CHAPTER 29

2.6K 293 4
                                    

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Seorang gadis duduk di motornya bersiap akan melajukan membelah jalanan yang di padati kendaraan. Pagi ini Zeni akan ke basecam, jalanan sangat padat apalagi ini hari Minggu.

Tidak membutuhkan waktu lama, gadis itu pun sampai di tempat tujuan. Di basecam sangat ramai anggota RESPECT yang berkumpul. Apalagi para jomblo yang hanya bisa berkumpul dengan teman tidak punya pacar untuk di ajak jalan-jalan.

Zeni dapat melihat teman-temannya tertawa bersama-sama, inilah fungsi di bentuk geng motor ini, mengukir kebahagiaan yang tidak di dapat dalam lingkungan keluarga.

"I'm back, ada yang kangen? Harus kangen!" Teriak cewek itu berjalan bergabung dengan anggota RESPECT.

"Maksa bener!" Celutuk Lino.

"Napa gak senang?" Tanya Zeni nyolot.

Arsen memutar bola matanya malas. "Senang Zen, senang banget malah."

"Pinter!!" Celutuk Zeni. "Oh yah, Jeccki mana?" Tanya gadis itu yang tidak melihat keberadaan Jeccki.

"Gak tau, dia belum ada ke sini." Ucap Ariel.

Zeni hanya menganggukkan kepalanya, pikirannya sekarang tertuju pada Jeccki. Tidak biasanya cowok itu tidak ada di basecam, apalagi ini hari Minggu.

"Guys gue pamit duluan ya." Ucap Zeni kemudian berjalan menuju motornya.

"Okey, hati-hati jangan buat masalah Lo!" Ucap Gevin yang hanya mendapat anggukan dari Zeni.

**

"Ma, Pa, kita kapan balik ke Jakarta?" Tanya Elin yang menghampiri Reno dan Zila yang sedang bersantai di ruang tamu.

"Sekitar dua bulan lagi." Jawab Reno tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.

"Apa itu tidak terlalu lama Pa?" Tanya Elin dengan gugup.

"Tidak, biasa saja."

"T-tapi kasian Zeni yang sendirian di sana, Ma, Pa." Elin berusaha memberanikan diri berbicara kepada kedua orangtuanya. Percayalah, selama di Korea Elin jarang berbicara dengan Reno dan Zila. Mereka selalu saja sibuk dengan pekerjaan dan selalu menuntut Elin untuk terus belajar.

Elin sama halnya dengan Zeni, sama-sama kesepian di dalam rumah. Kedua orangtuanya jarang pulang mengakibatkan ia selalu kesepian. Kalau di Jakarta ia masih ada Zeni, sekarang hanya ada asisten rumah tangga saja.

"Kamu tuh banyak omong banget sih, nurut aja apa susahnya!" Celutuk Zila menatap Elin dengan kesal. Elin hanya menundukkan kepalanya.

"Kalau kamu gak betah di sini yaudah pergi, tapi jangan balik lagi ke keluarga saya!" Ucap Reno enteng dengan tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

Elin menahan sesak di dadanya, bagaikan di iris-iris hatinya sakit sekali. Dengan kepala menunduk bulir bening luruh dari kelopak mata gadis itu.

Kedua orang tuanya jarang berbicara padanya, tetapi sekali bicara dapat menumbuhkan luka yang sangat susah buat di sembuhkan.

"Maaf Mama, Papa." Ucap Elin yang masih menundukkan kepalanya dengan mulut bergetar menahan isak tangis.

"Yaudah sana masuk kamar, belajar yang benar jangan sampai membuat malu keluarga saya!" Ucap Zila dengan ketus tanpa melihat ke arah Elin.

Tanpa pikir panjang lagi, gadis itu segera berjalan menuju kamarnya. Di balik pintu kamar, ia berjongkok menyembunyikan wajahnya di atas paha. Menangis karena sakitnya perkataan Reno dan Zila.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang