CHAPTER 30

2.9K 295 8
                                    

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Ke enam anggota RESPECT itu berjalan beriringan menuju kantin, teriakan-teriakan histeris dari beberapa siswi mengiringi langkah mereka. Semuanya memuji ketampanan kelima cowok itu. Mereka terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan para siswi SMA BHINNEKA, kecuali Gevin yang terus saja tebar pesona. Saat ini jiwa playboy cowok itu meronta-ronta.

"Kayak gak pernah lihat cowok deh!" Celutuk Zeni yang kesal pada siswi gatel itu.

"Lo cemburu mereka lihatin gue?" Tanya Jeccki dengan senyum jahilnya.

"Dih, pede bener Lo. Sakit aja mata gue lihat tingkah Gevin yang sok kegantengan itu." Ucap Zeni yang membuat Gevin menoleh padanya.

"Apa sih Lo, sewot amat. Makanya jangan serem jadi cewek, kan gak ada yang muji Lo jadinya." Ucap Gevin yang terus saja menggoda para cewek-cewek sepanjang jalan mereka.

Zeni menatap tajam Gevin. "Heh playboy cap badak, gue gak butuh yang namanya pujian. Emang kayak Lo yang haus pujian dan ketenaran. Muka juga pas-pasan, setia dikit bro!!!" Cerocos Zeni dengan kesalnya.

Jeccki, Arsen dan Ariel tertawa mendengar ucapan Zeni. Kecuali Jessen yang hanya menunjukkan muka datarnya.

"Kena mental kan Lo? Makanya jangan debat sama Zeni!" Ucap Ariel menepuk pundak Gevin. Sedangkan cowok itu sudah menunjukkan muka kesal sedari tadi. Mau membalas ucapan Zeni pun sudah tidak mungkin, bisa-bisa cewek itu bakalan menjadi-jadi dan berbicara lebih ganas lagi.

Sudah di bilang, jangan adu argumen dengan Zeni kalau tidak mau sakit hati. Cewek itu mulutnya pedes kalau bicara. Apalagi kalau gangguin dia, balasnya pasti lebih parah.

"Auu," Ringis Rika saat terjatuh ke lantai akibat di tabrak oleh Zeni. Ralat, emang cewek itu yang menjatuhkan diri dan seolah-olah Zeni lah yang menabraknya.

"Lo kalau jalan pake mata dong!" Celutuk Anessa menatap tajam Zeni lalu membantu Rika berdiri.

"Maaf ya Zen, kayaknya Lo masih marah sama gue, makanya Lo nabrak gue. Maaf sekali lagi," Ucap Rika menundukkan kepalanya seolah merasa bersalah.

"Kenapa Lo yang minta maaf, seharusnya dia yang minta maaf. Lo gak salah Rika." Ucap Anessa menatap tak suka pada Zeni. "Lo di ajari sopan santun kan sama orang tua Lo, kalau salah itu minta maaf!!" Tambah Anessa yang membuat Zeni mengepalkan kedua tangannya.

"Heh, mata Lo buta apa kek mana? Gak mungkin kan kalau Lo gak lihat kejadiannya. Dia jatuh sendiri kalau Lo lihatnya pakek mata nggak pakek mulut yang nyocot terus. Dan coba mata Lo arahin kesini--"  Ucap Zeni yang membuat Anessa melihat ke arah dirinya. "Gue berdiri di sini dari tadi, dan dia jatuh 2 jengkal dari gue. Mungkinkah kalau gue menabraknya?" Tanya Zeni yang membuat Anessa terdiam dan Rika yang gelagapan. Kali ini iya tidak bisa menang dari Zeni.

"Kenapa gak jawab? Kehabisan kata-kata kah? Makanya sebelum berbicara pikir-pikir dulu, dan sebelum tuh mulut nyocot lihat-lihat dulu. Lihatnya pake MATA ya!!" Ucap Zeni menekan kata mata di perkataannya. Sudah cukup Zeni diam mendengarkan perkataan mereka. Gadis itu sensitif kalau perkataan membawa-bawa orang tuanya. Apalagi Anessa, sahabatnya. Anessa tahu bagaimana hubungan Zeni dengan kedua orangtuanya. Tetapi mengapa dia malah berbicara seperti itu.

"Dan Lo, akting Lo klasik banget. Mau gue ajarin biar pro? Ahk tapi males lah, males dekat-dekat dengan Medusa kayak Lo!" Ucap Zeni menatap Rika. Cewek itu menundukkan kepalanya dengan gigi yang beradu pertanda ia sangat marah.

Anessa menatap Rika lalu pergi dari hadapan Zeni tanpa sepatah katapun, lalu di susul oleh Rika yang dalam hati memaki-maki nama Zeni.

Tanpa berlama-lama lagi, Zeni pun melanjutkan langkahnya. Namun, ia baru sadar sesuatu. Gadis itu menoleh ke belakang dan melihat lima cowok yang masih berdiri di tempat.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang