Semakin kamu dewasa, semakin kamu di tuntut untuk selalu terlihat baik-baik saja, meskipun kamu sedang sehancur-hancurnya.
_Elina Raquenza_
SELAMAT MEMBACA
^^
----Zeni turun dari mobil setelah bodyguard bernama Tejo itu membukakan pintu untuknya. Ia berjalan lesu masuk ke dalam rumah, sungguh ia benar-benar lelah.
"Bagus ya, udah mulai membantah kamu!"
Suara seorang wanita itu menghentikan langkah Zeni, ia menoleh ke samping dan melihat Zila dan Reno menatap garang padanya.
"Ada apa Ma?" Tanya Zeni lembut.
"Gak usah pura-pura tidak tahu kamu!" Bentak Reno membuat Zeni menundukkan kepalanya.
Reno mencengkram dagu Zeni. "SAYA SUDAH BILANG KALAU KAMU HARUS TETAP BELAJAR, TETAPI MENGAPA KAMU MALAH PERGI KE KANTIN??" Bentak Pria itu sambil menghempaskan cengkraman tersebut. Zeni tertoleh ke samping, dalam hati ia memaki-maki dua bodyguard sialan yang telah mengadu ke Papanya. Zeni melirik ke pintu utama yang terdapat dua bodyguard itu, tatapannya sungguh mematikan. Tejo dan Ucup mengalihkan pandangan mereka ke lain arah, jujur mereka yang seorang bodyguard saja takut melihat tatapan mematikan gadis itu.
"Kamu lupa sama pilihan kamu, hah??"
Zeni menaikkan pandangannya menatap mata Papanya. "Tetapi itu jam istirahat Pa, haruskah Zeni tetap belajar?" Tanya gadis itu. Ia rasa itu tidak salah, kalau pun salah lantas untuk apa ada yang namanya jam istirahat?
"Ya harus lah!!" Jawab Reno tidak ada nada santainya. Semua kata yang di keluarkan Pria itu penuh dengan Bentakan yang membuat Zeni sakit hati.
"T-tapi Zeni gak bisa Pa, Zeni hanya manusia biasa dan Zeni juga butuh istirahat!" Ucap gadis itu dengan lirih.
"Gak usah sok lemah kamu! Elin saja bisa kenapa kamu tidak bisa!!"
Deg
Apa ini? Elin bisa? Berarti selama ini kakaknya mengalami ini semua? Mengapa Elin kuat? Mengapa ia baru tahu? Sesakit itu menjadi Elin? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Zeni, sungguh hatinya benar-benar sakit mengetahui fakta tersebut. Selama bertahun-tahun Elin belajar tanpa mengenal istirahat, bahkan jam istirahat di sekolah pun di gunakan untuk belajar. Sekejam itu Papanya pada Elin, mengapa Elin terlihat baik-baik saja? Apa ia tidak sakit akibat kurang istirahat? Zeni bodoh, ia gagal menjadi adik. Ia sama sekali tidak mengetahui apa yang di rasakan kakaknya selama ini. Ternyata yang kuat itu Elin bukan dirinya, ternyata yang paling sakit itu kakaknya bukan dirinya. Zeni menahan air matanya, sekarang ia percaya dengan pepatah yang mengatakan di bawah tanah masih ada tanah, di atas langit masih ada langit.
"Kenapa kak Elin kuat Pa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Zeni.
"Ya iyalah dia kuat, emang kayak kamu! hanya beban!!"
"M-maaf Pa," Cicit gadis itu tertunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
"Sudah, sekarang masuk kamar dan belajar, jangan coba-coba membantah ucapan saya lagi. Kalau kamu tidak mau berpisah dengan Elin!!" Tambah Reno kemudian pergi menuju ruang kerjanya dan Zila yang beranjak dari duduknya menuju kamar.
Tap tap tap
Suara langkah seseorang dari luar, Zeni menatap pintu utama untuk melihat siapa yang datang. "Zeni?" Panggil Elin yang berhenti di depan pintu rumah, tatapan mereka bertemu. Air mata yang berusaha ia tahan tadi, kini luruh begitu saja setelah melihat kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZENIKA [SELESAI]
HumorCita-cita gue cuman satu, Yaitu berteman dengan hantu. _-- Bukan cerita tentang hantu, tetapi cerita tentang cewek tomboy yang menggemari dan mengidolakan hantu. Zenika Aurora, Cewek tomboy yang lain dari yang lain. Hidupnya sangat tertutup, selalu...