnanya. "Gue minta maaf kak, gue gak bermaksud untuk pergi dengan Jessen malam kemarin" Tambah gadis itu.

"Kita ngomong di kamar aja yuk Zen" Ajak Elin.

Zeni mengikuti perkataan kakaknya, mereka berdua berjalan menuju kamar Zeni. Saat sampai, Elin segera duduk di kasur diikuti oleh Zeni.

"Maafin gue ya Zen" Ucap Elin menatap adiknya.

"Kok Lo yang minta maaf sih?" Tanya Zeni yang tidak mengerti.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang