CHAPTER 54

7.2K 581 81
                                    

Kepergianmu adalah luka terbesar dalam hidupku.

_Anggota RESPECT_

SELAMAT MEMBACA
^^
----

Zeni beralih menatap Reyhan, dilihatnya cowok itu tidak mau menatapnya, "Abang, jagain Mama sama Papa dan juga kak Elin ya. Aura capek banget, Aura mau istirahat dulu. Aura sayang banget sama Abang, Aura bahagia bisa kembali bertemu Abang," Air mata Zeni tak henti-hentinya mengalir, penyakitnya sudah menyebar kemana-mana. Rasanya sangat sakit. Ia sudah tidak kuat untuk bertahan.

"Kenapa Lo mau tinggalin gue? Kalau begitu, untuk apa gue kembali? Untuk apa Aura??" Tanya Reyhan dengan mata yang memerah. Ia pikir selama ini ia sudah tau semua tentang adiknya, tetapi ada satu hal yang paling besar yang tidak ia ketahui. Bodoh! Dirinya sangat bodoh! Ia sama sekali tidak tahu kalau adiknya akan pergi secepat ini.

"Abang kembali untuk menegakkan keadilan buat diri Abang sendiri, terimakasih udah jaga Aura selama ini. Terimakasih ya bang, udah selalu ada buat Aura." Reyhan diam, ia tidak memiliki kata-kata untuk membalas ucapan adiknya.

Zeni beralih menatap Syifa yang ada di samping kirinya, dilihatnya sahabatnya itu menangis senggugukan, "Hai Syifa?" Sapa Zeni dengan air mata yang luruh.

"Terimakasih udah jadi sahabat gue selama ini, terimakasih udah tepati janji Lo. Gue bersyukur pada Tuhan karena ia telah mengirimkan seorang sahabat yang baik kayak Lo. Gue beruntung bisa menjadi sahabat Lo."

"Mana janji Lo?" Tanya Syifa dengan cepat, "Lo janji bakalan sembuh, tapi apa Zeni? Lo lagi-lagi ingkari janji Lo! Kita sama-sama berjanji, gue bisa pegang janji gue, sedangkan Lo? Kenapa? Kenapa Lo mau pergi? Lo janji gak bakalan tinggalin gue!" Ucap Syifa menatap kecewa pada Zeni. Ia berjanji tidak akan pernah memberitahu siapapun tentang penyakit Zeni, dan Zeni juga berjanji akan sembuh dari penyakitnya. Tetapi apa yang Syifa dapat? Zeni mengingkari janjinya.

"Maafin gue Syifa, gue terlalu banyak janji sama Lo. Gue selalu ingkari janji gue, gue udah gak kuat Syifa. Nyatanya, gue tidaklah sekuat yang orang lain lihat. Gue pengen bebas dari rasa sakit ini, maaf. Maafin gue."

Syifa semakin menangis saat menatap wajah Zeni, rasa sakit yang dirasakan gadis itu tercetak jelas di wajahnya. Zeni beralih menatap semua anggota inti RESPECT.

"G-gue udah maafin kalian semua, gue tau bahwa tidak baik menaruh kebencian. Gue pengen pergi dengan tenang, terimakasih pernah menjadi alasan gue tertawa, sampai kapan pun kalian tetap teman-teman gue," Ucap Zeni. Anggota inti RESPECT menundukkan kepala mereka dengan air mata yang luruh. Mereka sangat-sangat menyesal dengan semua ini, setelah apa yang udah mereka lakukan, Zeni dengan berbesar hati mau memaafkan mereka. Sudah lama mereka bersama, tetapi mereka sama sekali tidak pernah mengetahui tentang penyakit Zeni. Mengapa gadis itu sangat kuat? Mengapa ia selalu tertawa seolah-olah ia tidak pernah memiliki masalah apa-apa?

Zeni hanya tidak ingin kejadian sebelum-sebelumnya terulang lagi, ia ingin semua masalah selesai hari ini juga. Ia ingin pergi dengan tenang, ia ingin beristirahat dengan tidak adanya dendam.

"Anessa?" Panggil Zeni. Gadis itu menoleh, ia memegang tangan Zeni.

"Gue rela Lo gak maafin gue, asal Lo jangan pergi," Ucap Anessa menatap dalam Zeni dengan air mata yang membasahi wajahnya.

"Gue udah maafin Lo, gue gak pernah benci sama Lo. Lo itu sahabat gue, gue sayang sama Lo. Gue titip salam sama Mama Lo ya, gue kangen sama Tante Veni."

"Jessen?" Panggil Zeni pada mantan ketuanya. Cowok itu menoleh dengan tatapan sendu, "Gue titip kakak gue ya, gue mohon Lo jagain kak Elin. Karena gue udah gak bisa lagi jagain kakak gue. Dan juga gue titip salam buat semua anggota RESPECT, bilangin kalau gue bahagia pernah kenal mereka," Tambah Zeni. Sedangkan Jessen hanya diam saja, matanya berkaca-kaca.

ZENIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang