SELAMAT MEMBACA
^^
----Rika menatap Zeni yang berdiri di dekat pembatas rooftop dengan penuh kebencian. sungguh, ia sangat membenci seorang gadis yang bernama lengkap Zenika Aurora. Rika berada tidak jauh di belakang Zeni, entah apa yang akan di lakukan gadis itu.
Eh, mengapa Rika sudah berada di sekolah? Bukannya kemarin malam ia pingsan di rumah kosong itu? Jawabannya adalah Zeni. Zeni itu manusia biasa yang mempunyai hati dan perasaan kasihan. Ia memang mengunci Rika di rumah kosong itu, tetapi tidak berapa lama Zeni kembali lagi dan melihat Rika sudah pingsan. Walau Rika sudah jahat padanya, tetapi Zeni dengan berbesar hati menolong cewek itu. Dengan segera gadis itu menggendong Rika dan membawanya ke rumah sakit. Namun, Rika tidak tahu siapa yang telah menolongnya.
Zeni itu baik, dia gadis yang baik dan punya hati nurani. Terbukti, setelah Rika mencelakainya ia masih kepikiran gimana nasib cewek itu. Tetapi jangan salah, setiap orang punya batas kesabaran. Jadilah baik tetapi jangan terlalu baik. Seseorang akan berlaku jahat jika baiknya tidak di hargai. Dan manusia memang seperti itu, dibaiki malah ngelunjak, tidak akan pernah puas sebelum hidungnya di tutup dengan kapas. Zeni itu simpel, jika orang baik padanya, ia akan berlaku baik juga. Namun, jika seseorang jahat padanya jangan heran kalau ia akan membalas lebih jahat lagi.
"Oh, jadi ini yang udah buat Rika masuk rumah sakit!" Ucapan seorang perempuan itu mampu membuat Zeni tersadar dari lamunannya. Ia berbalik badan dan melihat Anggota RESPECT beserta Anessa dan juga Rika yang duduk di lantai rooftop dengan kepala menunduk.
"Udah ketebak sih!" Celutuk Gevin menatap tidak suka pada Zeni.
Dengan santainya Zeni melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan datar dan tatapan tajam jika terarah pada Rika.
"Lo kenapa duduk di situ Rika?" Tanya Anessa heran dan segera membantu temannya itu berdiri.
"T-tadi Zeni mau dorong gue dari pembatas itu, g-gue takut!" Dengan tidak ada akhlaknya Rika berbicara seperti itu di depan Zeni.
"Gue gak nyangka sama Lo Zen!" Ucap Jeccki menatap tidak percaya pada Zeni. Tetapi Zeni masih biasa saja, masalah begini doang mah kecil buatnya. Ia bisa saja saat ini juga membuat mereka semua menyesal karena telah percaya dengan Rika. Tetapi, Zeni masih ingin melihat sejauh mana kemampuan Rika berakting. Dan jika sudah waktunya, ia akan membuat mereka menyesal telah percaya dengan Medusa. Ya, itu harus. Mereka semua harus menyesal.
Plak.
Anessa maju lebih dekat dengan Zeni dan melayangkan satu tamparan di pipi gadis itu. Membuat Zeni menoleh ke samping.
"Lo itu jahat banget tau gak??? Udah buat Rika masuk rumah sakit, dan sekarang Lo mau dorong dia?" Ucap Anessa menatap tajam Zeni. "DASAR GAK TAU DIRI, CEWEK MUNAFIK, PSYCOPAT!!!" Tambahnya dengan suara yang keras.
Zeni mencengkram kuat dagu Anessa, mendorong ke belakang hingga badan cewek itu menabrak dinding. Zeni lebih memperkuat cengkramannya dan menatap tajam Anessa. "Psycopat?? Kedengarannya menarik!! Lo mau gue jadi psycopat buat Lo??" Tanya Zeni dengan nada dingin yang mampu membuat Anessa ketakutan.
"L-lepas!!" Cicitnya berusaha melepaskan cengkraman Zeni.
"Gue gak akan lepas sebelum Lo jawab pertanyaan gue. Gimana? Mau kalau gue jadi psycopat buat hilangin nyawa Lo??" Tanya Zeni sekali lagi. Anessa masih berusaha melepaskan cengkraman Zeni dari dagunya. Percayalah, ia merasakan sakit dan ketakutan sekaligus saat ini. Anessa tidak mampu karena tenaga Zeni jauh lebih kuat darinya.
"Lepasin Zen!" Ucap Jeccki.
Namun, perintah Jeccki hanya di anggap angin lalu buat Zeni. Bahkan, gadis itu lebih memperkuat cengkramannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZENIKA [SELESAI]
HumorCita-cita gue cuman satu, Yaitu berteman dengan hantu. _-- Bukan cerita tentang hantu, tetapi cerita tentang cewek tomboy yang menggemari dan mengidolakan hantu. Zenika Aurora, Cewek tomboy yang lain dari yang lain. Hidupnya sangat tertutup, selalu...